Cerita Pesugihan : Menikah Ghaib dengan Loro Blonyo Demi Kekayaan

Konten dari Pengguna
29 Mei 2020 18:16 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Loro Blonyo. Foto: BudayaJawa
Mitologi Jawa menjelaskan tentang Loro Blonyo sebagai dewa dewi yang dipercaya membawa manusia menggapai kesejahteraan. Di sebuah desa di pelosok Yogyakarta, terdapat sentra kerajinan pembuatan patung loro blonyo. Salah satunya adalah pasangan suami istri Paijo dan Paijem. Keduanya saat ini menjadi ikon profil orang kaya dari desa yang terkenal hingga manca negara. Produk patung loro blonyo buatannya diekspor ke banyak benua.
ADVERTISEMENT
Paijo dan Paijem memiliki rumah besar dan megah seperti rumah halnya Muzdalifah. Mobil-mobil keluaran terbaru berjajar di garasi. Halamannya luas lengkap dengan kolam ikan dan taman indah. Di rumah megah itu ada satu kamar khusus yang tidak boleh seorangpun masuk, kecuali pasangan Paijo dan Paijem.
Parinem, putri semata wayangnya kini bersekolah di Singapura. Sopir pribadi dan beberapa asisten rumah tangga selalu siap sedia melayani. Tak hanya itu, Paijo dan Paijem juga memiliki pabrik yang luas untuk memproduksi patung loro blonyo. Ada 50 orang karyawan yang bekerja setiap harinya. Mereka memiliki spesialisasi sesuai keahliannya.
Sepuluh tahun lalu Paijo dan Paijem hanyalah sepasang suami istri miskin. Paijo bekerja sebagai buruh pembakar keramik, sedangkan istrinya Paijem adalah buruh kundi (membentuk tanah liat menjadi rupa-rupa barang keramik sebelum diproses finishing). Upah hariannya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Rumahnya terbuat dari jalinan bambu yang sudah reyot. Tak ada kursi empuk maupun televisi. Hanya balai-balai bambu sebagai tempat untuk melepas lelah dan berkumpul keluarga.
ADVERTISEMENT
Paijo dan Paijem bekerja pada juragan Somad pelopor pembuatan patung loro blonyo di desa itu. Sekian tahun bekerja, Paijo dan Paijem telah menguasai teknis produksi Patung loro blonyo dengan kualitas bagus. Keduanya punya ambisi untuk bisa menguasai usaha Juragan Somad. Tanpa modal sedikitpun, itu hanya mimpi di siang bolong.
Sungai yang jernih, membelah desa itu. Setiap hari Paijo dan Paijem memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan mandi dan cuci. Warga desa mengenal sungai itu penuh cerita mistis. Berbekal tekad bulad Paijo dan Paijem untuk ingin kaya, keduanya pun mencoba laku nenepi di rimbunnya pohon bambu. Hampir setiap malam, keduanya mendatangi, membawa sesaji, membakar kemenyan dan melempar harapan. Hingga suatu malam Paijo bermimpi didatangi sepasang loro blonyo. Wajah loro blonyo itu identik dengan loro blonyo buatannya. Matanya lebar, hidungnya tergores dan tangannya retak. Ukurannya pun lebih kecil dari lainnya. Paijo ingat betul bahwa loro blonyo itu adalah karyanya siang tadi, yang mana ia sangat kecewa, lantaran hasilnya tak sempurna.
Bertelanjang kaki. Foto : Muhammad Ruqiyaddin/Unsplash
Kepada Paijo dan Paijem, loro blonyo itu mengaku sebagai reinkarnasi Dewi Sri dan Raden Sadana. Adalah saudara kembar (kedhono-kedhini) yang terlibat cinta terlarang. Meski saling mencintai mereka tidak bisa menikah, hingga bunuh diri karena putus asa.
ADVERTISEMENT
Mengetahui sepasang loro blonyo itu hidup, Paijo dan Paijem segera menyembunyikan di dalam rumahnya. Paijo dan Paijem pun bisa berkomunikasi dan menyampaikan keinginannya. Gayung bersambut, loro blonyo pun merasa berterimakasih kepada Paijo dan Paijem. Loro blonyo bersedia membantu keinginan Paijo dan Paijem untuk menjadi kaya. Pesugihan pun dimulai. Namun semua ada persyaratannya. Kebiasaan Paijo dan Paijem bertelanjang kaki harus terus dilakukan selamanya. Tak hanya itu, ada persyaratan yang lebih berat. Paijo harus bersedia menikah ghaib dengan Dewi Sri, sedangkan Paijem juga menikah ghaib dengan Raden Sadana.
**
Setiap bangun tidur pasangan Paijo dan Paijem mendapati segepok uang ratusan ribu rupiah di balai-balai bambu. Dalam beberapa waktu uang-uang itu digunakan keduanya untuk modal membeli tanah liat bahan pembuatan loro blonyo. Paijo dan Paijem juga membeli aneka peralatan kerja, membeli oven pembakar keramik, dan juga cat gelatsir sebagai bahan finishing. Lantas keduanya berproduksi loro blonyo sendiri. Tak lagi bekerja pada juragan Somad.
ADVERTISEMENT
Berbekal modal uang pemberian Dewi Sri dan Raden Sadana yang terus mengalir, ditambah ketekunan Paijo dan Paijem, usaha produksi loro blonyo ini semakin berkembang pesat. Kualitas produksi yang selalu terjaga membuat eksportir barang kerajinan melirik. Pesanan semakin banyak, Paijo dan Paijem merekrut banyak tenaga kerja. Pundi-pundi penghasilan semakin melebar.
Sementara juragan Somad bangkrut. Selain kalah bersaing dengan Paijo dan Paijem, ia juga kalah dalam Pilkada. Keinginan Juragan Somad menjadi Bupati kandas. Modalnya habis. Pelanggannya pun lari.
**
Rumah megah, mobil mewah, uang berlimpah. Paijo dan Paijem tetap bertelanjang kaki. Ritual suami istri pasangan ghaib Paijo-Dewi Sri dan Paijem-Raden Sadana masih terus dijalani hingga kini.
Tulisan ini merupakan rekayasa dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.
ADVERTISEMENT