Cerita Misteri di Balik Dukun Pesugihan yang Tidak Kaya

Konten dari Pengguna
1 April 2020 21:51 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dukun. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dukun. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dari kejauhan terlihat mbah Lasmi yang jalan membungkuk membawa bunga setaman di keranjang anyaman bambu miliknya. Sosoknya dikenal masyarakat sekitar sebagai nenek penyendiri. Tidak ada yang tahu keberadaan keluaga si mbah, yang warga tahu mbah Lasmi pintar dalam hal ‘guna-guna’.
ADVERTISEMENT
Seperti biasa jika sore hari menjelang maghrib ia selalu terlihat datang dari arah pemakaman tua yang ada di sana. Beberapa orang melihat si mbah hanya duduk menghadap makam tetuah dan menaburkan bunga yang ia bawa, tidak ada yang aneh, hanya saja kegiatan tersebut dilakukan berulang kali bahkan menjadi suatu kebiasaan.
Setiap warga yang menyapa mbah Lasmi selalu diberikan tatapan sinis hingga sampai sekarang tidak ada yang berani menyapa mbah Lasmi. Bahkan pernah saat si mbah terjatuh karena tubuhnya yang sudah renta, ada seorang yang berniat untuk membantu. Namun mbah Lasmi menolak dan mengarahkan tongkat yang ia bawa ke arah badan si pemuda.
Sore itu mbah Lasmi duduk di kursi tua depan rumahnya, tatapan matanya terlihat kosong tetapi mulutnya selalu bergerak seperti meramalkan suatu mantra atau doa-doa. Ia menyadari jika di hari itu akan ada seorang perempuan putus asa yang datang ke rumahnya.
ADVERTISEMENT
Saat langit sudah berganti warna dan mulai menampakan keheningan saat itu juga suara ketukan terdengar dari pintu kayu rumah mbah Lasmi.
Tuk-tuk-tuk
Dilihatnya seorang perempuan dengan mata lesu, perut buncit dan badannya yang kurus meninggalkan tulang. Perempuan tersebut ke rumah gubuk kecil milik Lasmi. Di dalam hanya ada penerangan berupa lampu minyak yang digantung di kedua sisi ruangan.
Lantas perempuan itu duduk di depan meja panjang tempat mbah Lastri menjamu tamunya.
“Mbah saya kesini….,”
Belum sempat menjelaskan maksud tujuannya, si mbah lantas memotong omongan Linda.
“Saya tahu kamu kesini untuk mencari kekayaan, apa kamu sudah bawa persyaratannya?,”ucap mbah Lasmi sambil menaruh serbuk kemenyan di atas gerabah atau wadah kemenyan yang berisi arang.
ADVERTISEMENT
“Sudah mbah, saya membawa tanah dari warung tempat saya berdagang,”
Selanjutnya mbah Lasmi mulai untuk mengucapkan kata-kata yang tidak dimengerti apa artinya oleh orang awam. Ia kemudian berujar kepada Linda jika dia sudah melakukan perjanjian dengan bangsa jin, sekarang sudah waktunya ia bersedia untuk menerima segala risiko yang diberikan.
Linda mengangguk tanda bahwa ia telah menyetujui segala persyaratan yang berlaku.
Setelah itu mbah Lastri menyerahkan sebuah jimat yang dibungkus dengan wadah kain berwarna hita. Ia berpesan untuk menjaga dengan hati-hati jangan lupa setiap selasa wage keluarkan jimat tersebut dari dalam kain.
***
Semenjak kejadian itu, usaha Linda menjadi laris. Pengunjung tak henti-henti datang ke warung miliknya. Kehidupannya telah berubah total. Namun suatu kejadian membuat wanita ini menyesal seumur hidup karena bayi yang ada di kandungannya tiba-tiba saja dinyatakan sudah tidak bergerak lagi atau meninggal.
ADVERTISEMENT
Ia kemudian mengingat-ingat tentang perkataan mbah Lasmi yang menyebut jika ada risiko yang harus ia terima. Tetapi Linda tidak tahu jika ganjaran yang ia terima harus kehilangan anak yang ia jaga selama 8 bulan lamanya.
Lantas dengan tergopoh-gopoh, Linda menuju rumah mbah Lasmi untuk meminta pertanggung jawaban. Ia sangat marah saat itu hingga tidak tahu harus melampiaskan ke siapa.
Sesampai di sana, mbah Lasmi sudah duduk seperti sudah tahu akan ada Linda yang datang. Dengan mata yang berkaca-kaca dan keadaan tubuh yang kacau, Linda meneriaki si mbah dengan sumpah serapah
“Balikan anak aku sekarang, aku gapernah meminta untuk menumbalkan anak ku,” Teriaknya dengan isak tangis yang menyertai.
Si mbah bangun dari kursi kayunya berjalan ke dalam rumah dengan perlahan menggunakan tongkat di sebalah kanan
ADVERTISEMENT
“Aku gamau kaya kalau jadinya kaya gini, apa yang harus aku lakukan sekarang,” ujarnya
Mbah Lasmi kemudian menengok ke arah Linda
“Orang yang minta pesugihan pocong, buto ijo, sate gagak pun berkata yang sama kaya kamu ndo, gaada yang bisa diperbuat lagi selain terima karena sudah bersekutu dengan setan,” tutupnya.
Si mbah masuk ke dalam rumah dan merenung jika ia pun sama seperti Linda jiwanya sudah tidak miliknya sendiri, menurutnya bisa saja ia membuat dirinya kaya, namun apa lagi yang harus ia tumbalkan setelah sang suami yang makamnya selalu ia kunjungi setiap sore hari.
Ia menyadari jika pesugihan dilakukan selalu ada ganjaran yang harus dibayar, itu alasan mengapa ia hidup sederhana di sebuah bangunan tua tak terawat karena ia tidak ingin menumbalkan diri sendiri untuk dijadikan budak setan.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini merupakan reka ulang dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.