Cerita Pelarian Letkol Untung: Ditangkap di Tegal Setelah Diteriaki Copet

Konten Media Partner
1 Oktober 2020 14:42 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perempatan Maya Kota Tegal yang dulu juga Terminal Kota Tegal. (Foto: Hanif)
zoom-in-whitePerbesar
Perempatan Maya Kota Tegal yang dulu juga Terminal Kota Tegal. (Foto: Hanif)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
TEGAL - Petualangan melarikan diri Pemimpin Gerakan 30 September PKI (G30S/PKI), Letnan Kolonel (Letkol) Untung Sutopo berakhir di Tegal pada 11 Oktober 1965. Malang benar nasibnya, setelah diteriaki copet, Untung terpaksa melompat dari bus yang masih melaju.
ADVERTISEMENT
Sejarawan Pantura Wijanarto mengungkapkan, dari Jakarta, Letkol Untung sebetulnya mau ke Brebes untuk bersembunyi, sekaligus minta perlindungan.
"Untung sedianya akan turun di Brebes, karena di Brebes ada kelompok pendukung PKI yang siap menjemput dan melindunginya selama pelarian," ungkap Wijan, Kamis (1/10/2020).
Untung melakukan perjalanan menggunakan bus "Mudjur" via jalur Pantura. Namun saat itu bus yang ditumpanginya kebablasan hingga Terminal Tegal. Di sinilah Untung diteriaki copet.
Versi lain menyebut, saat di Terminal Tegal, Letkol Untung melihat tentara yang akan memeriksa penumpang bus. Melihat razia itu, Untung bergegas turun hingga diteriaki copet. Untung lompat dari bus dan terbentur tiang di pinggir pantura. Dia mengalami luka di mata kirinya, terjatuh hingga akhirnya ditangkap.
ADVERTISEMENT
"Dia kemudian dibawa ke Kantor Desa Kemandungan. Diperiksa identitasnya, setelah terungkap kemudian dibawa ke kantor CPM Tegal," jelas Wijan.
Ada juga yang mengatakan, setelah diinterogasi oleh Lurah Kemandungan, Untung sempat dilepaskan. Ini berkat Damiri, pendamping Untung selama pelarian yang mempengaruhi lurah agar Untung segera dilepaskan karena tidak ada bukti.
Jalan Asem Tiga Kota Tegal. (Foto: Irsyam Faiz)
Setelah dilepaskan, Untung melanjutkan perjalannya dan sampai di Jalan Asem Tiga dan memasuki rumah salah satu warga. Di sini dia mengobati luka di mata kirinya.
"Entah karena ada warga yang lapor, di perkampungan inilah Untung kembali ditangkap lalu diserahkan ke kantor CPM Tegal," ungkap Wijan.
Setelah sampai di Kantor CPM Tegal, Komandannya saat itu M. Isa, langsung menghubungi Danrem Cirebon, AJ Witono. Ini mempertimbangkan bahwa saat itu Jateng merupakan basis merah.
Kantor Subdenpom Tegal. (Foto: Irsyam Faiz)
"Basis merah adalah banyaknya pengikut dan simpatisan PKI. Sebab saat itu banyak buruh di pabrik gula maupun pabrik lainnya yang masuk organisasi Sobsi yang merupakan afiliasi dari PKI," kata Wijan.
ADVERTISEMENT
Setelah Untung diserahkan ke Markas Korem Cirebon, dia bertemu Kolonel AJ Witono. Wijan menjelaskan, ada kejadian dan dialog menarik antara mereka, sebab sudah saling kenal. Bahkan, sebelum peristiwa G30S/PKI, Witono dan Untung sempat bertemu di Bandung.
Witono mengatakan kepada Untung bahwa dirinya mau ke Jakarta pada 1 Oktober 1965 guna mencari film untuk memeriahkan peringatan Hari ABRI yang jatuh pada 5 Oktober.
"Untung menyambut baik, bahkan menawarkan Witono menginap di mess Tjakrabirawa. Tapi Witono membatalkan niatnya itu lantaran orang yang cari film sedang bepergian," ungkap Wijan.
Setelah ditahan di Cirebon, Untung kemudian dibawa ke Jakarta untuk menghadapi peradilan militer dengan tuduhan menjadi otak penculikan dan pembunuhan tujuh perwira TNI AD dalam G30S/PKI.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1966, Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) menyatakan Letkol Untung bersalah dan dia menjalani hukuman mati di Cimahi, Jawa Barat. (*)