Uniknya Soto Kadipiro 1: Serba Manual, Tanpa Kalkulator, Tak Bisa QRIS

Konten Media Partner
28 Desember 2023 16:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
23
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemilik Soto Kadipiro I, Hendy Suharli. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Pemilik Soto Kadipiro I, Hendy Suharli. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat hampir setiap restoran dan warung makan menyediakan fasilitas pembayaran non tunai, baik lewat QRIS, debit, kredit, atau transfer untuk memudahkan transaksi, warung Soto Kadipiro I yang merupakan salah satu tempat makan legendaris di Yogya sampai saat ini hanya melayani satu metode pembayaran yakni pembayaran dengan uang kartal atau uang tunai.
ADVERTISEMENT
Di warung soto yang berada di Jalan Wates No. 33, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul itu, tak ada barcode yang bisa di-scan untuk melakukan melakukan pembayaran. Tidak ada juga mesin EDC untuk melakukan pembayaran lewat kartu kredit atau ATM seperti yang banyak terdapat pada restoran-restoran pada umumnya.
“Kita di sini mengkhususkan harus bayar pakai uang kartal, enggak boleh pakai transfer-transferan. QRIS juga enggak bisa,” kata penerus warung Soto Kadipiro I, Hendy Suharli, saat ditemui Pandangan Jogja pada Rabu (27/12) siang.
Terlihat setiap ada konsumen yang membayar, Hendy hanya mencoret-coret di atas kertas dan menghitung tagihan pun tanpa menggunakan kalkulator.
Papan nama warung Soto Kadipiro I. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Padahal, hampir semua warung Soto Kadipiro di cabang-cabang lain sudah menyediakan layanan pembayaran digital seperti QRIS dan sebagainya. Tapi hal ini dilakukan oleh Hendy bukan karena ia menolak kemajuan teknologi dan tak mau berinovasi.
ADVERTISEMENT
“Nanti bikin gemuk bank, biaya administrasi berapa?” kata dia.
Hal ini justru ia jadikan sebagai ciri khas untuk membedakan warung Soto Kadipiro miliknya dengan warung-warung Soto Kadipiro lainnya.
“Biar kalau orang tanya, makan di Soto Kadipiro yang mana? Yang enggak pakai QRIS. Kris-nya cuma satu, Kristus,” kata Hendy.
Metode pembayaran digital atau non tunai menurutnya juga membuatnya sulit jika ada orang yang datang untuk minta sedekah.
“Kalau ada fakir miskin minta uang, masa mau kita transfer?” ujarnya.
Hendy Suharli sedang menghitung harga makanan pelanggan dengan cara manual tanpa kalkulator. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Tak hanya menolak pakai sistem pembayaran non tunai, Hendy yang menangani sendiri bagian kasir juga menolak menggunakan kalkulator. Di meja kerjanya, ia hanya menyediakan selembar kertas dan ballpoint. Setiap hari, selembar kertas itu selalu penuh dengan coret-coretannya untuk menghitung jumlah uang yang mesti dibayar pelanggan.
ADVERTISEMENT
Hal itu ia lakukan supaya otaknya selalu diasah dan tidak jadi tumpul karena dimanjakan oleh teknologi.
“Enggak pakai kalkulator karena bikin bodoh, biar encer otaknya dipakai terus,” kata Hendy Suharli.
Keterangan Redaksi:
Kami mengubat judul sebelumnya, 'Tolak Pakai QRIS, Owner Soto Kadipiro I: Bikin Gemuk Bank Aja, Sedekahnya Susah,' demi ketepatan pembacaan atas keseluruhan artikel. Kami berharap permakluman akan hal ini. Maaf dan terimakasih.