Sosiolog UGM: Tragedi Kanjuruhan Tumpukan Ketidakpercayaan Publik pada PSSI

Konten Media Partner
2 Oktober 2022 14:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Arie Sujito. Foto: Dok. UGM
zoom-in-whitePerbesar
Arie Sujito. Foto: Dok. UGM
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Arie Sujito, mengatakan tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 130 orang adalah peristiwa terbesar dalam sejarah dunia olah raga.
ADVERTISEMENT
Peristiwa ini membuat PSSI dan semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan sepak bola di Indonesia tak punya alasan lagi untuk tidak mel sebagai stakeholder utama sepak bola di Indonesia tak punya pilihan lain selain mmelakukan reformasi secara menyeluruh dan mendasar.
“Tidak bisa ini dibiarkan. PSSI harus me-reform diri,” kata Arie Sujito, Minggu (2/10).
Seorang petugas medis memasang tanda pengenal pada tubuh korban injak sepak bola di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, Jawa Timur, Indonesia, Minggu, 2 Oktober 2022. Foto: AP/Trisnadi
PSSI menurut Arie jangan hanya fokus pada perkara kemenangan semata, tapi juga haru bisa mengajak para penggemar sepak bola di Indonesia untuk menerapkan sisi-sisi kemanusiaan.
“Hiburan yang berubah menjadi horor, itu tidak membuat bangsa Indonesia makin beradab,” lanjutnya.
Tragedi Kanjuruhan menurut dia membuat wajah sepak bola Indonesia berubah menjadi horor dan sangat menakutkan, sekaligus menghambat mimpi besar persepak-bolaan Indonesia. Hal ini juga telah mencederai perkembangan tim nasional yang akhir-akhir ini cukup menggembirakan.
ADVERTISEMENT
“Ini membuat heroisme berubah menjadi hororime,” ujarnya.
Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan. Foto: Ari Bowo Sucipto/ANTARA FOTO
Tragedi mematikan ini juga menunjukkan adanya masalah kronis yang tersistematis, sehingga tak bisa hanya diserahkan kepada manajemen teknis di lapangan. Dia yakin ada kesalahan mendasar di dalam manajemen besar persepak-bolaan Indonesia di level atas.
Misalnya, kepercayaan masyarakat kepada PSSI yang semakin kecil karena masalah match fixing yang sudah mengakar di dalam tubuh lembaga itu. Jika tidak ada reformasi mendasar, maka kepercayaan masyarakat terhadap pengelola sepak bola di Indonesia akan semakin hilang.
“Ini jangan hanya dianggap sebagai perilaku penonton, tetapi ini bisa menjadi reaksi ketidakpercayaan yang selama ini bertumpuk-tumpuk,” ujarnya.
Tragedi Kanjuruhan menurut Arie harus bisa dijadikan momentum bagi PSSI untuk melakukan koreksi dan reformasi secara menyeluruh dan mendasar. Jangan menunggu kejadian ini terulang dan memakan korban lagi baru PSSI melakukan reaksi yang berarti.
ADVERTISEMENT
“Ini bukan sekadar masalah kriminal lalu ditindak oleh polisi, kalau tidak mengubah sistem sepak bola di Indonesia tidak akan menciptakan kepercayaan masyarakat,” kata Arie Sujito.
Ikuti juga Pandangan Jogja di Youtube: