Punya Banyak Museum tapi Masih Sepi, Bagaimana Jogja Bisa Jadi Kota Museum?

Konten Media Partner
8 September 2021 15:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Memiliki 59 museum, DIY juga menjadi kota kelahiran Badan Musyawarah Museum. Tapi, sampai saat ini museum belum jadi destinasi favorit wisatawan.
Seorang ibu muda berpose di depan wayang yang dipamerkan di Museum Sonobudoyo Yogya, pada 2017 lalu. Foto: ESP
Memiliki 59 museum, DIY bertekad untuk menjadi kota museum. Apalagi Jogja juga menjadi kota kelahiran Badan Musyawarah Museum (Barahmus), membuatnya semakin percaya diri untuk mendeklarasikan dirinya sebagai kota museum. Namun, untuk menjadi kota museum tak cukup dengan memiliki banyak museum.
ADVERTISEMENT
Ketua Badan Pariwisata DIY sekaligus Kepala Museum Keraton Yogyakarta, GKR Bendara, mengatakan meskipun banyak museum di DIY namun museum belum menjadi destinasi favorit untuk dikunjungi. Museum belum menjadi tujuan para wisatawan yang datang ke Yogya. Karena itu, PR utama yang harus segera dikerjakan untuk bisa menjadi kota museum adalah membuat museum lebih banyak dikunjungi dan jadi tempat favorit para wisatawan.
“Kita masih kalah dengan lokasi-lokasi yang Instagramable, padahal tidak dipungkiri banyak museum di Jogja juga yang Instagramable,” kata GKR Bendara dalam sarasehan peringatan Barahmus DIY ke-50, Senin (6/9).
GKR Bendara. Foto: Widi Erha Pradana
Banyak museum-museum di Yogya yang perlu diperbaiki lebih dulu sebelum menjadi kota museum, jika perlu renovasi besar-besaran. Renovasi ini bisa saja dilakukan dengan dukungan Dinas Kebudayaan DIY, sebab tak semua museum punya kemampuan finansial yang sehat.
ADVERTISEMENT
“Misal kita renovasi besar-besaran lima museum dulu, tapi sebelumnya tentu ada studinya dulu,” ujarnya.
Dengan renovasi ini, maka kualitas tiap museum dapat ditingkatkan, tak hanya dari fisik bangunannya saja tapi juga dari SDM yang dimiliki. Ketika kualitasnya meningkat, maka daya tariknya juga bisa lebih besar. Dampaknya, museum bisa meningkatkan harga tiket masuk wisatawan sehingga pendapatannya lebih besar dan tak perlu bergantung lagi pada bantuan pemerintah.
“Maka museum tidak lagi berjualan dengan harga Rp 2 ribu, karena kualitasnya sudah meningkat,” kata dia.
Museum juga perlu menjadi prioritas dalam pengembangan pariwisata. Misalnya dengan membuat perjanjian kerja sama antara Dinas Kebudayaan atau Barahmus dengan Dinas Pariwisata supaya setiap wisatawan yang datang ke Jogja dengan paket dari ASITA, wajib mengunjungi satu museum. Dengan begitu, wisatawan yang datang ke Jogja tidak sekadar dapat foto-foto instagramable saja, tapi juga mengetahui kebudayaan-kebudayaan Yogya dengan mengunjungi museum yang ada.
ADVERTISEMENT
“Tapi jangan hanya statusnya yang kita kejar, tapi juga bagaimana kata-kata kota museum itu benar-benar disupport pengembangannya, sustainability-nya, sehingga setiap museum memiliki masa depan yang cerah,” kata GKR Bendara.
Pandangan yang berkembang saat ini bahwa museum hanya berfungsi untuk menyimpan barang-barang usang dan kuno masa lalu juga perlu diubah.
Profesir Danisworo. Foto: Widi Erha Pradana
Ketua Dewan Pendidikan DIY, Danisworo, mengatakan bahwa museum mestinya juga bisa relevan dan menjawab permasalahan-permasalahan yang ada saat ini, bahkan menjawab tantangan pada masa depan.
Museum mesti bisa mengemas koleksinya yang berasal dari masa silam, sehingga bisa jadi pelajaran untuk masa kini dan masa mendatang. Misalnya di Jogja ada Museum Gunung Merapi, melalui koleksi-koleksi yang ada di dalamnya, museum mesti bisa memberikan pembelajaran kepada pengunjung bagaimana mitigasi bencana jika Merapi kembali erupsi. Sehingga, pengunjung tidak hanya mendapatkan kengerian meletusnya Merapi pada masa lampau.
ADVERTISEMENT
“Jadi kejadian masa lalu bisa untuk menjelaskan yang akan datang. Di museum itu ditunjukkan bagaimana Merapi itu akan mengeluarkan lava itu bisa dijelaskan di situ,” kata Danisworo.
Koleksi-koleksi museum juga tidak harus melulu berupa benda-benda kuno. Koleksi-koleksi terbaru juga perlu dipresentasikan sebagai bentuk inovasi dan kreativitas. Dia mencontohkan museum-museum yang ada di negara-negara Eropa seperti di Inggris atau Belanda dimana koleksi mereka selalu ada pembaruan. Setiap ada peristiwa baru yang terjadi, museum mesti ikut menampilkannya sehingga koleksinya terus berkembang dan relevan.
“Tidak hanya masa kini, masa depan juga harus ditonjolkan. Justru yang menarik adalah bisa mengaitkan antara masa lalu, masa sekarang, dan masa depan,” ujarnya.