Pertama dalam 20 Tahun, Wakil Islam Tarbiyah Terlempar dari Anggota DPD DIY

Konten Media Partner
26 Maret 2024 20:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi salah seorang warga memasukkan surat suara ke dalam kotak suara. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi salah seorang warga memasukkan surat suara ke dalam kotak suara. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Untuk pertama kalinya sejak tahun 2004, wakil dari kelompok Islam Tarbiyah gagal terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
ADVERTISEMENT
Pengamat Politik dari Fisipol UGM, Arga Pribadi Imawan, menjelaskan bahwa Islam Tarbiyah adalah kelompok Islam yang selama ini merepresentasikan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Selama 20 tahun, kelompok ini selalu berhasil meloloskan wakilnya jadi anggota DPD DIY bersama tiga kelompok lain, yakni Keraton Yogyakarta, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama.
Namun pada Pemilu 2024, kelompok Islam Tarbiyah yang diwakili HA Khudhori ini disingkirkan oleh kelompok nasionalis marhaenis yang diwakili RA Yashinta Sekarwangi Mega.
Sebagai pendatang baru, Yashinta meraih suara sebanyak 470.211 suara, hanya kalah dari GKR Hemas. Sedangkan Khudhori hanya berada di peringkat kelima dengan jumlah suara 202.423 suara.
Sementara itu, peringkat tiga dan empat masing-masing diisi oleh perwakilan Muhammadiyah, yakni Ahmad Syauqi Soeratno dan perwakilan Nahdlatul Ulama, yakni Hilmy Huhammad.
ADVERTISEMENT
Arga melihat tersingkirnya Islam Tarbiyah dari DPD DIY juga disebabkan karena kelompok tersebut sudah terlampau nyaman karena komposisi DPD DIY tak pernah berubah dalam empat kali pemilu.
“Karena kita sudah lihat 20 tahun lamanya pakem seperti itu komposisinya, dan mereka meyakini bahwa tahun 2024 akan memiliki ceruk yang sama, suaranya juga minimal sama dengan tahun-tahun sebelumnya,” kata Arga Pribadi Imawan saat dihubungi Pandangan Jogja, Selasa (26/3).
“Ini yang menurut saya jadi salah satu sebab gagalnya kelompok Islam Tarbiyah yang merepresentasikan PKS gagal meloloskan wakilnya ke DPD DIY,” lanjutnya.
Pengamat Politik Fisipol UGM, Arga Pribadi Imawan. Foto: DPP Fisipol UGM
Namun ternyata tanpa diduga muncul kandidat alternatif dari kalangan nasionalis merah, yakni RA Yashinta Sekarwangi Mega, dengan logistik dan amunisi yang sangat kuat.
ADVERTISEMENT
“Alternative candidate itu selalu menjadi daya tarik tersendiri, karena alternative candidate pasti dianggap oleh publik memiliki alternatif solusi atas karut marut kondisi yang terjadi di daerah tersebut,” ujarnya.
Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Gugun El Guyanie, mengatakan bahwa mesin politik PKS di Jogja sebenarnya sudah bekerja cukup efektif. Sebab, pemilih mereka sebagian besar adalah kelompok menengah, baik secara pendidikan maupun ekonomi.
“Tapi mengapa tersingkir? Mungkin karena figurnya tidak sekuat Cholid Mahmud, wakil mereka sebelumnya, Pak Khudhori ini orang baru ya. Jadi artinya mesin saja itu tidak cukup, tapi figuritasnya memang harus muncul juga,” kata Gugun El Guyanie saat dihubungi Pandangan Jogja.
Pengamat Politik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Gugun El Guyanie. Foto: Dok. Istimewa
Selain itu, masuknya Yashinta dari kelompok nasionalis merah membuat persaingan di DPD jadi lebih ketat. Apalagi kampanye Yashinta dilakukan sangat intensif.
ADVERTISEMENT
“Dari alat peraga kampanye kelihatan kan, itu menunjukkan bahwa amunisi Yashinta jelas siap dia dibandingkan kandidat yang lain,” ujarnya.