Pemda DIY Ungkap Sebab Petani Susah Beli Pupuk: Belinya Ngecer per Kilogram

Konten Media Partner
10 Oktober 2023 21:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pupuk UREA. Foto: Asep Fathulrahman/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pupuk UREA. Foto: Asep Fathulrahman/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Asisten Setda DIY Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Tri Saktiyana, mengungkapkan alasan mengapa petani di DIY sering kesulitan untuk membeli pupuk kimia. Metode penjualan dan pembelian pupuk yang ada sekarang dinilai menjadi penyebab utama sulitnya petani membeli pupuk.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, PT Pupuk Indonesia sampai saat ini tidak menjual produknya secara ecer, baru bisa keluar dengan kemasan per 50 kilogram. Sementara itu, petani di DIY lebih banyak yang membeli pupuk secara eceran per kilogram saja.
Pembelian secara eceran itu disebabkan karena para petani di DIY memiliki keterbatasan lahan pertanian, sehingga mereka tak perlu membeli pupuk dalam jumlah besar.
“Petani kita luas kepemilikan lahannya sempit, sehingga kalau beli pupuk itu dalam eceran,” kata Tri Saktiyana di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (10/10).
Karena itu, dibutuhkan sistem penyaluran pupuk melalui gabungan kelompok tani (gapoktan) untuk mempermudah petani mendapatkan pupuk.
“Sedangkan PT Pupuk Indonesia polanya sak-sakan, jadi perlu komunikasi yang lebih baik dengan petani karena mereka belinya 2 kilo 3 kilo, sehingga perlu ada koordinasi di level gapoktan,” tambahnya.
Asisten Sekda Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY, Tri Saktiyana. Foto: Dok, Pemda DIY
Dia mengimbau kepada gapoktan-gapoktan yang ada di DIY untuk membantu memfasilitasi anggotanya dengan menyediakan pupuk dengan ketentuan pembelian seperti yang sudah ditetapkan oleh PT Pupuk Indonesia. Misalnya dengan melakukan pengemasan ulang atau repack pupuk sesuai kebutuhan petani.
ADVERTISEMENT
Terkait dengan ketersediaan pupuk, dia mengatakan bahwa sampai saat ini kebutuhan pupuk relatif masih dapat dicukupi.
“Hanya saja pola distribusi yang diterapkan saja yang perlu perbaikan, perlu ada mediasi menggunakan gapoktan,” ujarnya.
Di DIY, penyaluran pupuk melalui gapoktan sebenarnya juga sudah dilakukan cukup lama dengan adanya program Kartu Tani.
Namun, dia meminta supaya petani tidak bergantung pada pemakaian pupuk kimia dalam kegiatan pertaniannya. Sebab, penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dan berlebihan akan mengganggu unsur hara yang berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Penggunaan pupuk kimia, harus diimbangi dengan penggunaan pupuk organik.
“Pemupukan harus seimbang antara kimia dan organik, sehingga hara kesuburan tanah lebih panjang lagi. Pupuk kimia memang diperlukan, tapi kita juga harus memperhatikan lingkungan. Kalau untuk pengadaan pupuk organik, petani-petani kita sudah mengusahakan meskipun belum masif,” ujar Tri Saktiyana.
ADVERTISEMENT