Pandemi COVID-19 Membuat Keuangan Rumah Sakit Terancam Bangkrut

Konten dari Pengguna
26 Juni 2020 19:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi rumah sakit. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rumah sakit. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Virus corona jenis baru penyebab COVID-19 telah menginfeksi jutaan orang di berbagai penjuru dunia. Bahkan jumlahnya masih cendrung meningkat dari waktu ke waktu. Beban rumah sakit pun semakin tinggi dalam menangani pasien COVID-19.
ADVERTISEMENT
Direktur RSGM UGM, Julita Hendrartini, menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 telah memengaruhi operasional rumah sakit. Bagi rumah sakit rujukan COVID-19, melonjaknya jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit menjadikan arus kas terganggu. Sebab uang muka kerja rumah sakit (10-50%) tidak lagi mencukupi biaya operasional. Belum lagi ditambah persoalan dispute klaim dan belum ada kejelasan kapan berakhir masa pandemi COVID-19.
Pandemi COVID-19 juga berimbas pada rumah sakit non rujukan COVID-19. Wabah virus corona menyebabkan penurunan kunjungan pasien rawat jalan maupun rawat inap non COVID-19. Kondisi tersebut mengakibatkan penurunan tingat okupansi.
“Pemasukan rumah sakit turun antara 30-50%,” katanya dalam webinar Sistem Keuangan dan Akuntansi Institusi Kesehatan pada Kondisi New Normal, Jum’at (26/6).
ADVERTISEMENT
Pendapatan yang menurun berdampak pada arus kas (cash flow) rumah sakit. Arus kas yang terganggu menjadikan beban operasional rumah sakit meningkat. Apabila kondisi ini terus berlangsung rumah sakit akan terancam kolaps atau bangkrut dan pelayanan terhenti.
Dia mengatakan situasi tersebut tidak hanya terjadi pada rumah sakit yang berada di Indonesia. Semua rumah sakit di dunia menghadapi persoalan yang sama.
Sementara memasuki fase tatanan kenormalanan baru, Julita menekankan pentingnya penataan ulang pelayanan di rumah sakit menyesuaikan kondisi normal baru. Penyusunan strategi yang tepat untuk memulihkan kondisi rumah sakit perlu dilakukan. Salah satunya dengan strategi branding mulai dari identifikasi layanan-layanan yang menguntungkan di rumah sakit, layanan apotik, mendorong sarana promosi kreatif dengan medsos, serta menghubungi pasin yang loyan dan sering berkunjung ke rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Berikutnya, strategi yang bisa disusun adalah terkait keuangan dengan menjadwal ulang pembayaran pihak ke tiga, menghitung ulang unit pembiayaan rumah sakit yang menyebabkan peningkatan beban operasional.
"Dalam pembiayaan rumah sakit di era new normal ini, pemerintah harus fokus menetapkan rumah sakit rujukan COVID dan refokusing efisiensi anggaran di masing-masing rumah sakit,” jelas Julita.
Ilustrasi Pixabay
Direktur Keuangan dan Umum RSA UGM sekaligus dosen FEB UGM, Haryono, menyampaikan pandemi COVID-19 telah mengakibatkan penurunan jumlah pengunjung di RSA. Grafik pengunjung menunjukkan kecenderungan menurun selama periode Maret-Juni 2020.
Haryono mengatakan terdapat sejumlah tantangan baru memaski masa kenormalan baru. Menurutnya, pandemi telah mengubah perilaku sivitas rumah sakit dalam pelayanan medis dan perilaku pasien. Perubahan juga terjadi dalam proses layanan tatap muka menjadi online-digital, gaya kepemimpinan, renstra, program dan efisiensi operasional serta pemanfaatan TIK dalam sosialisasi dan pemasaran produk rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Dia menyampaikan hal tersebut juga terjadi pada RSA UGM. Menghadapi pandemi ini, RSA berupaya memodifikasi SOP, sarana prasarana, dan mendisain ulang ruangan memasuki new normal. Hal tersebut untuk menciptakan layanan medis yang aman, bersih, dan sehat. Selain itu, melakukan efisiensi dan integrasi dalam proses bisnis internal. Lalu, mengoptimalisasikan pemanfaatan TIK dalam sosialisasi dan layanan. Dalam melakukan transaksi pembayaran juga diarahkan secara non tunai. (Ika / YK-1)