Nonton Karawitan Jadi Opsi Baru untuk Ngedate Anak Muda

Konten Media Partner
8 Maret 2024 16:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertunjukan karawitan 'Ndang Tak Gong' di Taman Budaya Yogyakarta, Kamis (7/3). Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Pertunjukan karawitan 'Ndang Tak Gong' di Taman Budaya Yogyakarta, Kamis (7/3). Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Pertunjukan Gelar Karawitan bertajuk "Ndang tak Gong" digelar di Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta, Kamis (7/3). Acara ini menampilkan karya dari tiga komposer muda, yaitu Sabatinus Prakasa, Wahyu Agung, dan Ponang Mardugandang.
ADVERTISEMENT
Sabatinus membawakan karya berjudul Dimension, sedangkan Wahyu menampilkan karya Tang Ting Tung Teng Tong, dan Ponang menutup acara dengan karya Sinkretik.
Gelar Karawitan tahun ini dihadiri ratusan penonton yang di antaranya adalah kelompok anak muda. Kebanyakan dari mereka hadir secara berpasangan, atau berpacaran.
Pertunjukan karawitan 'Ndang Tak Gong' di Taman Budaya Yogyakarta, Kamis (7/3). Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Banyaknya anak muda yang hadir sebagai penonton kemudian ditanggapi oleh Titut Purwiati, Kepala TBY. Saat ditemui tim Pandangan Jogja, Purwiati menyampaikan desain karawitan yang dirancang makin dekat dengan audiens muda.
"Kami memberikan ruang ekspresi untuk anak-anak di bidang karawitan untuk bisa mengeksplor seluas-luasnya karawitan ini untuk kebutuhan atau konsumsi masyarakat sekarang ya, atau anak-anak zaman sekarang. Perkembangan seni karawitan ini kan menyesuaikan dengan audiens," jelas Purwiati, Kamis (7/3).
Kepala Taman Budaya Yogyakarta, Titut Purwiati. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Purwiati juga memberikan tanggapan soal ruang seni pertunjukan karawitan yang bisa menjadi salah satu opsi kencan bagi anak muda menggantikan bioskop dan konser musik.
ADVERTISEMENT
"Bisa. Menurut saya pribadi kesempatan itu terbuka luas. Mereka (anak muda) kan sekarang kencannya dengan konsep kreatif," ungkapnya.
Saat ditanyai mengenai sisi romantis seni pertunjukan karawitan, Purwiati menyampaikan bahwa perpaduan alat musik gamelan memberikan keindahan tersendiri.
"Kalau alat musik dimainkan sendiri-sendiri, itu tidak ada sisi romantismenya. Tapi kalau dikolaborasi, digabungkan jadi satu itu kan jadi indah," jawab Purwiati.
Gedung Taman Budaya Yogyakarta. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Serupa dengan pernyataan Purwiati, beberapa penonton yang hadir pun turut memberikan pandangan yang sama soal romantisnya menonton karawitan bersama pasangan.
Salah seorang kawula muda yang hadir bersama pasangannya adalah Ridi, mahasiswa ISI. Menurutnya, nonton karawitan adalah proses kreatif yang romantis.
"Kalau aku sih dari ini, kita bisa bertukar banyak pendapat gitu, sharing-sharing gitu," kata Ridi.
ADVERTISEMENT
Bayu Eka Prasetya, siswa asal SMKI Yogya yang juga datang bersama pasangannya, menyampaikan kalau menyaksikan karawitan itu beda sensasinya dengan opsi kencan lainnya.
"Ya, romantis banget. Sensasinya tuh dapet banget. Ini beda, date-nya nonton gamelan. Asyik!" seru Bayu.