Jaga Pasokan Bahan Baku Gudeg, Yogya Canangkan 30 Hektar Hutan Nangka

Konten Media Partner
30 Januari 2022 14:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pejabat berfoto bersama seusai penacangan Hutan Keistimewaan Nagka di Gunungkidul, Sabtu (29/1). Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Para pejabat berfoto bersama seusai penacangan Hutan Keistimewaan Nagka di Gunungkidul, Sabtu (29/1). Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polkam) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Badan Pertanahan Negara (BPN) dan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencanangkan Hutan Keistimewaan Nangka Karangmojo, seluas 30 hektare di Gunung Kidul, Provinsi DIY pada Sabtu (29/1).
ADVERTISEMENT
Saat memberi sambutan, Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, mengatakan bahwa awalnya kawasan hutan tersebut merupakan hutan penelitian. Namun dalam perjalanannya, hutan tersebut kemudian dikembangkan untuk jadi hutan nangka untuk mendukung pengembangan dan pelestarian budaya DIY, salah satunya adalah untuk memasok bahan baku kuliner gudeg yang sudah jadi ikon Yogyakarta.
Harapannya, hutan nangka ini nantinya dapat mengatasi kekurangan bahan baku industri gudeg yang terus berkembang.
“Catatan yang ada, saat ini ada 146 UMKM gudeg yang ada di DIY dan kebutuhan nangkanya sekitar 10 ton per hari,” uja Siti Nurbaya Bakar.
Untuk diketahui, beberapa waktu lalu, Guru Besar dari Fakultas Kehutanan UGM yang bertahun-tahun meneliti buah nangka, Mohammad Na’iem mengatakan bawa saat ini nangka sudah semakin langka di DIY. Padahal, kebutuhan nangka muda atau gori sebagai bahan baku gudeg saat ini semakin besar. Akibatnya, ketersediaan buah nangka yang dimiliki DIY sudah tidak sebanding dengan permintaan yang ada.
ADVERTISEMENT
“Sekarang, untuk memenuhi kebutuhan pasar, nangka muda harus didatangkan dari luar Jogja,” kata Mohammad Na’iem.
Senada, Mahfud MD dalam kesempatan sambutan menilai, pembuatan hutan tematik wana boga dengan jenis tanaman nangka sangat strategis dalam mewujudkan pengelolaan hutan yang mampu mendukung ketahanan pangan. Diantaranya untuk menyediakan bahan baku kuliner khas Yogyakarta, yakni Gudeg.
“Pangan mempunyai peran sangat penting karena menyangkut dimensi politik, ekonomi, sosial dan budaya. Terlebih Indonesia merupakan negara besar mempunyai tantangan yang kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya,” kata Mahfud.
Selain untuk memenuhi kebutuhan kuliner yang diambil dari buah pohon Nangka, Menteri LHK Siti Nurbaya mengatakan bahwa lokasi hutan yang menghadap ke laut boleh dimanfaatkan oleh petani untuk meningkatkan perekonomian mereka. Misalnya dengan pengembangan kawasan ekowisata di kawasan tersebut, mengingat saat ini hutan tersebut dikelola oleh 120 orang petani.
ADVERTISEMENT
“Kalau dilihat pemandangan menghadap laut itu bagus, bisa dimanfaatkan masyarakat menjadi tempat yang produktif dengan sistem pengembangan ekowisata,” pungkasnya.