Harga Rumah Subsidi Naik Jadi Rp 162 Juta, REI DIY: Idealnya Minimal Rp 200 Juta

Konten Media Partner
13 Juli 2023 17:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perumahan subsidi. Foto: Dok. Kementerian PUPR
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perumahan subsidi. Foto: Dok. Kementerian PUPR
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga rumah subsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) resmi naik sebesar 8 persen dari kisaran Rp 150,5 juta - Rp 219 juta menjadi Rp 162 juta - Rp 234 juta.
ADVERTISEMENT
Kepala DPD Real Estate Indonesia (REI) DIY, Ilham Muhammad Nur, mengatakan bahwa REI menyambut baik kebijakan pemerintah atas penyesuaian harga rumah subsidi ini. Pasalnya sudah sekitar tiga tahun harga rumah subsidi tak mengalami penyesuaian, padahal harga bahan baku terus mengalami kenaikan.
Meski begitu, kenaikan harga rumah subsidi tersebut menurutnya belum memenuhi kondisi riil pengadaan rumah di lapangan, terutama di wilayah DIY. Pasalnya, harga tanah sebagai bahan baku utama di DIY saat ini sudah cukup tinggi.
“Dengan harga Rp 162 juta itu pun, kami merasa masih kesulitan memenuhinya,” kata Ilham Muhammad Nur saat dihubungi, Kamis (13/7).
“Karena harga bahan baku kita kan yang utama tanah, ketika tanah harganya sudah tinggi tentu kita kesulitan mewujudkan harga yang sesuai diatur pemerintah itu,” lanjutnya.
Ketua DPD REI DIY, Ilham Muhammad Nur. Foto: Istimewa
REI menurutnya telah mengusulkan harga ideal rumah subsidi minimal sebesar Rp 200 juta. Namun, di sisi lain dia juga memahami bahwa upah minimum yang berlaku di DIY masih terlampau rendah untuk harga rumah subsidi tersebut.
ADVERTISEMENT
“Karena harga rumah subsidi itu salah satu penentunya adalah UMP. Karena UMP di Daerah Istimewa Yogyakarta relatif sangat rendah, akhirnya harga rumah subsidi di DIY sama dengan seluruh Jawa, meskipun harga bahan bakunya lebih mahal,” ujarnya.
Dengan harga baru ini, menurutnya permasalahan backlog atau kekurangan rumah yang ada di DIY masih akan sulit untuk dipenuhi.
“Bahkan dengan harga Rp 200 juta sekalipun masalah backlog ini masih akan sulit untuk dipenuhi, apalagi DIY ini kan tingkat urbannya juga tinggi, jadi kebutuhan rumah selalu bertambah,” ujar Ilham.