Cerita Jokpin Ngontrak di Rumah Landung Simatupang di Daerah Gejayan, Sleman

Konten Media Partner
28 April 2024 14:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prosesi pemakaman penyair Joko Pinurbo di Sasanalaya Demangan, Ngemplak, Sleman, pada Minggu (28/4). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Prosesi pemakaman penyair Joko Pinurbo di Sasanalaya Demangan, Ngemplak, Sleman, pada Minggu (28/4). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jenazah sastrawan Yogya, Joko Pinurbo, telah dimakamkan di Sasanalaya Demangan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman pada Minggu (28/4). Tempat peristirahatannya tidak jauh dari tempat dimakamkannya sang ayah.
ADVERTISEMENT
Salah satu rekan Jokpin sesama seniman senior, Landung Simatupang, menceritakan momen saat Jokpin mengontrak rumahnya di daerah Gejayan. Saat itu, Jokpin masih mengajar di Universitas Sanata Dharma (USD) dan baru saja menikah.
Karena itulah Landung kemudian kerap berinteraksi dengan Jokpin.
“Lalu selebihnya ya kami sama-sama suka menulis puisi, tapi puisi-puisi dia jauh lebih bagus dari puisi saya,” kata Landung saat mengenang mendiang Joko Pinurbo, Sabtu (24/4).
Seniman senior, Landung Simatupang. Foto: Rochmad NH/Pandangan Jogja
Landung juga menyaksikan sendiri bagaimana ketekunan dan kerja keras Joko Pinurbo dalam belajar menulis puisi. Namun, Jokpin menurutnya tak pernah menunjukkan ke publik bagaimana kerja kerasnya dalam belajar maupun menulis puisi.
“Tapi saya pernah dengar, dia nulis puisi bisa beberapa bulan jadi satu puisi. Jadi di balik kesederhanaan dan kesantaian dia, ada kerja keras, ada semangat yang tidak pernah padam untuk mengungkapkan persepsinya tentang kehidupan yang bisa dia bagikan kepada khalayak ramai,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai sastrawan, Jokpin menurutnya memiliki kemampuan mengungkapkan penghayatan atas kehidupan ke dalam kata-kata yang sederhana tapi memiliki makna mendalam.
Prosesi pemakaman penyair Joko Pinurbo di Sasanalaya Demangan, Ngemplak, Sleman, pada Minggu (28/4). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Bukan cuma sederhana, bahkan banyak puisi-puisinya yang disisipi unsur-unsur kejenakaan. Hal inilah yang membuat karya-karyanya sangat mudah diterima dan dinikmati oleh banyak orang, tak hanya oleh kalangan sastrawan saja.
“Kan ada penyair yang hanya diapresiasi oleh teman-teman penyairnya atau kalangan sastra, kalau Jokpin ini tidak. Jokpin ini menulis puisi, siapapun bisa dengan cukup mudah menangkap maknanya, dan dapat dengan cukup mudah juga menikmatinya,” lanjutnya.
Secara kepribadian, Landung melihat sosok Joko Pinurbo sebagai orang yang pendiam jika sedang bersama orang yang belum ia kenal betul. Tapi jika ia bertemu dengan orang yang sudah cukup ia kenal, terlebih jika topik yang sedang dibicarakan adalah topik-topik yang menarik baginya, maka Jokpin akan berubah menjadi orang yang bisa bicara panjang lebar.
ADVERTISEMENT
“Dia itu orang yang cukup mudah menyesuaikan diri dengan keadaan, dengan situasi, termasuk juga dalam mengobrol, dia selalu tahu konteksnya, ini dengan siapa dia bicara dan dalam situasi apa dia berbicara,” kata Landung Simatupang.
Joko Pinurbo dikabarkan meninggal dunia pada Sabtu (27/4) pagi di Rumah Sakit Panti Rapih. Ia dirawat di rumah sakit sejak Kamis (25/4) karena masalah kesehatan pada paru-parunya.