Ceramah Tarawih di UGM, Ganjar: Wadas Proyek Pusat, tapi Saya Bertanggung Jawab

Konten Media Partner
6 April 2022 20:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ganjar Pranowo beri bantuan Rp 281 miliar kepada 211.455 pengajar agama di Jateng, Selasa (29/3/2022). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ganjar Pranowo beri bantuan Rp 281 miliar kepada 211.455 pengajar agama di Jateng, Selasa (29/3/2022). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengisi ceramah tarawih di Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Rabu (6/4). Dalam kesempatan ceramah tersebut, Ganjar menyinggung sejumlah permasalahan yang dia hadapi selama menjadi gubernur, mulai dari masalah pabrik semen di Rembang, pembangunan PLTU Batang, proyek pembangunan jalan tol, hingga yang terakhir adalah penolakan masyarakat Wadas di Purworejo terhadap penambangan batu andesit di desanya.
ADVERTISEMENT
Ganjar mengatakan, bahwa sebenarnya proyek di Wadas bukanlah pekerjaan pemerintah provinsi, melainkan proyek pemerintah pusat.
“Ini bukan pekerjaannya pemprov, ini pekerjaannya PUPR, yang membebaskan BPN, yang mengamakan polisi, yang mengerjakan di lapangan BBWS SO,” kata Ganjar di tengah ceramahnya.
Sebagai gubernur, dia mengaku tidak punya banyak kewenangan dan otoritas terkait dengan proyek di Wadas, baik dalam pembangunan bendungan Bener maupun penambangan batu andesit di Wadas.
“Tapi ketika terjadi sesuatu dan tidak ada pemimpin yang angkat tangan saya bertanggung jawab, maka saya bilang saya bertanggung jawab,” lanjutnya.
Karena itu, ketika kegiatan pengukuran tanah di Wadas sempat memanas beberapa saat lalu, Ganjar memutuskan untuk datang langsung ke Wadas untuk menemui dan mendengarkan apa yang diinginkan oleh masyarakat Wadas.
ADVERTISEMENT
Menurut Ganjar, masalah-masalah sengketa yang terjadi setiap ada proyek pemerintah, termasuk dalam konteks Wadas, disebabkan karena cara komunikasi pejabat publik yang kurang baik. Komunikasi yang kurang baik tersebut seringkali membuat salah paham antara rakyat dengan pemerintah beserta program-programnya.
“(Kebiasaan kita) kita banyak alasan, kita pasti mencari seluruh argument dengan segala tetek bengeknya. Jarang kemudian kita mengatakan, ya saya salah,” ujarnya.
Karena itu, birokrasi menurut Ganjar harus diisi oleh orang-orang yang berani mengakui kesalahannya, tentunya dibarengi dengan inovasi-inovasi untuk melakukan perbaikan di segala bidang.
Foto: Widi Erha Pradana
Sebagai informasi, Februari lalu situasi konflik di Wadas sempat memanas ketika pemerintah menurunkan ribuan polisi ke Desa Wadas untuk mengawal pengukuran tanah oleh BPN. Peristiwa itu berujung pada penangkapan 64 warga Wadas yang menolak adanya tambang batu andesit di desanya.
ADVERTISEMENT
Situasi yang semakin memanas membuat Ganjar datang langsung ke Purworejo untuk bertemu dengan warga Wadas. Dalam kesempatan itu, Ganjar sempat meminta maaf kepada masyarakat Wadas atas kericuhan yang terjadi.
“Saya ingin minta maaf kepada seluruh masyarakat, khususnya masyarakat Purworejo, terkhusus yang ada di Desa Wadas, karena kejadian kemarin mungkin merasa betul-betul tidak nyaman. Saya minta maaf dan saya bertanggung jawab,” kata Ganjar Pranowo dalam konferensi pers di Mapolres Purworejo, Rabu (9/2) silam.