Api Colok Menuntun Arwah Keluarga ke Rumah saat Malam Takbiran Tiba di Natuna

Konten Media Partner
21 April 2023 19:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asrama Mahasiswa Kabupaten Natuna di Yogyakarta pada siang hari menjelang Lebaran 2023. Foto: Widi RH Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Asrama Mahasiswa Kabupaten Natuna di Yogyakarta pada siang hari menjelang Lebaran 2023. Foto: Widi RH Pradana
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Muhammad Arya Febrian, mahasiswa semester 10 di sebuah kampus pariwisata di Yogya, sudah dua Lebaran tak pulang kampung (pulkam). Tahun ini jadi Lebaran ketiga ia tak pulkam ke Natuna, rumah yang ia kangenin.
ADVERTISEMENT
“Mahal bang. Sekali pulang 4 juta sekali sekali jalan,” katanya, saat ditemui di Asrama Mahasiswa Kabupaten Natuna, di Yogya, Sabtu (15/4).
Natuna, secara administratif menjadi bagian dari kepulauan Riau. Kalau lihat di peta, ia hanya berupa titik kecil di hamparan luas laut Natuna Utara yang berbatasan langsung dengan laut China Selatan. Pada 2021 lalu, China sempat melayangkan protes kepada Pemerintah Indonesia agar menghentikan pengeboran migas di perariran Natuna Utara. China mengklaim itu masuk wilayah mereka.
“Dari Yogya jauh sekali Bang. Kalau naik kapal bisa sepekan kita diombang-ambing di tengah laut. Naik pesawat saja hampir 2 hari karena harus transit, tak ada penerbangan langsung ke Natuna.”
Lokasi Kepulauan Natuna dalam peta Indonesia. Foto: REUTERS/Beawiharta
Secara geografis di utara Natuna ada Vietnam dan Kamboja. Di barat, berbatasan dengan Singapura, Malaysia, dan Riau.
ADVERTISEMENT
Bagi mahasiswa perantauan yang tak pulang kampung, Lebaran rasanya benar-benar hambar. Usai Salat Id, masuk ke kamar kos lagi, rebahan, baru kemudian video call dengan keluarga di rumah, di kampung.
“Baju baru juga tak beli, untuk apa juga? Kalau di rumah selalu kita bikin baju kurung, pakaian khas Melayu untuk dipakai bersama di hari Lebaran,” kata Arya.
Tapi bukan baju kurung yang dirindukan benar oleh Arya. Ia kangen setengah mati, justru sama Api Colok.
Api Colok Menuntun Arwah Keluarga
Ratusan api colok yang dipasang di halaman Asrama Mahasiswa Kabupaten Natuna di Yogya pada malam takbir. Foto: Deaz Senatri Wiratama
Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Kabupaten Natuna di Yogyakarta (IPMKNY), Deaz Senatri Wiratama, nasibnya juga hampir mirip dengan Arya. Tahun ini jadi Lebaran kedua ia tak pulang kampung.
Membuka ceritanya soal api colok yang dirindukan semua mahasiswa Natuna di Yogya yang tak bisa pulang kampung, Deaz bilang api colok ada hubungannya dengan arwah keluarga yang sudah meninggal.
ADVERTISEMENT
“Kami, masyarakat Natuna percaya arwah keluarga yang sudah meninggal akan pulang ke rumahnya masing-masing. Lampu-lampu colok itulah yang diyakini akan menerangi jalan mereka untuk pulang ke rumahnya,” terang Deaz.
Dengan jumlah penduduk hanya 77 ribuan jiwa yang mendiami pulau seluas 264 ribuan kilometer, mulai malam 27 Ramadhan, di depan rumah warga, di depan masjid dan kantor pemerintahan, di jalan-jalan kampung di Natuna mulai diterangi oleh ribuan api colok.
Gapura dari api colok di Natuna yang dibentuk seperti kubah masjid. Foto: Dok. Deaz Senatri Wiratama
Lampu jalan sambungan listrik PLN tak perlu dinyalakan, sebab kampung-kampung di Natuna menjadi benderang oleh sinar kekuningan dari api colok.
Pemuda di Natuna juga biasa menyusun lampu colok menjadi gapura di setiap batas kampung.
“Bentuk gapuranya macam-macam, ada bentuk masjid, kaligrafi, dan sebagainya. Jadi anak-anak mudanya itu berlomba-lomba sekreatif mungkin, sampai ada perlombaannya,” kata Deaz.
ADVERTISEMENT
Deaz menerangkan, api colok merupakan penerangan yang dibuat dari kaleng atau botol minuman kecil yang diberi sumbu dan minyak tanah. Seringkali, api colok juga dibuat dari bambu yang dilubangi kemudian diberi sumbu.
Kumpul di Asrama
Deaz Senatri Wiratama (kiri) dan Muhammad Arya Febrian (kanan), dua mahasiswa asal Natuna yang berlebaran di Yogya. Foto: Widi RH Pradana
Soal makanan khas Lebaran, ternyata tradisi di Natuna sama saja dengan di Yogya, di Jawa. Ketupat, lontong, dan opor ayam.
“Di makanan pelengkap atau kue-kuenya saja mungkin yang beda. Di Natuna ada roti canai, roti kirai, gulai ikan tuna, atau kernas, camilan khas Natuna yang terbuat dari sagu,” kata Deaz.
Setelah dilarang kumpul-kumpul selama 2 tahun di masa pandemi dan merasakan nelangsa sendirian di kamar kos masing-masing setiap lebaran tiba, pada tahun ini ikatan mahasiswa Natuna berencana untuk kumpul-kumpul besar di asrama.
ADVERTISEMENT
Sekitar 30 mahasiswa dari Natuna yang tak pulang kampung berencana untuk merayakan hari raya bersama di asrama yang terletak tepat di depan Gedung DPRD Kota Yogya.
Untuk hidangan makan, mereka tak berencana masak opor. “Kita mau nyate-nyate saja, sate ayam, sate kambing, biar simpel dan seru kan bakar-bakarnya rame-rame.”
Ratusan api colok yang dipasang di halaman Asrama Mahasiswa Kabupaten Natuna di Yogya pada malam takbir. Foto: Deaz Senatri Wiratama
Yang spesial, agar bisa merasakan suasana seperti kampung halamannya, Lebaran kali ini para penghuni asrama Natuna juga akan memasang ratusan lampu colok di sekitar asrama.
Deaz berharap, sinar dari ratusan lampu colok itu akan membawa suasana Lebaran di kampung halaman mereka ke Yogya, sehingga bisa sedikit mengobati kerinduan mereka untuk berlebaran di Natuna.
“Cahayanya, kehangatannya, aroma dari minyaknya, semuanya akan membuat kita seperti diantar pulang ke kampung. Karena situasi tidak memungkinkan kita pulang kampung, ya sudah, kita bawa saja kampung kita ke sini,” kata Deaz Senatri Wiratama.
ADVERTISEMENT