Angka Kelahiran Bayi di DIY Terus Turun, Paling Rendah Kedua di Indonesia

Konten Media Partner
7 Juni 2023 17:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi baru lahir. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi baru lahir. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Angka kelahiran total atau total fertility rate (TFR) Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi salah satu yang terendah di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), TFR DIY per 2020 ada di angka 1,89, menjadi yang paling rendah kedua setelah DKI Jakarta dengan TFR di angka 1,75.
ADVERTISEMENT
Artinya, setiap satu orang perempuan di DIY rata-rata melahirkan tidak sampai dua anak sepanjang masa suburnya.
Tingkat kelahiran bayi di DIY juga lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata kelahiran total secara nasional yang berada di angka 2,18.
Dalam lima dekade terakhir, TFR DIY memang cenderung terus mengalami penurunan. Pada 1971, TFR DIY ada di angka 4,76, kemudian mengalami penurunan pada 1980 menjadi 3,45. Pada 1990, TFR DIY kembali turun menjadi 2,08 dan turun lagi menjadi 1,44 pada tahun 2000.
Pada 2010, angka kelahiran di DIY sempat naik ke angka 1,94, tapi kemudian turun lagi pada tahun 2020 menjadi 1,89.
Embriolog senior di Sub Instalasi Rawat Jalan Kesehatan Reproduksi Klinik Permata Hati RSUP Dr. Sardjito, Ita Fauzia Hanoum, mengatakan bahwa ada beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan penurunan angka kelahiran di DIY.
ADVERTISEMENT
“Turunnya TFR itu tentunya karena memang diinginkan oleh pasangan usia subur,” kata Ita Fauzia Hanoum saat dihubungi, Rabu (7/6).
Embriolog senior di Sub Instalasi Rawat Jalan Kesehatan Reproduksi Klinik Permata Hati RSUP Dr. Sardjito, Ita Fauzia Hanoum. Foto: Istimewa
Biaya kebutuhan anak yang semakin mahal dinilai menjadi salah satu penyebab banyak pasangan di usia subur yang memilih menunda memiliki anak. Apalagi banyak juga yang menganggap memiliki anak akan menghalangi karier mereka.
“Perempuan sekarang juga semakin berhak untuk memutuskan mau punya anak atau tidak,” ujarnya.
Selain itu, penurunan angka kelahiran juga mungkin disebabkan oleh meningkatnya angka infertilitas atau pasangan yang sulit memiliki anak. Namun untuk saat ini belum ada data menyeluruh terkait angka infertilitas di DIY maupun di Indonesia, sehingga tidak bisa disimpulkan bahwa penurunan TFR di DIY disebabkan oleh meningkatnya angka infertilitas.
ADVERTISEMENT
“Karena cakupan penanganan pasien ingin anak di Indonesia juga masih rendah, jadi angka yang ada itu belum bisa mewakili TFR yang turun,” jelas Ita Fauziah.
Penurunan rata-rata kelahiran ini sebenarnya juga tidak hanya terjadi di DIY, tapi juga terjadi di Indonesia secara umum. Pada 1971 misalnya, rata-rata kelahiran secara nasional ada di angka 5,61. Angka ini selalu turun setiap dekade hingga pada 2020 berada di angka 2,18.