Ahli Gizi UGM: Rp 15.000 Buat Makan Siang Gratis Mepet, Jangan Sampai Kena Sunat

Konten Media Partner
28 Februari 2024 9:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sejumlah siswa sedang makan siang bersama. Foto: Nova Wahyudi/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sejumlah siswa sedang makan siang bersama. Foto: Nova Wahyudi/Antara Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anggaran makan siang gratis yang jadi program unggulan capres-cawapres Prabowo-Gibran disebut sudah masuk ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2025.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan oleh Menko Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, pada Senin (26/2) kemarin. Ia menyebut, pemerintah menganggarkan Rp 15 ribu per anak per hari untuk makan siang gratis.
Ahli gizi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Toto Sudargo, menyebutkan bahwa Rp 15 ribu sebenarnya cukup mepet untuk menyediakan makan siang dengan gizi yang seimbang.
Karena itu, pengelolaannya harus dilakukan dengan tepat agar cukup untuk membuat menu makanan dengan gizi seimbang.
“Dan jangan sampai disunat lagi, entah itu pajak atau bahkan dikorupsi, karena ini sebenarnya sudah mepet anggarannya,” kata Toto saat dihubungi Pandangan Jogja, Selasa (27/2).
Ahli Gizi UGM, Toto Sudargo. Foto: Kagama
Agar biayanya lebih hemat, penyediaan makan siang ini bisa dilakukan dengan cara kolektif. Artinya, cara memasak makan siang tersebut dilakukan bersama-sama sesuai dengan jumlah siswa yang ada.
ADVERTISEMENT
“Kalau dilakukan dengan kolektif, itu masih bisa mendapatkan 2 protein hewani, 1 protein nabati, karbohidrat, serta sayur dan buah,” ujarnya,
Petugas yang menyiapkan makan siang tersebut juga mesti mendapat honor yang layak. Jika tidak, maka dia akan sangat mudah tergiur untuk menilep atau menyunat anggaran makan siang tersebut untuk keuntungan dirinya sendiri.
“Petugasnya harus dapat honor yang pantas sehingga dia semangat, tidak tergiur mengambil anggaran uang makan yang diberikan ke siswa. Karena masalah kita itu banyak tukang sunat, jadi harus diawasi betul, jangan sampai hak anak-anak itu malah disunat,” kata Toto Sudargo.