Gagas Iuran Rp. 1000 untuk Sekolah Online, Postingan Ketua RT di Subang Viral

Konten dari Pengguna
28 Juli 2020 22:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sekolah di Bekasi. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sekolah di Bekasi. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ridwan Suryanagara, seorang ketua RT di daerah Tanjungsiang, Subang, Jawa Barat berbagi tips bagaimana menyelesaikan permasalahan sekolah daring ketika pandemi di tingkat RT. Tips itu dibagikan oleh Ridwan di grup Facebook info cegatan jogja, Selasa (28/7).
ADVERTISEMENT
Dalam sehari, postingan Ridwan sudah disukai oleh lebih dari 10 ribu pengguna Facebook, mendapat hampir 2 ribu komentar, dan telah dibagikan lebih dari 4 ribu kali.
Ridwan mengatakan hampir semua orangtua di kampungnya juga mengalami masalah yang sama dengan orangtua kebanyakan, yakni kesulitan mendampingi dan memfasilitasi anak-anaknya untuk belajar secara daring. Dari situ Ridwan dan para pengurus RT lainnya, serta para pemuda karang taruna berinisiatif untuk memfasilitasi anak-anak sekitar belajar secara daring.
“Kami berinisiatif untuk memasang IndiHome untuk akses internet anak-anak sekolah di lingkungan RT saya,” kata Ridwan ketika dihubungi melalui jaringan pribadi, Selasa (28/7).
Lantas, bagaimana caranya membayar tagihan koneksi internet tersebut? Ridwan mengatakan bahwa setiap keluarga yang ada di RT-nya diwajibkan untuk iuran Rp 1.000 setiap hari. Uang itu disimpan di dalam toples yang dipasang di dinding rumah. Nantinya, uang itu akan diambil oleh pemuda karang taruna sebulan sekali.
ADVERTISEMENT
Yang diwajibkan untuk iuran juga bukan hanya keluarga yang punya anak sekolah saja, melainkan semua keluarga tanpa terkecuali. Ridwan menambahkan bahwa pendidikan anak-anak di kampungnya merupakan tanggung jawab bersama.
“Jadi dalam satu bulan setiap rumah mengumpulkan Rp 30 ribu, nah ini dikumpulkan dari 55 KK, total terkumpul sekitar Rp 1,6 juta,” lanjutnya.
Dari uang yang telah terkumpul, Rp 600 ribu digunakan untuk membayar tagihan akses internet dengan kecepatan 50 Mbps. Sementara Rp 1 juta sisanya dipakai untuk membeli keperluan lain berupa kertas HVS beberapa rim dan tinta printer. Dengan begitu, kalau ada tugas yang mengharuskan untuk diprint, maka siswa tidak perlu lagi pergi ke warnet atau rental komputer.
“Selain itu juga untuk membayar transport guru-guru yang mau datang mengajar di kampung kami,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Gerakkan Pemuda Kampung
Postingan Ridwan Suryanegara di grup ICJ.
Bagi anak-anak yang tidak memiliki gawai, dalam proses belajar daring nantinya akan dipinjami gawai milik pemuda karang taruna yang juga dilibatkan dalam program tersebut. Selain itu, di balai RT juga telah disediakan komputer untuk menunjang pembelajaran daring. Komputer ini diperoleh dari sumbangan warga setempat.
Program ini juga melibatkan para pemuda. Ridwan mengatakan, anak-anak muda yang sudah lulus SMA, SMK, atau D3 namun belum mendapat pekerjaan dikerahkan sebagai tenaga pengajar. Mereka ditugaskan untuk membimbing dan mendampingi adik-adik mereka selama belajar daring.
“Mereka dibayar Rp 20 ribu dari uang kas RT,” ujar Ridwan.
Karena sudah ada pemuda karang taruna yang mendampingi anak-anak belajar, orangtua menjadi bisa tetap fokus dengan pekerjaannya. Bagi yang harus bertani bisa tetap fokus bertani, yang harus ke pabrik bisa tetap fokus ke pabrik, yang punya usaha juga bisa tetap fokus dengan usahanya.
ADVERTISEMENT
Jika ada anak dari luar kampung yang ingin ikut belajar karena tidak memiliki gawai atau memiliki masalah dengan koneksi internet, juga dipersilakan untuk ikut belajar bersama. Dengan catatan, mereka harus diperiksa dulu kesehatannya setiap hari.
Tetap Menerapkan Protokol
Postingan Ridwan Suryanegara di Grup ICJ
Biasanya ada belasan anak yang datang ke balai RT untuk belajar secara daring. Kendati demikian, protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran COVID-19 tetap diterapkan. Mulai dari penyediaan tempat cuci tangan, menggunakan masker, serta menjaga jarak aman.
“Di balai RT disediakan meja yang diatur jaraknya sesuai prosedur kesehatan atau social distancing,” lanjutnya.
Setelah proses pembelajaran selesai, koneksi internet akan dimatikan supaya tidak digunakan untuk kegiatan lain selain belajar. Setiap hari, kata sandi koneksi internetnya juga diubah, sehingga tidak digunakan secara sembarangan seperti menonton YouTube, bermain game online, atau yang lainnya. Dan hanya dengan modal Rp 1.000, Ridwan mengatakan proses pembelajaran di kampungnya kini sudah bisa berjalan nyaris normal kembali.
ADVERTISEMENT
“Cuman seribu rupiah perhari loh, sangat bermanfaat. Kalian yang di kota masa hal seperti ini saja tidak mampu?” ujar Ridwan. (Widi Erha Pradana / YK-1)