Murid-murid Masih Membutuhkan Bimbel

Konten Media Partner
18 Desember 2019 7:52 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Guru-guru Bimbel Rumah Belajar Ganesha. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Guru-guru Bimbel Rumah Belajar Ganesha. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Sepanjang masih ada kesadaran orangtua akan pentingnya Bimbingan Belajar (Bimbel). Saya yakin, kebijakan Pak Menteri tidak berpengaruh kepada kami," ujar Pemilik Bimbel Rumah Belajar Ganesha Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Lusi Sandra Indriyani, saat PaluPoso mendatangi rumah belajarnya, Rabu (18/12).
ADVERTISEMENT
Keberadaan rumah Bimbel menjadi sorotan akhir-akhir ini karena kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim yang akan mengganti sistem Ujian Nasional (UN) menjadi Assesment Kompetensi.
Sistem UN yang selama ini menekankan pada angka, dinilai menjadi penyebab siswa, guru dan orangtua tertekan karena harus mengejar nilai rata-rata yang dibebankan di UN.
Dengan begitu, penghapusan UN dinilai membantu orangtua siswa agar tidak perlu mengeluarkan uangnya untuk memasukkan anak-anaknya di Bimbel agar memperoleh nilai UN yang sempurna.
"Bagi saya, akan digantinya UN dengan sistem lain tidak akan berpengaruh. Malah saya menilai akan sama saja," ujar Lusi.
Selama ini memang pihaknya memberikan bimbingan kepada siswa untuk menghadapi ujian. Bimbel yang mereka berikan tidak hanya berhubungan tentang UN, tetapi lebih dari itu.
ADVERTISEMENT
"Bimbel ini lahir untuk menjembatani pembelajaran yang tidak diajarkan murid di sekolah. Untuk itu lembaga ini hadir bukan semata-mata untuk bimbel UN saja,'' kata Lusi.
Suasana Bimbel di Rumah Belajar Ganesha. Foto: Istimewa
Selama ini Bimbel Rumah Ganesha menerima murid-murid dari usia TK sampai SMA untuk membantu orangtua mengajar anaknya. Dalam artian, bimbel lahir mempermudah para orangtua untuk menggantikannya belajar di rumah.
"Kan biasanya ada orangtua yang sibuk. Dua-duanya bekerja. Jadi tidak punya waktu untuk mengajar anaknya. Nah dengan bimbel anak-anak itu bisa terbantukan," ujar Lusi.
Rumah Bimbelnya yang berdiri sejak empat tahun itu hingga kini terus menjadi pilihan warga untuk menjadi tempat belajar anak-anaknya.
"Kami di sini pakai daftar tunggu. Jadi setiap kelas cuma ada lima orang saja," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan kondisi belajar di sekolah-sekolah pada umumnya, jumlah murid dan siswa yang diajar cukup banyak.
"Kondisi itu sangat tidak efektif. Akan berbeda nanti pemahaman siswa yang cepat paham dan tidak. Nah lewat bimbel ini kami menyajikan yang berbeda," terang Lusi lagi.