Harga Cabai Naik, Petani di Sulteng Malah Beralih Tanam Nilam

Konten Media Partner
24 Februari 2021 12:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tanaman cabai. Foto: Thegorbalsla
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tanaman cabai. Foto: Thegorbalsla
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Provinsi Sulawesi Tengah, rata-rata mengalami kenaikan. Para pedagang di pasar menjual dengan harga Rp 75 ribu hingga Rp 80 ribu per kilogram.
ADVERTISEMENT
Di Kota Palu misalnya, harga cabai dari harga sebelumnya diketahui berkisar Rp 25.000 hingga Rp 45.000 per kilogram sebelum perayaan Imlek, kini menjadi Rp 70 ribu per kilogram.
Kabupaten Tolitoli, dari harga jual sebelumnya Rp 55 ribu, kini menjadi Rp 75 ribu per kilogram.
Sementara Kabupaten Poso, dua hari terakhir ini langsung melonjak dari harga sebelumnya Rp 70 ribu, kini menjadi Rp 80 ribu per kilogram.
"Cabe sekarang susah dan langka karena banyak yang langsung mengirim ke luar wilayah Sulteng, seperti ke Kalimantan," kata Hj Hara, salah satu pedagang di Kota Palu.
Ia mengatakan, penyebab lainnya harga cabai melonjak karena minimnya pasokan dari petani penghasil cabai di Sulteng, seperti Poso, Tojo Una-una dan Donggala.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, pedagang di Kabupaten Poso juga menyatakan hal yang sama. Harga cabai naik karena minimnya cabai yang masuk ke pasar lokal.
Selain itu cuaca yang sering hujan sehingga panen berkurang. Petani Cabai di Napu dan sebagian Poso Pesisir Bersaudara beralih menanam komoditi lain yang harganya lebih menjanjikan.
Tanaman Nilam. Foto: Balittro
"Memang benar pak, kenaikan harga Cabai di pasar ini mulai dua hari terakhir. Beberapa hari lalu masih Rp 70-75 ribu per kilogramnya. Tapi sekarang naik lagi. Ini disebabkan karena berkurangnya produksi cabe oleh petani. Para petani memilih beralih tanaman nilam," kata Suryani (45), salah satu pedagang Cabai di Pasar Sentral Poso.
Terkait tingginya harga jual Cabai di pasar tradisional di Kabupaten Poso, diakui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Poso, Suratno. Kepada PaluPoso, Rabu (24/2), mengatakan, selama ini saat panen cabai, petani merugi akibat banyaknya produksi. Tapi saat ini, petani cabai bergembira sebab harganya tinggi.
ADVERTISEMENT
"Saat ini memang harga Cabai di Poso tinggi. Ini bagi warga petani di Lore Bersaudara yang memang sedang panen merasa sangat diuntungkan. Tapi cabai ini akan turun lagi harganya begitu ramai petani nanam Cabai lagi. Dan, itu memang yang terjadi di daerah ini selama ini," kata Suratno.
Mantan Kepala Bapelitbangda Poso itu juga tidak menampik jika salah satu penyebab naiknya harga Cabai di pasaran karena berkurangnya petani menanam cabai. Sebab, menanam komoditi lain yang dianggap harganya lebih menjanjikan.
"Iya, memang saat ini petani cabai beralih menanam nilam. Saat ini luas lahan tanaman nilam sekitar 300 hektare yang tersebar di Kecamatan Poso Pesisir, Poso Pesisir Selatan, Poso Pesisir Utara, Poso Kota Utara, Poso Kota Selatan, Lage dan Pamona bersaudara," katanya.
ADVERTISEMENT
Padahal menurutnya, tanaman nilam akan mengurangi kesuburan tanah jika sudah 2 sampai 3 kali tanam.
"Sama dengan harga cabai, begitu sedikit petani yang nanam harganya mahal. Nanti begitu mahal banyak yang nanam harganya anjlok. Nilam juga begitu, sudah banyak yang tergiur tanam dan sekarang harganya mulai turun dan pasti akan turun," kata Suratno. *** (Deddy/Sabran)