Mengabdi untuk Negeri, Jajang Tempuh 25 KM Tiap Hari

Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap adalah organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global
Konten dari Pengguna
12 Oktober 2021 10:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksi Cepat Tanggap tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Meski kondisi fisik berbeda dari orang kebanyakan, Jajang, seorang guru di Kabupaten Sukabumi terus semangat mengabdi pada pendidikan.
zoom-in-whitePerbesar
Meski kondisi fisik berbeda dari orang kebanyakan, Jajang, seorang guru di Kabupaten Sukabumi terus semangat mengabdi pada pendidikan.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
JAKARTA – Tahun 2001 menjadi tahun yang kelam bagi Jajang, guru honorer di Kelurahan Bojongsari, Kecamatan Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi. Jajang mengalami kecelakaan dan saat itu satu kakinya harus diamputasi.
ADVERTISEMENT
Sejak kehilangan satu kaki, kehidupan Jajang tidak berubah. Ia tetap bersemangat berangkat mengajar ke sekolah. Meski perjalanan menuju sekolah tidak mudah, namun Jajang tidak menyerah. Saban hari, Jajang harus menempuh jarak 25 kilometer ke sekolah di Desa Nangela, Kecamatan Tegalbuleud. Dengan menggunakan motor tua yang dimodifikasi, Jajang melewati jalanan yang tak sepenuhnya beraspal.
“Naik motor yang kondisinya sudah rusak, shockbreaker bocor, sering turun mesin, rem tidak berfungsi dengan baik. Dipakai setiap hari melewati jalan tanah dan bebatuan yang tidak rata,” kata Jajang.
Kondisi ekonominya saat ini belum cukup untuk membeli motor baru. Gaji yang Jajang terima masih jauh dari UMK Kabupaten Sukabumi. Per bulan, Jajang menerima upah Rp400 ribu. Menurutnya, jumlah gaji yang ia terima kini sudah jauh lebih banyak dibandingkan pertama kali mengajar, yakni Rp150 ribu.
ADVERTISEMENT
Resdiana Pratama dari tim ACT Sukabumi menjelaskan, banyak guru honorer yang mengabdi lama, perjuangannya menuju sekolah tidak mudah, namun masih minim apresiasi. “Kesejahteraan guru honorer masih sangat kurang Masa pengabdian dan perjuangan yang berat, belum diperhitungkan untuk menambah kesejahteraan,” ujarnya.
Untuk membantu perjuangan guru honorer pra sejahtera, Global Zakat-ACT memberikan biaya hidup dan pangan. Diharapkan bantuan dari dermawan dapat meringankan beban ekonomi para guru honorer.[]