Rusuh di LBH: Pertunjukan Seni Sederhana yang Begitu Menakutkan
Konten dari Pengguna
18 September 2017 13:15 WIB
Tulisan dari Nyengir tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tak puas merangsak paksa seminar dan diskusi bertema “Pengungkapan Kebenaran Sejarah 1965/1966”, gelar seni yang berisikan pertunjukan musik, puisi, dan komedi ini juga harus terkena luapan aksi massa (Duh, maaf, Tan Malaka, konsep "aksi massa"-mu jadi enggak keren ketika disematkan kepada segerombol massa brutal nan clueless, ngamuk-ngamuk tanpa akal sehat).
ADVERTISEMENT
Pertunjukan seni musik, pembacaan puisi, dan stand up comedy haha-hihi ini merupakan bentuk dari aksi solidaritas terhadap para peserta seminar (beberapa di antara mereka adalah eks korban keganasan orde baru), yang terkena getah dari aksi represi massa dan aparat keamanan pada Sabtu (16/9) lalu.
Niatnya mau seru-seruan sambil berkesenian, eh malah mau diganyang sampai modar. Sedih.
Isi acaranya? Isinya ya, orang-orang baca puisi ke depan satu-satu, gelaran musik akustik, diakhiri dengan tepuk tangan yang menyaksikan.
lalu, adakah tindak mempropagandakan suatu paham tertentu? Adakah atribut suatu partai di sana? Adakah dalam agenda mereka tertulis "HELLO GUYS. BESOK KITA KUDETA NEGARA INI DENGAN PAHAM YANG KITA ANUT YA!"
Ya enggak ada, dong! Mereka tersulut dengan suatu hal yang mereka karang-karang di pikiran saja. Mereka kepanasan dengan sesuatu yang bahkan percikan apinya saja tidak kelihatan.
ADVERTISEMENT
Menurut kamu, apakah pertunjukan seni seperti tadi malam itu perlu dibubarkan seperti itu? Perlukah energi kita mencaci dan menghardik sesuatu yang kita tidak tahu? Dan yang paling penting, apakah usaha mencari kebenaran merupakan suatu hal yang harus dikubur dan dienyahkan dari petala bumi, apalagi mengingat kita hidup di negara yang mengagungkan pilar demokrasi?
Duh, ndak paham aku. Gimana pendapat kalian, Readers?