Pakar IPB Jelaskan Ketertarikan Masyarakat Dunia Pada Warna Kerabang Telur Ayam

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
15 Desember 2023 11:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pakar IPB Jelaskan Ketertarikan Masyarakat Dunia Pada Warna Kerabang Telur Ayam
zoom-in-whitePerbesar
Pakar IPB Jelaskan Ketertarikan Masyarakat Dunia Pada Warna Kerabang Telur Ayam
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Telur ayam merupakan salah satu sumber protein lengkap yang sangat penting bagi kesehatan, perkembangan dan pertumbuhan. Disamping itu telur ayam mempunyai harga yang relatif lebih murah jika dibandingkan dengan sumber protein dan gizi lainnya.
ADVERTISEMENT
“Di Indonesia sebagian besar warna kerabang telur ayam ras yang ada di pasaran berwarna coklat dan hampir tidak ada yang berwarna putih. Namun jika kita berkunjung ke Amerika kita akan menemukan fakta sebaliknya, yaitu sebagian besar warna kerabang kulit telur yang ada di pasaran 93 persen berwarna putih,” ujar Prof Ronny Rachman Noor yang merupakan Pakar Genetika Ekologi IPB University.
Menurut Prof Ronny, selera konsumen telur ayam memang sangat beragam, sebagai contoh di Inggris, 99 persen telur yang dijual di pasaran berwarna coklat, sebaliknya di Iran dan Meksiko 98 persen telur yang dijual berwarna putih. Pasar telur di Kanada juga didominasi oleh telur ayam dengan warna kerabang putih.
Lanjutnya, di Kawasan Asia seperti misalnya di Tiongkok, 65 persen didominasi oleh telur warna coklat dan sebanyak 35 persen adalah telur berwarna putih, sedangkan di Afrika Selatan situasinya terbalik. Sementara di Jepang telur berwarna coklat tua lebih disukai.
ADVERTISEMENT
“Pilihan konsumen akan warna kerabang telur ini memang tidak terlepas dari anggapan bahwa telur berwarna coklat lebih bergizi. Anggapan ini kemungkinan besar disebabkan karena telur ayam organik dan telur ayam kampung yang berwarna coklat lebih disukai di negara yang sebagian besar menyukai telur kulit berwarna putih” ujar Prof Ronny.
Menurut Prof Ronny biasanya petimbangan utama produsen telur di satu negara dalam menghasilkan dan memasarkan telurnya sangat ditentukan oleh produktivitas ayam dan juga selera konsumen akan warna telurnya.
“Ayam jenis White Leghorn menghasilkan telur berwarna kerabang putih bersih, sedangkan ayam jenis Red Sex Link yang merupakan ayam hibrida komersial telurnya berwarna coklat demikian juga warna ayam jenis Rhode Island Red. Sebaliknya, jenis Ameraucana menghasilkan telur berwarna kerabang biru,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, warna kerabang telur yang bervariasi antar jenis ditentukan oleh pigmen. Pigmen ini dikeluarkan dari saluran telur pada tahap terakhir pembentukan telur.
“Nilai gizi telur ini sangat ditentukan oleh jenis ayam dan juga jenis unggas yang menghasilkan telur. Jadi warna telur ayam dan juga unggas sama sekali tidak ada hubungannya dengan kandungan nutrisi di dalam telur. Dari segi nilai gizi hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan besar dalam kualitas internal telur antara telur putih dan coklat,” tuturnya.
Ia mengatakan, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian adanya bercak darah (blood spot) dan daging (meat spot) dalam telur yang berwarna coklat lebih tinggi nilai gizi nya jika dibandingkan dengan telur berwarna putih.
ADVERTISEMENT
“Sementara, nilai tinggi telur dari dasar sampai batas atas putih telur yang merupakan salah satu penentu kualitas telur (Haugh Unit) yang berwarna coklat lebih rendah nilai gizi nya dibandingkan dengan telur yang berwarna putih,” ujar Prof Ronny.
Ia menuturkan, kerabang telur berperan besar dalam menjaga nilai gizi telur karena cangkang telur yang bersih dan cukup kuat akan sangat membantu dalam penanganan dan distribusi telur yang biasanya memakan waktu berminggu minggu.
“Terlepas dari selera akan warna nya, telur ayam berperan dalam menunjang kesehatan dan juga kecerdasan, mari konsumsi telur untuk membangun sumberdaya manusia Indonesia yang lebih sehat dan lebih cerdas,” pungkas Prof Ronny. (Lp)