Dosen Mengabdi Inovasi, IPB Kenalkan Inovasi Marikultur ke Pokdakan di Kepri

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
9 November 2023 15:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dosen Mengabdi Inovasi, IPB Kenalkan Inovasi Marikultur ke Pokdakan di Kepri
zoom-in-whitePerbesar
Dosen Mengabdi Inovasi, IPB Kenalkan Inovasi Marikultur ke Pokdakan di Kepri
ADVERTISEMENT
Melalui program Dosen Mengabdi Inovasi (DMI), tim dosen IPB University dari Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) mengenalkan inovasi teknologi marikultur kepada masyarakat, terutama Kelompok Pembudi daya Ikan (Pokdakan) Sioot Coral di Tanjung Piayu Laut, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), 6-8/11.
ADVERTISEMENT
Dr Dinamella Wahjuningrum yang merupakan putri daerah Kota Tanjungpinang, Kepri, bersama anggota tim Dr Irzal Effendi, Fajar Maulana MSi, dan Wildan Nurussalam, MSi memberikan pelatihan dan diskusi solutif mengenai berbagai metode budi daya sejumlah komoditas ikan seperti kerapu, kakap putih (siakap), teripang dan kepiting bakau.
“Kegiatan ini bertujuan untuk membantu memecahkan masalah yang ada pada aktivitas budi daya di lokasi, khususnya pada tahap pembesaran. Penyediaan hingga aklimatisasi benih dihadapkan pada permasalahan kematian pascatebar dan selama pemeliharaan. Permasalahan efisiensi produksi juga menjadi perhatian yang perlu diselesaikan,” ucapnya.
Dalam pemaparannya, Dr Dinamella menyampaikan pemanfaatan dan aplikasi obat-obatan herbal (fitobiotik). “Aplikasi herbal ini selain dalam rangka keamanan pangan berbasis bahan baku lokal, juga bertujuan untuk memberi branding organik dan memenuhi aspek keamanan pangan, sehingga bisa lebih diminati konsumen,” ungkap dia.
ADVERTISEMENT
Bahan herbal yang berpotensi digunakan meliputi kulit bawang merah, bawang putih, meniran, sambiloto, limbah batang pisang, hingga ekstrak karamunting yang bisa dimanfaatkan untuk aktivitas reproduksi kepiting bakau.
Sementara, Dr Irzal memaparkan sistem produksi usaha budi daya marikultur, salah satunya terkait potensi komoditas budi daya lobster yang diinginkan oleh masyarakat, mengingat dekat dengan pasar ekspor yaitu Singapura.
“Hanya saja, ketersediaan benih perlu disiapkan atau diadakan terlebih dahulu. Adapun prosedur operasi standar (POS) budi daya dapat dipelajari dari lokasi yang sudah berhasil kemudian,” jelasnya.
Wildan Nurussalam dan Fajar Maulana masing-masing menyampaikan mengenai kondisi lingkungan yang dibutuhkan untuk budi daya, khususnya di lokasi sekitar perairan Tanjung Piayu Laut. Keduanya juga mengulas terkait aspek pembenihan yang perlu diperhatikan dalam aktivitas pembenihan biota budi daya serta faktor pemilihan benih yang perlu menjadi perhatian para pembudi daya.
ADVERTISEMENT
“Faktor lingkungan yang perlu diperhatikan antara lain faktor fisik, kimia dan biologis dari perairan. Kesemuanya perlu diketahui sejak awal agar kehidupan biota budi daya dapat terdukung dengan kualitas perairan yang dipilih,” urainya.
Lebih lanjut Fajar Maulana mengatakan, benih yang digunakan budi daya hendaknya memiliki kualitas yang baik. Hal itu dapat dicirikan dengan benih yang bersertifikat atau berasal dari panti benih, memiliki ukuran yang seragam untuk mencegah terjadinya kanibalisme maupun dominansi, benih yang sehat dan tidak cacat serta responsif bila mendapat gangguan.
Dalam kesempatan ini, Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Penyuluh, Dinas Perikanan (DP) Kepri, Ir Wan Ilham, MSi menyatakan dukungannya. “Kami sangat mendukung program ini, bahkan kalau bisa lebih banyak lagi dosen yang memiliki keilmuan kelautan dan perikanan yang berasal dari Kepri melakukan kegiatan ini. Mengingat provinsi ini sebagian besar kawasannya berupa laut dan pulau-pulau kecil,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Dia juga berpesan kepada para generasi penerus untuk terus memanfaatkan perairan laut Batam menuju kegiatan budi daya yang berkelanjutan. Hal tersebut mengingat hasil tangkapan sekarang berbeda dengan dahulu yang berjumlah banyak, berukuran besar dan tidak jauh dari daratan, sedangkan sekarang telah berubah.
Ketua Pokdakan Sioot Coral, Kamaruddin Saban berharap pelatihan ini bisa meningkatkan kemampuan anggota dalam memecahkan masalah pada pembudidayaan ikan kerapu, kakap, kepiting dan teripang yang dilakukan masyarakat.
“Peran peneliti sebagai guru juga diharapkan dapat mendampingi para pembudi daya pemula untuk terus maju dan berkembang. Kami pun membuka lebar peluang kerja sama dan menerima mahasiswa yang ingin membantu dalam kegiatan kami,” tandasnya. (*/Rz)