Menutup Cerita yang Berwarna

Naufal Al Rafsanjani
Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirayasa. Antusias dalam mengamati fenomena sosial yang berkaitan dengan kebahasaan, politik dan kebijakan publik.
Konten dari Pengguna
1 Januari 2024 10:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naufal Al Rafsanjani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang pemuda tengah membaca buku di salah satu sisi perpustakaan. Belum diketahui apa judul buku yang ia baca. Namun yang pasti buku itu berisikan cerita fiksi karena ia duduk diantara rak buku fiksi.
llustrasi oleh: Ian Schneider via unsplash
Lembaran demi lembaran dibacanya dengan hati-hati sampai pada halaman terakhir dan ia mendadak pergi. Lantas aku menghampiri dan melakukan hal yang sama seperti yang orang itu lakukan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Kini aku tau judul buku itu. Covernya bertuliskan "Menutup Cerita yang Berwarna". Ternyata tidak setebal yang aku bayangkan. Lantas aku melihat cover belakangnya untuk membaca sinopsis. Berikan aku waktu untuk membaca ceritanya dari halaman pertama.
***
Kaki-kaki ini teramat lelah, namun tetap secara perlahan melangkah. Kali ini aku sepakat untuk meminjam istilah yang sering digunakan orang bahwa hidup ini seperti halnya naik Roller Coaster. Sebuah pengibaratan klise, tapi ada benarnya.
Wajar kaki ini lelah, karena sejauh kaki ini melangkah hampir selalu diiringi dengan sensasi menegangkan dan lika-liku tak terduga yang membuatku terkagum-kagum. Ngomong-ngomong kata 'kagum' itu tidak harus semuanya mereperentasikan hal yang baik kan?
Tentunya perlu waktu yang panjang untuk mengisahkan perjalanan selama satu tahun ke belakang. Aku juga tidak ingin pembaca tulisan ini kelak membuang waktu luangnya. Jadi, baiklah aku akan mengkompromikan kisah ini dengan terlebih dulu memilah momen-momen yang manarik minat.
ADVERTISEMENT
Meskipun tentu saja menarik minat yang aku maksud disini menggunakan parameter penulis yang sudah pasti subjektif.
Ekspedisi ini berlangsung seperti halaman-halaman novel. Memadukan fiksi dengan dunia nyata. Menariknya kisah ini adalah karena penulisnya merasa menemukan rona baru yang memancarkan cahaya lembut, menawan, dan menarik perhatian.
Tentu saja paragraf sebelumnya adalah kalimat hiperbola yang penulis gunakan untuk menggambarkan "sosok perempuan".
Kehadirannya selama ini memberikan warna tersendiri. Sebab, menjadi sumber penghiburan dan motivasi sejati, seolah takdir memang merencanakan kisah kami.
Tapi pembaca tidak perlu khawatir bahwa ini hanya sekedar cerita yang ditujukan untuk perempuan tersebut. Sebab, kali ini penulis menyusun kalimat sebagai sarana merefleksi diri.
Di tengah perasaan yang mulai tumbuh, aku justru mendapati diri ini terjebak dalam labirin dunia akademis. Disaat aku berpikir untuk mengucapkan selamat tinggal pada kuliah dan buku pelajaran, sesuatu yang lain terjadi.
ADVERTISEMENT
Hal itu membawa perubahan tak terduga dalam kehidupan penuh gejolak.
Jalan memutar yang tidak terduga ini menguji ketahanku. Memaksaku untuk meninjau kembali catatan-catatan yang sempat terlupakan. Menghidupkan kembali semangat akademis dan menghadapi tantangan dengan tekad yang tak tergoyahkan.
Aku juga perlu bersyukur karena di tengah gejolak itu, aku menemukan sumber ketekunan yang barangkali belum dimanfaatkan atau justru pernah terlupakan, sekaligus menjadi titik balik ketahanan dalam kesulitan.
Perjalanan ini mengajariku bahwa naskah kehidupan seringkali terungkap secara tak terduga. Menggarisbawahi pentingnya katahanan serta ketekunan dalam mengungkap keindahan dalam menjalani babak kehidupan yang tidak terduga.
Saat menyambut tahun baru, wawasan mendalam mengenai kehangatan cinta membentuk kembali hidup dengan cara yang tak terduga. Sebuah tarian antara peluang dan tantangan terjadi untuk menggambarkan esensi kehidupan yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Oh iya, hampir aku melupakan perempuan yang sempat aku sebutkan sebelumnya. Dia tetap menjadi bagian dari narasi ini. Aku memberikan ruan yang luas kepadanya sambil memastikan bahwa pilihan ada ditangannya.
Meskipun kalimat itu akan terbaca naif jika dikatan ditengah kondisi ketidakpastian.
Pada akhirnya cerita yang penuh warna ini akan akan berakhir. Bukan karena tokoh utama yang mati, pergi, ataupun tidak layak lagi dijadikan inspirasi, melainkan karena aku percaya bahwa di balik episode terakhir ini akan ada episode-episode lainnya yang dituliskan dalam lembaran kosong yang baru.
***
Aku baru saja menuntaskan pembacaan buku itu. Seperti kataku sebelumnya bahwa lembarannya tidak terlalu banyak. Selain itu, aku sepertinya mengenal siapa sososk yang menjadi tokoh utamanya.
ADVERTISEMENT
Aku letakan buku itu kembali ke tempat yang semula, sambil berharap bahwa akan ada cerita-cerita selanjutnya.
***
Kisah lain yang ditulis penulis: