Memilih Kamu

Konten dari Pengguna
14 Agustus 2018 16:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nanang Suryana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Demokrasi (Foto: Vision.org)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Demokrasi (Foto: Vision.org)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seringkali hidup adalah soal memilih. Hari-hari kita, tak lain cerita tentang pilihan. Pada opsi yang mana kita kan berlabuh, padanya pula sejarah memilih jalan ceritanya.
ADVERTISEMENT
Politik seringkali juga soal keberpihakan kepada putusan. Bukan hanya pada siapa kita percaya, tapi pada siapa kita taruhkan dan titipkan urusan-urusan keseharian kita sebagai publik.
Kendati politik bukan soal hitungan matematis yang selalu berujung sama dengan rumus pasti. Pilihan awal dalam politik, adalah titik tumpu: jembatan antara pengharapan, dan kesiapan berdamai dengan kenyataan.
Kedewasaan memutuskan pilihan, seringkali ditentukan oleh pengalaman. Bak kompas kehidupan, dia adalah panduan ke mana bahtera kan mengarah. Karenanya, seringkali anak muda tak punya tempat dalam percakapan. Dia ditempatkan sebagai wacana, namun dipinggirkan secara praktis.
Bagi anak muda, pengalaman hanya satu bagian, yang jauh lebih penting bagi mereka adalah memilih karena berani menghadapi ketidakpastian. Kalkulasinya bukan berdasarkan apa yang pernah dirasakan, namun apa yang hendak diharapkan. Karenanya, anak muda tak pernah tersandera oleh masa lalu, yang dia tawarkan adalah masa depan.
ADVERTISEMENT
Secara statistik, anak muda Indonesia punya peluang sangat luas dalam menentukan pilihan arah mata angin kebangsaan. Mereka berada dalam satu kondisi, di mana secara jumlah begitu berharga, dan secara peluang begitu terbuka.
Sebagai jantung demokrasi, partisipasi membutuhkan keterlibatan. Soal-soal ini, anak muda kembali punya cerita. Ragam survei membuktikan, di banyak kelompok anak muda, ikatan tentang kesetaraan dan solidaritas masih terawat dengan baik sebagai inti relasi. Jika anak muda mau lebih jauh terlibat dalam politik, betapa dekat mengembalikan politik pada semangat utamanya: kebaikan bersama.
ADVERTISEMENT
Dalam derajat tertentu, dekat dengan politik bukan lagi soal pilihan bagi anak muda, dia berubah menjadi keharusan. Sekali lagi, politik tak melulu soal-soal kelembagaan dalam ranah kekuasan. Politik adalah soal-soal kita sebagai publik: pendidikan yang layak, akses terhadap fasilitas kesehatan yang mudah, transportasi yang nyaman, jalanan yang aman, dan yang pasti, peluang terhadap akses perekonomian yang terbuka.
Indonesia telah memilih kamu, anak muda. Di usia yang ke tujuh puluh tiga, republik punya banyak doa pada kalian. Meneruskan pesan kemerdekaan, bukan hanya sebagai ingatan, tapi sebagai api yang menunggu kembali kalian kobarkan.
Insentif demografi tentu bukan hanya janji. Dia adalah fakta yang menunggu kalian kenali, jemput, dan rayakan bersama. Jika bukan pada anak muda, pada siapa lagi mimpi-mimpi tentang bangsa sejahtera layak untuk diwariskan.
ADVERTISEMENT
Anak muda punya banyak pilihan jalan. Masuk dalam palagan, dan bertarung menjadi dewan adalah salah satu di antara sekian jawaban. Yang lain, menempuh jalan kolektivitas menjadi pegiat di organisasi, juga layak untuk kalian renungkan. Termasuk, bagi kalian yang memilih menjadi pengantar pesan di gawai genggaman, sampaikanlah pesan-pesan positif tentang ragam cerita kebangsaan.
Satu sisi hidup, yang seringkali tertutupi kabut kebencian. Bukan karena tak pernah ada orang baik yang berani bersuara, namun karena notasi mereka bermain di partitur yang berbeda. Kini, rapatkan barisan kalian anak muda Indonesia, bernyanyilah bersama, dipandu dirijen yang satu, lantangkanlah Indonesia Raya.
Sebagai generasi langgas, anak muda Indonesia tumbuh menjadi pribadi bebas. Demokrasi menjadi lingkungan yang baik bagi generasi seperti ini. Karenanya, merawat Indonesia yang demokratis, adalah warisan terbaik bagi para penerus bangsa.
ADVERTISEMENT
Pada anak muda kita punya harap. Mampu bertahan dalam jalan terjal perjalanan transisi menuju konsolidasi. Demokrasi yang sehat, harus sejalan dengan anak muda yang kuat. Pada mereka, laju sejarah bangsa telah tertambat.