Menulis dan Keabadian Pemikiran

Najelaa Shihab
Pendidikan adalah belajar, bergerak, bermakna. Pendidik adalah kita, Semua Murid Semua Guru
Konten dari Pengguna
9 Maret 2022 17:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Najelaa Shihab tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perempuan menulis. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan menulis. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kartini adalah contoh nyata perempuan yang terus menggerakkan perubahan (bukan hanya setiap tahun dirayakan) karena mengungkapkan gagasannya lewat tulisan. Aksara punya makna luar biasa, apalagi di ekosistem kita yang masih butuh banyak sekali cerita dari perempuan bagi perempuan lainnya. Sesederhana jurnal harian atau catatan persalinan dan tumbuh kembang anak yang didokumentasikan, rencana perjalanan bahkan hasil penelitian.
ADVERTISEMENT
Penulis perempuan perlu lebih banyak lagi bukan sekadar agar bisa dibandingkan perspektifnya dengan laki-laki, keberagaman karya bukan hanya penting untuk melawan stigma. Sejatinya, proses identifikasi dan memahami naskah dan sastra, akan sangat dipengaruhi oleh kedekatan penulis dengan pembacanya. Kurangnya jumlah penulis perempuan bukan hanya berdampak pada calon penulis perempuan berikutnya atau industri penerbitan dan publikasi media kita yang butuh variasi latar belakang penulisnya, tetapi juga memengaruhi tingkat literasi anak-anak kita yang kurang terpapar pada keragaman tema maupun suara yang berbeda.
Menulis untuk saya selalu dimulai dengan dua kegemaran lainnya, mendengar dan membaca.
Saya percaya, penulis yang baik adalah yang punya kemampuan mendengar yang baik pula. Uniknya, dalam menulis, kita bukan hanya perlu mendengarkan orang lain yang punya narasi, tetapi juga perlu terlatih mendengar diri sendiri dengan lebih saksama lagi. Proses menulis adalah proses sensoris, kita mendengar dengan telinga tapi juga dengan mata dan apa yang dihirup dan diraba, bahkan sensasi yang menyesakkan dada. Semua hal tersebut yang membuat tulisan jadi hidup, bukan sebagai teks semata, saat hadir bagi pembaca.
ADVERTISEMENT
Saya adalah bukti nyata, bahwa semakin banyak kita membaca, di saat yang sama kita sedang mengasah kemampuan menulis juga. Membaca memperluas wawasan, bukan karena kita mendapat informasi tambahan yang kemudian memperkaya tulisan, tetapi membaca untuk saya semacam menjadi saringan pengalaman. Kadang kala penulis punya persepsi yang terlalu sempit akan keunikan konteksnya, bahwa patah hatinya atau kegembiraannya hanyalah miliknya. Sebagaimana pembaca yang luas dan dalam lainnya, saya sadar betul bahwa (mungkin) semua karakter dan pesan penting sudah ada dokumentasinya dan mudah ditemukan referensinya.
Akan tetapi lagi-lagi, sejarah literasi menunjukkan bahwa penulis tidak selalu membahas penemuan baru, penulis “hanya” perlu mengelaborasi apa yang sudah terjadi, mengkaitkan persepsi pribadi dan membantu pembaca menemukan alasan dan kebermanfaatan akan waktu yang dihabiskan untuk menikmati gagasan atau kejadian yang penulis gambarkan. Ketertarikan pada bacaan, bukan soal kebaruan pertemuan. Maka tak heran, cerita terbaik selalu nikmat bahkan saat dibaca ulang. Penulis dengan kedalaman, menawarkan berbagai lapisan bacaan, yang membuat pengalaman pembaca terus terbarukan di setiap perjumpaan.
ADVERTISEMENT
Mirip dengan jatuh cinta lagi dan lagi pada seseorang, karena ada sisi baru yang diungkapkan dalam percakapan. Ada ilham yang perlu waktu lama sekali diinkubasi, tulisan terlama saya (yang sampai saat ini belum selesai) sudah berumur dua tahun lebih. Ada pikiran yang datang bertubi-bertubi, dan saat itu tangan rasanya seolah menggerakkan dirinya sendiri dan tulisan selesai sebelum tengah hari.
Bagaimanapun prosesnya, buat saya, kesadaran terpenting dalam menulis adalah keyakinan akan kekuatan pilihan kata. Tulisan yang perlu diurai, ditata dalam kalimat yang ritmenya bervariasi menjadi alur yang pas dihayati.
Harapan terbesarnya tak pernah persetujuan dari pembaca, tapi pengejawantahan wacana menjadi bagian kecil yang menginsipirasi apapun yang dilakukan setelahnya, baik secara langsung ataupun tak langsung “mengubah” dunia. Jejak tulisan memang tak pernah berada dalam kendali penulisnya, keabadiannya ditentukan oleh pembaca yang berdaya.
ADVERTISEMENT
Jadi, apa yang ingin Anda elaborasikan dari hati dan pikiran? Mari menulis dan menjadikannya senjata menggerakkan perubahan.
#internationalwomenday
#iwd2022
#breakthebias
#kompetensimasadepan
#merdeka berkarya