Janji untuk Pemuda Indonesia

Najelaa Shihab
Pendidikan adalah belajar, bergerak, bermakna. Pendidik adalah kita, Semua Murid Semua Guru
Konten dari Pengguna
28 Oktober 2021 18:13 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Najelaa Shihab tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mahasiswa di Surabaya peringati sumpah pemuda Foto: Umarul Faruq/Antara
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa di Surabaya peringati sumpah pemuda Foto: Umarul Faruq/Antara
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bahwa setiap generasi punya gaya dan tantangannya sendiri, adalah keniscayaan sejak masa sebelum peradaban Yunani dan Romawi. Adanya perbedaan opini dan nilai atau beberapa hambatan dalam berkomunikasi merupakan siklus alami yang terus berlangsung antara yang lebih tua ke yang lebih muda, yang bukan saja tak bisa dihindari, tetapi juga amat penting dilalui.
ADVERTISEMENT
Setiap pemuda perlu mengukuhkan identitas diri dan membangun narasi tentang perjuangan generasi. Menggunakan cara yang berbeda (termasuk menjaga jarak bahkan memberontak) terhadap kemapanan apa pun dari generasi sebelumnya, adalah bagian dari “kemewahan” sekaligus kewajiban peran semua pemuda bagi masyarakatnya.
Di hari ini, saat kita merayakan keragaman latar belakang dan semangat persatuan pemuda Indonesia, sebagai pendidik yang tumbuh dan belajar bersama Generasi Z, saya ingin mengajak semua guru, orang tua, paman dan bibi/om dan tante serta pimpinan di tempat bekerja untuk kembali berempati sekaligus melawan berbagai miskonsepsi yang menyebabkan konflik lintas generasi.
1. Pemuda sekarang kurang peduli dan hanya memikirkan diri sendiri
Ini miskonsepsi pertama yang penting kita hentikan bersama. Sepanjang hari, ke mana pun saya pergi dan berbincang dengan murid maupun mahasiswa atau tim kerja di organisasi berbeda, saya bertemu dengan begitu banyak pemuda kritis yang terus mempertanyakan dunia. Kesadaran pemuda kini tentang kerusakan alam dan aksi mereka mengubah pola konsumsi dan menghemat energi seharusnya jadi sumber inspirasi untuk semua generasi. Bukan hanya sangat memikirkan masa depan yang harus mereka jalani, 57% pemuda masa kini (dibanding hanya 25% milenial) merasa bertanggung jawab dan bahkan menginisiasi solusi untuk keberlanjutan bumi.
ADVERTISEMENT
Kurangnya dukungan dari lingkungan terhadap inovasi dan kepemimpinan (sekecil apa pun bentuknya) yang dilakukan generasi ini, membuat banyak yang akhirnya memilih bersikap apatis. Yang dilihat guru, orang tua atau atasan sebagai bentuk tidak peduli, seringkali adalah ekspresi frustrasi karena apa yang dicoba dilakukan (di ruang keluarga, kelas atau kerja) dirasa tidak berarti. Tak heran, pemuda kemudian banyak menciptakan ruang maya dan alternatif semesta di mana suara dan aksi nyatanya dikuatkan oleh teman sebaya yang percaya pentingnya perubahan yang sama.
2. Pemuda sekarang hanya cari yang secara instan bikin “happy” dan malas bekerja keras lagi
Kemalasan adalah ciri yang paling bertentangan dengan kemudahan. Pemuda bukan pemudah! Hampir semua anak muda yang menolak bekerja keras, adalah korban dari kurangnya tantangan. Tidak diberi peran, hanya mendapat tugas yang terlalu gampang atau membosankan, tidak bisa diaplikasikan di kehidupan.
ADVERTISEMENT
Kita semua melihat ini setiap hari di persekolahan atau perkuliahan, dan alih-alih berefleksi tentang apa yang bisa kita lakukan, kembali ke menyalahkan anak-anak muda yang menolak beban. Sekali lagi, tantangan tak sama dengan beban.
Pemuda ingin memilih perjalanannya sendiri (sesuai minat, bakat, area yang ingin dieksplorasi) yang ambisinya seringkali berbeda dengan generasi sebelumnya. Perubahan preferensi menunjukkan kemampuan bertransformasi dalam dunia yang juga terus berubah ini. Jadi, jangan sampai kita menangisi apalagi ikut memaki jalur rute yang disusuri generasi kini, untuk mempersiapkan diri menjalani profesi dan dilema yang belum pernah kita alami dan belum bisa kita prediksi.
Pandemi ini misalnya, adalah contoh krisis yang membutuhkan kompetensi yang sama sekali belum pernah dimiliki oleh kita sebagai generasi, bayangkan krisis apa lagi yang harus dihadapi oleh Generasi Z ini di masa kita sudah tidak bisa mendampingi.
ADVERTISEMENT
Peran generasi sebelumnya, adalah mengamati dan memfasilitasi pemuda dengan penuh keingintahuan (dan kesediaan untuk ikut berkembang). Revolusi Industri 5.0 atau "Revolusi Emoji" dalam berkomunikasi, banyak contoh cara menjembatani masa kini dan masa depan yang perlu terus kita adaptasi. Data penelitian jelas menunjukkan, pemuda sekarang adalah generasi yang paling berambisi mencapai kesuksesan bermakna (89% mengaku sudah atau akan memilih berkarya dan berkontribusi untuk sesama).
Generasi kini senang belajar, tetapi tidak saat dipaksa. Paling aktif membaca, terutama saat terpapar pada informasi dengan perspektif yang berbeda. Paling rajin bekerja (dan berwirausaha) di saat menemukan tujuan bersama, bukan sekadar mengandalkan keberuntungan atau memenuhi kebutuhan hidup demi gaji tinggi semata.
3. Pemuda sekarang senang memamerkan prestasi dan selalu ingin dipuji
ADVERTISEMENT
Kita coba ubah kalimat di atas dengan “Pemuda sekarang butuh validasi dan dihormati”, hak dasar yang dimiliki oleh semua manusia sepanjang usia, karena kemampuan mendengarkan dan menghormati butuh contoh lingkungan sehari-hari bukan sekadar ekspektasi atau dinasihati. Dalam interaksinya dengan teknologi, generasi ini menemukan sarana berekspresi, tetapi juga kesulitan yang perlu panduan kita agar bisa dinavigasi. Tingkat depresi dan inferiority complex di generasi ini jauh lebih tinggi, “kegagalan” mereka sejatinya adalah “kegagalan” pembimbingan kita.
Lebih dari 45% pemuda merasa tidak dipahami oleh orang tua, guru dan dosennya atau atasannya di tempat kerja, lebih dari 75% menganggap kesejahteraan mental sebagai isu utama yang ingin lebih banyak dibicarakannya tetapi tak mendapat kesempatan dari lingkaran terdekatnya.
ADVERTISEMENT
Para generasi X dan Y, di hari Sumpah Pemuda, mari membaca ini bersama saya (dan menyatakannya di depan adik, anak, keponakan, murid, mahasiswa, tim kerja dan tetangga):
Kami, orang dewasa di sekitar Generasi Z Indonesia:
ADVERTISEMENT
Kalau ada yang menganggap tulisan ini berpihak pada pemuda, maka tercapailah intensi saya. Mari merayakan anak muda Indonesia! Alasan sekaligus penggerak perubahan, di saat dunia (dan kita semua) mulai kekurangan waktu (dan kesabaran).
Selamat memperingati Sumpah Pemuda dengan lebih banyak saling memahami antargenerasi, memantik api kemandirian generasi kini yang akan terus mendorong bangsa ini untuk bersatu, bangkit dan tumbuh tanpa henti.
#merdekaberkolaborasi #merdekaberkarya #kompetensimasadepan #mencintaidenganlebihbaik #semuamuridsemuaguru