4 Alasan Anak Remaja Sangat Rentan Terjerumus Pergaulan Bebas

Nafika Siti Nur Annisa
Mahasiswa Fakultas Psikologi 2022 Universitas Airlangga
Konten dari Pengguna
30 April 2023 5:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nafika Siti Nur Annisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi remaja bernyanyi di taman. Foto: Tom Wang/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi remaja bernyanyi di taman. Foto: Tom Wang/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Remaja merupakan seseorang yang direntang usia 12-21 tahun. Masa ini merupakan fase transisi dari anak-anak menjadi manusia dewasa. Banyak sekali perubahan yang terjadi di masa ini, mulai dari bentuk fisik sampai masalah emosionalnya. Dalam mencari jati dirinya, remaja biasanya selalu penasaran dengan hal-hal baru, entah itu baik ataupun buruk.
ADVERTISEMENT
Remaja adalah salah satu kelompok usia yang paling rentan terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Pergaulan bebas sendiri adalah sebuah istilah yang mengacu pada perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang berlaku, termasuk perilaku seksual yang tidak aman, penggunaan obat-obatan terlarang, dan kekerasan. Ada beberapa faktor yang dapat menjadikan anak remaja menjadi rentan terhadap pergaulan bebas.

1. Kurangnya Pengawasan Orang Tua

Ilustrasi orang tua dan anak sedang mengambil nilai rapor anak di sekolah. Foto: Shutter Stock
Salah satu faktor utama adalah kurangnya pengawasan dari orang tua atau pengasuh. Ketika orang tua tidak memberikan pengawasan yang cukup terhadap anak mereka, anak-anak tersebut dapat dengan mudah melakukan hal-hal yang mereka inginkan tanpa takut akan mendapatkan konsekuensi dari orang tua mereka.
Selain itu, pola asuh yang salah juga dapat membuat anak remaja merasa tidak dihargai dan kurang mendapatkan perhatian, sehingga mereka mencari pengakuan dan dukungan dari orang-orang di sekitar mereka, termasuk teman-teman sebaya yang memiliki perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang berlaku. Hal ini dapat mengarahkan remaja ke jalan yang negatif bila ia memiliki pegangan atau prinsip hidup yang kuat.
ADVERTISEMENT

2. Kurang Edukasi tentang Pergaulan Bebas

Ilustrasi remaja bermain sosial media. Foto: Rawpixel.com/Shutterstock
Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahaya pergaulan bebas juga dapat membuat anak remaja menjadi rentan terhadap pergaulan bebas.
Anak-anak yang tidak memiliki pengetahuan tentang bahaya pergaulan bebas mungkin tidak menyadari konsekuensi jangka panjang dari perilaku mereka dan mungkin menganggap bahwa tindakan tersebut tidak berbahaya atau tidak memiliki risiko.
Dalam situasi ini, pendidikan dan informasi tentang sex education dapat membantu anak remaja mengambil keputusan yang lebih bijak dan memahami risiko yang terkait dengan tindakan mereka. Sayangnya, sex education masih dianggap tabu bagi masyarakat. Padahal, sex education ini sangat penting untuk diajarkan sejak usia remaja awal sebagai perlindungan diri anak dari pergaulan di luar rumah.
ADVERTISEMENT

3. Tekanan dari Teman Sebaya

Tekanan teman sebaya juga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam pergaulan bebas. Anak-anak sering merasa perlu untuk mendapatkan validasi dari teman sebayanya. Mereka mungkin khawatir ditinggalkan atau tidak diterima oleh kelompok mereka jika mereka tidak melakukan hal yang sama seperti yang teman dekatnya lakukan.

4. Lingkungan yang Buruk

Ilustrasi remaja bermain sosial media. Foto: myboys.me/Shutterstock
Terakhir, lingkungan yang tidak aman dan tidak stabil juga dapat memengaruhi perilaku anak remaja. Contohnya seperti keluarga yang broken home atau daerah dengan tingkat kejahatan yang tinggi, dapat membuat anak remaja merasa tidak aman dan tidak nyaman.
Dalam situasi seperti itu, anak-anak dapat mencari dukungan dan perlindungan dari teman sebayanya atau lingkungan yang tidak sehat.
ADVERTISEMENT
Untuk mencegah anak remaja dari terjerumus ke dalam pergaulan bebas, perlu ada upaya dari semua pihak, termasuk orang tua, sekolah, dan masyarakat. Orang tua harus memberikan pengawasan yang cukup dan memastikan pola asuh yang baik agar anak-anak mereka memahami bahaya pergaulan bebas dan risiko yang terkait.
Sekolah dapat memberikan pendidikan dan informasi tentang bahaya pergaulan bebas dan bagaimana cara mengatasi pergaulan bebas pada remaja, serta memfasilitasi lingkungan yang sehat dan aman bagi anak-anak untuk belajar dan berkembang.
Ilustrasi remaja rebel. Foto: Shutter Stock
Selain itu, masyarakat juga dapat berperan aktif dalam mencegah pergaulan bebas pada anak remaja dengan menciptakan lingkungan yang positif dan memberikan alternatif positif untuk anak-anak. Misalnya, masyarakat dapat memfasilitasi kegiatan positif untuk anak-anak seperti olahraga, seni, atau kegiatan sosial.
ADVERTISEMENT
Masyarakat juga dapat mempromosikan nilai-nilai positif seperti saling menghormati, bekerja keras, dan bertanggung jawab dalam upaya mencegah perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial.
Pemerintah juga dapat berperan dalam mencegah pergaulan bebas pada anak remaja dengan memberikan dukungan dan sumber daya yang diperlukan. Misalnya, pemerintah dapat memberikan akses ke layanan kesehatan mental yang terjangkau dan mudah diakses bagi anak remaja yang memerlukan bantuan.
Pemerintah juga dapat meningkatkan akses ke pendidikan yang berkualitas dan memfasilitasi program pelatihan untuk membantu anak-anak mengembangkan keterampilan dan bakat mereka.
Dalam menghadapi pergaulan bebas pada anak remaja, penting untuk mengadopsi pendekatan yang holistik dan menyeluruh. Upaya yang melibatkan orang tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah akan lebih efektif dalam mencegah pergaulan bebas pada anak remaja.
ADVERTISEMENT
Dengan memberikan lingkungan yang sehat, aman, dan positif, serta memberikan dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan, kita dapat membantu anak-anak menghindari pergaulan bebas dan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab, sehat, dan bahagia.