Permasalahan Kebun

Muhammad Usamah Syamil Abdullah
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Bandung Sunan Gunung Djati, Fakultas Adab Humaniora, Jurusan Sastra Inggris
Konten dari Pengguna
4 Desember 2022 11:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Usamah Syamil Abdullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kebun milik Abdul (Sumber: Dokumen Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Kebun milik Abdul (Sumber: Dokumen Pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Abdul adalah orang terpandang di desanya. Warga desa menganggap Abdul sebagai orang yang bijaksana. Mereka selalu mendatangi Abdul untuk meminta solusi permasalahan. Bahkan mereka senang dengan Abdul karena nyaman dengan solusi dan nasihat yang diberikan. Abdul juga sering diberi tanggung jawab dalam beberapa kegiatan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Suatu hari, sepupu Abdul, Agung berlari menghampiri Abdul dan memanggil-manggilnya, "Abdul..., Abdul..." dengan sangat keras. Saat itu Abdul sedang menanam di kebun. Abdul pun mendengar suara sepupunya. "Sini, Agung! Lagi di kebun," Abdul memanggilnya. Agung pun mendekati Abdul dengan raut wajah yang cemas. "Abdul, aduh tolongin dong! Aku punya masalah," kata Agung sambil terbata-bata. Abdul pun menenangkannya dan mengajak Agung ke rumahnya menceritakan masalah sambil bersantai.
Setelah sampai di rumah Abdul, Agung pun mulai bercerita "Abdul, jadi sapiku masuk ke kebun orang, lalu merusak tanaman di sana, jadi aku mau minta solusi, gimana ya?” Agung terlihat sangat cemas. Abdul pun kaget dan memikirkan solusi terbaik. Dia tahu bahwa Agung adalah sepupunya, tidak mungkin untuk menyalahkan Agung begitu saja.
ADVERTISEMENT
Setelah beberapa saat, Abdul pun mendapatkan sebuah ide dan berkata kepada Agung, "Agung, binatang itu tidak punya pikiran. Binatang akan melakukan sesuatu berdasarkan instingnya, jadi pemiliknya tidak bertanggung jawab atas perilaku binatang peliharaannya." Agung pun heran dan bertanya, “Apa iya? Jadi aku gak punya tanggung jawab dong kalau sapiku yang berbuat?” Abdul dengan percaya diri berkata, “Ya iya lah Agung.”
Setelah mendengarkan perkataan Abdul, Agung mulai tenang dan berterima kasih kepada Abdul. Agung pun pulang dan Abdul kembali ke kebunnya untuk melanjutkan pekerjaannya. Seketika Abdul pun penasaran dengan keadaan kebunnya, dia mulai berasumsi kalau yang dimaksud Agung itu adalah kebunnya. Dia pun memutuskan untuk memeriksa keadaan kebunnya. Setelah beberapa saat, dia menuju ke bagian timur kebunnya. Tidak disangka-sangka, dia menemukan kebunnya hancur.
ADVERTISEMENT
Abdul memperbaiki kebunnya dengan rasa kesal. Setelah diperbaiki, dia pun teringat bahwa sepupunya tadi datang untuk meminta solusi dari masalahnya. Abdul pun mengira sapi milik Agung lah yang merusak kebunnya. Abdul pun kesal dan ingin mendatangi Agung. Tetapi Abdul sadar bahwa dia adalah orang yang dipandang oleh masyarakat dan dia yang memberi tahu Agung tentang pendapatnya. Pemilik tidak bisa diberi tanggung jawab atas apa yang peliharaannya lakukan. Abdul pun mengurungkan niatnya dan menerima keadaan dengan rasa kecewa.