Menengok Pesona Wisata Atambua

Muhammad Taufan
Diplomat who passionate about law of the sea and maritime affairs
Konten dari Pengguna
15 Agustus 2018 20:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Taufan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Alun-alun simpang lima, Atambua (Foto: RRI)
Berbeda dengan kebanyakan kota lain di Indonesia, Atambua memiliki pesona yang jarang terekspos. Berstatus sebagai daerah perbatasan, kota “beriman” ini menyimpan beraneka tepat wisata yang sangat indah, asri, dan tentunya instagramable.
ADVERTISEMENT
Atambua merupakan ibu kota dari Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yang memiliki luas 32,8 km2 dan merupakan kota terbesar kedua di Pulau Timor sesudah Kupang.
Dari segi geografis, kota ini dikelilingi oleh perbukitan yang sangat mempesona. Tidak hanya itu, Atambua juga memiliki pantai yang sangat indah, serta berbagai objek wisata yang juga memukau. Berikut beberapa destinasi wisata di Atambua yang wajib banget dikunjungi.
Sabana Fulan Fehan
Siapa yang tidak terpukau akan panorama Padang sabana yang luas dengan kumpulan kawanan binatang ternak yang bertebaran di dalamnya? Dengan perjalanan sekitar 1 jam dari kota Atambua, kita dapat menyaksikan potret keindahan alam layaknya perbukitan di Switzerland ini.
Fulan Fehan terletak di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, NTT. Berada di kaki Gunung Lakaan, Lembah Fulan Fehan merupakan Surga bagi para satwa. Belum lagi berbagai tumbuhan yang menambah indah pemandangan, termasuk kaktus juga dapat tumbuh dengan subur di sana.
ADVERTISEMENT
Bagi mereka yang menyukai hiking, puncak Gunung Lakaan dari Fulan Fehan dan serangkaian pegunungan lainnya dapat menjadi destinasi wisata. Ada juga Bukit Batu Maudemu di Desa Maudemu yang sangat bagus didatangi karena di puncaknya terdapat beberapa peninggalan bersejarah bangsa Melus.
(Foto: Indonesiatoursim.com)
Kolam Susuk
Sejak dahulu keindahan Kolam Susuk sudah sangat terkenal, sampai-sampai keberadaannya menginspirasi grup musik di era 70-an Koes Plus dalam menciptakan lirik lagu legendarisnya, “kolam susu”.
Berada di Desa Dualaus atau sekitar 17 kilometer arah utara dari kota Atambua, Kolam Susuk menjadi magnet para turis karena ke khas-annya, yaitu tanahnya yang berwarna putih. Alhasil, jika terkena pancaran cahaya sinar matahari, maka airnya menjadi warna putih layaknya air susu.
ADVERTISEMENT
Karena kecantikannya itu pula, kolam susuk juga beberapa kali dijadikan lokasi shooting film tanah air, sebut saja ‘Tanah Air Beta’ pada tahun 2009 yang disutradarai oleh Ari Sihasale serta film pada film Atambua 39°C tahun 2012 yang disutradarai oleh Mira Lesmana.
Dan tidak hanya itu saja, pada tahun 2013 lalu, Kolam yang juga kaya akan ikan, udang, kepiting ini juga menjadi salah satu objek wisata pada acara internasional Sail Komodo.
Aneka Pesona Pantai
Atambua juga memiliki deretan pantai yang sangat menggoda untuk didatangi. Beberapa antaranya adalah Pasir Putih Atapupu, Pantai Sukaerlaran, dan Teluk Gurita.
Bagi warga setempat dan turis yang datang ke Atambua, pantai pasir putih Atapupu pasti sudah pasti menjadi tujuan wisata yang wajib didatangi. Pantai yang dibatasi hutan bakau di sisi kiri dan kanannya ini dilengkapi dengan fasilitas untuk mandi dan rekreasi sehingga sangat cocok untuk wisata keluarga.
ADVERTISEMENT
Dengan waktu tempuh kurang dari 1 jam menggunakan mobil dari Atambua, pesona pasir yang berwarna putih nan halus ditambah dengan angin semilir dan ombak yang tenang akan dengan mudah ditemukan.
Tidak jauh dari pantai pasir putih, juga terdapat pantai yang panjangnya hingga ke perbatasan Indonesia-Timor Leste, Pantai Sukaerlaran. Tak jarang pengunjung datang dan berjalan-jalan hingga ke wilayah perbatasan, yang disebut jalur perbatasan darat Motaain.
Sementara itu, pantai berikutnya adalah Teluk Gurita, sebuah pantai yang sangat Instagramable, karena perpaduan biru langit dan air lautnya yang jernih serta pemandangan sekitar yang membuat tempat ini sangat menawan.
Pada zaman penjajahan dahulu, teluk yang juga sering digunakan pengunjung untuk memancing ini berfungsi sebagai pelabuhan. Para pedagang dari Asia hingga Eropa singgah untuk berdagang, terutama untuk jual beli cendana dan lilin.
ADVERTISEMENT
(Foto: utiket.com)