Lenin dan Stalin: Menyimpang dari Jalan Marxisme

Muhammad Ridwan Tri Wibowo
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2022.
Konten dari Pengguna
9 Oktober 2023 6:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ridwan Tri Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Marxisme menjadi ideologi yang sangat populer di Rusia. Buku Capital karya Karl Marx (1818-1883) pertama terbit di Rusia pada tahun 1872 sebelum didistribusikan di seluruh Eropa.
ADVERTISEMENT
Karena minat yang ditunjukkan oleh orang Rusia terhadap karyanya, Marx sendiri tercengang. Ia berpikir mungkin orang-orang Rusia selalu mengejar ide-ide terekstrim yang ditawarkan. Marx kemudian memperhatikan orang-orang Rusia dengan serius dan mempelajari kondisi khusus negara Rusia dengan basis industri kecil.
Pada abad ke-19, sejarah pemikiran dan tindakan revolusioner di Rusia dimulai. Pada tahun 1883, Georg Plekhanov (1856-1918), P. B. Axelrod (1850-1928), dan Vera Zasulich (1851-1919), tiga eksil Swiss, membentuk kelompok Marxis yang disebut The Emancipation of Labour (Emansipasi Buruh).
Prediksi Plekhanov terbukti tepat bahwa kapitalisme di Rusia berkembang dengan cepat dan mengorganisir jalur modern dengan pabrik besar dan konsentrasi buruh.
Pada tahun 1893, Vladimir Lenin (1870-1924) pergi ke St. Petersburg untuk berusaha menggabungkan beberapa grup Marxis ke dalam Liga Perjuangan untuk Emansipasi Kelas Buruh. Namun, Lenin ditangkap lalu dikirim ke Siberia, dan kembali lagi pada tahun 1900 untuk membantu mendirikan koran Iskra (Pijar).
ADVERTISEMENT

Perpecahan Partai Buruh Demokrat

Sumber: Pixabay.
Pada tahun 1902, Lenin meletakkan prinsip-prinsipnya pada Russian Social Democratic Labour Party (RSDLP) atau Partai Buruh Demokrat, dalam karyanya What is to be done?. Lalu pada kongres tahun 1903, Lenin menggunakan prinsip-prinsip ini untuk memecah RSDLP. Setelah itu, RSDLP terbagi menjadi kelompok Bolshevik dan Menshevik.
Puncak perpecahan mulai menjelang pada konferensi rahasia di Praha pada tahun 1912, di mana Lenin merekayasa pemilihan Komite Sentral baru. Selain Bolshevik dan Menshevik, ada juga faksi ketiga yang lebih kecil di partai. Faksi ini dipimpin oleh Trotsky. Hal inilah yang kelak membuat Trotsky dibunuh di rezim Stalin.
Trotsky mengatakan faksinya tidak seperti Menshevik bahwa tidak akan ada kerja sama antara borjuis dan kekuatan diperbesar oleh proletar kota. Kemudian, ia mengatakan bahwa dirinya tidak seperti Lenin, ia tidak memiliki keyakinan akan persatuan antara proletar dan petani.
ADVERTISEMENT
Lalu, yang terakhir dan paling penting, Trotsky meyakini ”Revolusi Permanen”, yaitu sebuah ide bahwa revolusi di Rusia hanya dapat berlangsung jika disertai dengan revolusi di negara industri berkembang yang lainnya.
Dalam berbagai pandangan, Lenin dianggap mengkhianati revolusi, sebab ia bukan proletar murni. Lenin mengidentifikasi proletar dengan partai penjaga.
Penggantinya Joseph Stalin (1878-1953) melengkapi itu dengan mengawinkan Marxisme dengan gaya tradisional Rusia Asia-Byzantine yang otokratis. Kemudian Stalin menjadi ”Tsar Merah”.

Pemahaman Lenin terhadap Kapitalisme

Ilustrasi Lenin. Sumber: Pixabay.
Lenin harus menghadapi kenyataan bahwa Marx tidak pernah melakukan revolusi. Marx hanya sedikit mengurai metodologi praktis untuk revolusi. Namun, Lenin mau tidak mau harus melancarkan revolusi. Pertemuan ide Marx dan Lenin ini yang kelak dikenal Marxisme-Leninisme.
Lenin meyakini bahwa situasi yang dihadapi kaum Marxis pada tahun pertama abad ke-20 secara signifikan berbeda dari situasi di mana Marx menggagas idenya. Menurutnya kapitalisme sudah memasuki tahap baru, yaitu tahap imperialisme, yang disebut oleh Lenin sebagai ”tahap tertinggi dari kapitalisme”.
ADVERTISEMENT
Revolusi Oktober bukanlah revolusi rakyat yang bersifat spontan. Partai Bolshevik mengalahkan Menshevik karena lebih terorganisir, lebih berkomitmen, serta mempunyai pandangan yang jelas tentang apa yang dilakukan.
Lenin mengatakan tatanan sosial yang ada harus dimusnahkan secara total dan ekonomi terencana serta diktator kaum buruh harus didirikan. Kediktatoran Proletariat dianggap sebagai tindakan sementara, sebelum ditetapkannya sosialisme sejati dan ’melenyapnya negara’.
Partai dikontrol secara terpusat dan menggunakan kekuatan disipliner. Lenin menginginkan sebuah Partai Besi karena tanpa itu kediktatoran proletariat tidak mungkin menjadi terwujud. Salah satu dasar partai dapat ditemukan ketika Perang Sipil (1918-1921).
Lenin mulai mengancam siapa saja yang kehilangan kepercayaan terhadap komunis. Ia menciptakan "CHEKA" yang pertama, untuk menyapu bersih semua oposisi. Ia memperkenalkan sistem sensor dan pemerintahan satu partai dan membubarkan parlemen Rusia yang terpilih secara demokratis.
ADVERTISEMENT

Stalin dan Ambisi Kekuasaan yang Brutal

Ilustrasi Stalin. Sumber: Pixabay
Stalin berlaku lebih brutal dan kejam dalam usahanya untuk meraih kekuasaan yang tak terbatas selama masa yang disebutnya sebagai ”Terobosan Besar” atau ”Revolusi Kedua” pada tahun 1929-1933. Selama masa Yezhovshchina (Teror Besar) pada tahun 1936-1939, jutaan orang terbunuh atas perintahnya, termasuk sebagian besar dari mereka yang memimpin Bolshevik bersama dengan Lenin.
Atas nama Marxisme-Leninisme, Stalin menjalankan pemusnahan kolektivisasi pertanian dan penghancuran kelas petani Kulak yang relatif sejahtera.
Sikapnya curiganya secara mendalam beralih menjadi paranoia. Ia membangun rezim yang berdasarkan pada teror dan agen rahasia. Berbagai kegagalan secara rutin dipersalahkan kepada para pengkhianat. Sejarah ditulis ulang dan sistem pendidikan dilumpuhkan.
Gambaran tentang kehidupan Soviet di bawah pemerintahan Stalin ini bisa dibandingkan dengan kehidupan Jerman di bawah pemerintahan Hitler, Kedua sama-sama totaliter dalam hal memaksakan tuntunan total kepada seluruh masyarakat dan tidak memberi masyarakat kebebasan; secara ekonomi, politik, sosial, budaya, dan psikologi.
ADVERTISEMENT

Penutup

Kondisi dan konstitusi di negara Komunis Rusia telah diletakkan batu pondasinya oleh Lenin dan Stalin. Setelah itu tampaknya Rusia tidak mampu melakukan perubahan atau pembangunan. Revolusi yang diharapkan di negara ekonomi kapitalis Barat tidak pernah terjadi. Revolusi malah terjadi di beberapa negara Dunia Ketiga yang sedang berkembang seperti China, Kuba, Vietnam, dan yang lainnya.
Barangkali salah satu kekalahan terbesar Rusia adalah kebijakan tentang ”sosialisme di suatu negara”. Marxisme dibekukan dalam nasionalisme. Nasionalisme bertentangan dengan keyakinan Marx, yaitu tidak boleh ada kendaraan lain untuk revolusi selain proletar internasional.