Georg Lukacs: Kritikus Sastra Marxis yang Memimpin Gerakan Anti-Stalin

Muhammad Ridwan Tri Wibowo
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2022.
Konten dari Pengguna
25 September 2023 6:26 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ridwan Tri Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Buku Realisme Sosialis Georg Lukacs (Foto Pribadi/Muhammad Ridwan Tri Wibowo)
zoom-in-whitePerbesar
Buku Realisme Sosialis Georg Lukacs (Foto Pribadi/Muhammad Ridwan Tri Wibowo)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Georg Lukacs lahir 13 April 1885 dengan nama Georgi Bernat Lowinger dari lingkungan keluarga bangsawan kaya di Budapes, Hungaria. Lima tahun kemudian ayahnya, Joszef von Lukacs, seorang manajer Bank, mengganti namanya menjadi Georg Lukacs.
ADVERTISEMENT
Meskipun lahir di tengah lingkungan budaya Hungaria, ia lebih banyak berbicara tentang kultur dari filsafat Jerman. Ia merasa kurang puas dengan tradisi tanah leluhurnya, seperti yang diungkapkan dalam buku His Life in Picturees and Document tentang kebudayaan Hungaria, antara lain:
”Sesudah pada tahu bahwa saya berasal dari keluarga kapitalis dari Lipotvaros (salah satu Distrik di Budapes yang kebanyakan warganya berasal dari kalangan kelas menengah). Tanpa memberikan data biografis kepada pembaca, secara singkat saya bisa mengatakan bahwa sejak masih kecil saya sungguh tidak puas dengan cara hidup Lipotvaros. Bersamaan dengan ketidakdewasaanku waktu itu keinginan menentang itu meluas ke segala bidang kehidupan, dari politik sampai sastra.”

Seni Realisme yang Baik Menurut Georg Lukacs

Karl Marx via Pixabay.
Seni yang indah menurut Lukacs adalah yang mengungkapkan kebenaran realitas. Kebenaran dalam konsepsi Lukacs adalah jika realitas dipahami dalam totalitasnya. Pemahaman akan realitas total hanya terjadi jika seniman mampu memahami gerak dialektik dari realitas. Memahami adalah mengerti dengan melibatkan seluruh kesedaran diri.
ADVERTISEMENT
Ilmu pengetahuan sebenarnya juga merupakan refleksi dari realitas. Tapi refleksi ilmu pengetahuan bersifat deantropomorfis, sedangkan refleksi seni bersifat antropomorfis. Refeklsi ilmu pengetahuan hanya berhenti pada pengertian tentang realitas itu sendiri. Sedangkan refleksi artistik dalam seni lanjut membawa pemahaman itu kembali pada kesadaran manusia.
Ia memahami bahwa ke-ada-an (being) suatu realitas terlepas dari wujud obyektifnya yang kelihatan. Menurut Lukacs pada saat seseorang melihat sesuatu, ia hanya mampu menangkap manifestasi dari suatu realitas obyektif, tapi belum mampu menembus intisari dari suatu realitas. Selanjutnya ketika seseorang berusaha untuk memahami, pada saat yang sama orang itu juga berada dalam proses melampui kesenjangan antara ”yang tampak” dan esensinya.
Ia menegaskan bahwa seorang seniman, sebut saja sastrawan, mempunyai tanggung jawab etis terhadap proses pembebasan manusia dari segala bentuk kepalsuan. Tanggung jawab itu bukan sekedar sebagai suatu kewajiban yang diciptakan oleh suatu sistem dari luar, melainkan dari pemahaman sastrawan terhadap eksistensi manusia di tengah perkembangan gerak histrorisnya.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, ia menempatkan realisme bukan sekedar sebagai metode tapi sekaligus sebagai kriteria seni-sastra. Menurut lukacs yang menentukan sikap penulis bukan semata-mata persoalan psiko-emosional, melainkan gerak perkembangan masyarakat.
Menurut catatan Kołakowski, ia adalah satu-satunya pemikir yang mempelajari ajaran fundamental Lenin dan membahasakannya dalam tradisi Jerman. Selebihnya Kołakowski mencatat bahwa gagasan Lukacs tentang Lenin banyak dipakai oleh pemikir Barat, bahkan termasuk pemikir Partai Komunis Rusia.
Lukacs mencoba selalu konsisten terhadap pemikiran Marx. Karena itu, ia tak segan-segan melontarkan kritik tajam terhadap Partai Komunis yang dianggap tidak konsisten dengan prinsip dialektika materialime historisnya Marxis.
Ia pun memberikan garis besar yang jelas antara sastra realis dan ideologi politik. Ia bisa menerima kedekatan hubungan realisme dengan politik, namun dalam artian tidak dipahami sebagai kekuasaan praktis.
ADVERTISEMENT
Namun sayangnya, usahanya tidak menemukan jalan lurus karena dalam perkemabangannya, realis justru lahir dan berkembang di negeri yang sarat dengan persoalan politik. Usahanya pun menemui jalan buntu ketika kepentingan politik partai komunis, terutama masa Stalin, masuk ke dalam tradisi realisme Rusia.
Gerakan kesenian pendukung rencana pembangunan Soviet tidak sepenuhnya didasarkan pada dialektika materialisme yang menjadi prinsip pengetahuan sejarah Marx. Bahkan dalam pertemuan pertama dengan para penulis Soviet, Gronsky menegaskan bahwa dialektika materialisme bukanlah syarat utama untuk menghasilakan karya-karya yang secara ideologis bernilai.
Dengan pernyataan itu Gronsky juga telah mengesampingkan prinsip materialiasme dialektika kreatif yang menjadi metode utama para penulis anggota Asoisasi Penulis—penulis proletar Rusia. Bagi Gronsky yang penting adalah menempatkan metode yang dilihat paling dekat kaitannya dengan kepentingan partai.
ADVERTISEMENT
Dalam perkembangan berikutnya, di zaman kejayaan Stalin, konsep realisme sosialis didasarkan pada pemujaan yang berlebihan terhadap pribadi Stalin.
Upaya Gronsky itu tampak ketika bulan April 1933 ia mengumumkan bahwa realisme sosialis adalah metode seni-sastra yang diperjuangkan dan dirumuskan langsung oleh Stalin. Pengumuman yang sama dipertegas Gronsky dalam kesempatan Kongres I para penulis Soviet, Agustus 1934.
Ditangan partai, tepatnya Stalin, sastra realis dilembagakan menjadi media propadaganda. Kedalaman—kontemplasi—yang semula menjadi ciri seni (sastra) realis dalam memahami realitas sosial tidak ada lagi. Kenyataan sehari-hari hanya diselimuti kabut propaganda yang kental dengan nuasa kepentingan partai. Satu-satunya kebenaran hanya di tangan Stalin.

Pengembaraan Intelektual George Lukacs

Patung Stalin berwarna putih via Pixabay.
Judith Marcus dan Zoltan Tar memetakan pengembaraan intelektual Lukcs menjadi dua periode. Periode petama merupakan awal pemikiran Lukcas yang banyak diwarnai oleh pandangan-padangan Georg Simmel dan Max Weber. Periode ini ditandai dengan lahirnya buku Soul and Form. Lalu periode kedua adalah periode pendewasaan Lukacs dalam memerdekakan manusia. Periode ini ditandai dengan menguatnya pemikiran Marx dalam teori-teorinya.
ADVERTISEMENT
Perode Pertama
Dari Budapes, Lukacs melanjutkan studi ke Berlin dan meraih gelar doktor filsafat pada tahun 1907. Di Berlin, Ia berkenalan dengan Bela Balazzs (1884-1949), seorang penyair, novelis dan kemudian kritikus film Hungaria. Dari Bela Balazzs, ia banyak belajar tentang puisi dan drama.
Selesai mengikuti program doktoral Lukacs masih intensif mengikuti program seminarnya Dilthey dan Simmel sampai tahun 1910. Ia mengakui mulai tertarik dengan pemikiran Marx karena kepandaian Simmel menggunakan teori Marx untuk pembahasan ilmu sosial. Baginya Simmel telah memberikan perangkat baru untuk mendapatkan wawasan baru yang memperlihatkan aspek-aspek sosiologis dari karya cipta seni.
Dari Berlin ia melanjutkan studinya ke Florence (Firenze, Italia). Selama di Florance (1910-1912) ia menekun bidang filsafat estetika sistematik. Pada saat yang sama Lukacs menerbitkan jurnal filsafat yang berjudul Logos. Selesai studi di Italia, ia diajak Ernst Bloch kembali ke Jerman.
ADVERTISEMENT
Kali ini, Ersnt Bloch memperkenalkan Lukacs dengan lingkungan akademis Heidelberg. Di Heidelberg, Lukacs bertemu dengan beberapa pemikir besar macam Karl Jspers, Emil Lask, Max Weber. Dan ia tinggal di Heidlberg sampai tahun 1915.
Periode Kedua
Lukacs menyebut masa perubahan ke arah Marxis (berkisar 1913-1914) sebagai periode ketegangan intelektual. Tapi, ia menganggap ketegangan itu sebagai proses belajar berpikir dialektis. Karena itu ia tidak melihat secara hitam-putih kontradiksi idealisme etisnya dengan pemikiran Marxisme pada periode berikutnya.
Keyakinan itu menjadi nyata sesudah Lukacs mengalami peristiwa revolusi Rusia 1917. Revolusi Bholsevik semakin meyakinkan harapannya menjadi lebih tegas mengarah pada praksis.
Lalu, ia mewujudkan komitmennya dengan keterlibatannya sebagai partai Komunis Hungaria, Desember 1918. Bahkan sebelum rezim komunis Bela Kun tumbang, ia sempat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dari bulan Maret sampai Agustus 1919.
ADVERTISEMENT
Setelah rezim Bela Kun ditumbangkan (baru berusia 133 hari) oleh rezim kiri Horthy, ia bersama anggota komunis lainnya lari ke Wina sampai tahun 1929. Dalam pelariannya kaum Hungaria terbagi dalam dua kelompok yang kemudian saling bersaing.
Kelompok pertama adalah komunis yang setia pada moskow dan berada di bawah pimpinan Bela Kun. Sedangkan kelompok kedua terdiri dari orang-orang komunis yang berada di Viena dan Berlin dipimpin oleh Jenna Laudler.
Ketengangan dalam partai dan pertikaian antar kelompok memberi inspirasi Lukacs dan sekaligus mempertegas sikap politik-etisnya. Dalam beberapa tesis politiknya Lukacs senantiasa melontarkan kritik terhadap gaya pemerintahan diktator proletar. Karena kritiknya yang tajam Lukacs dituduh oposan dan kemudian dikeluarkan dari partai.
Kemudian pada tahun 1956, ia menjadi pemimpin ”Petofi Circle, sebuah gerakan intelektual yang berperan besar dalam pemberontakan anti ”sektarianisme” Rusia. Ia gencar mendukung gerakan anti-Stalin di Hungaria, dan terus menerus melancarkan serangan terhadap distorsi partai yang disebabkan oleh dogmatisme Stalin.
ADVERTISEMENT
Ketika gerakan anti-Stalin di Hungaria mencapai puncaknya ditangan pemerintah Imre Nagy, ia pun mendukung dengan keterlibatannya sebagai anggota komite Sentral Partai dan beberapa saat dipilih sebagai menteri kebudayaan.
Namun sayangnya, revolusi Hungaria tidak bertahan lama. Rusia mendesak masuk dan pemerintahan Imre Nagy kocar-kacir, sebagian dibunuh oleh tentara Rusia, sebagian lagi (termasuk Lukacs) lari ke Rumania. Tahun 1957 Lukacs kembali ke Budapest dan mempersembahkan sisa waktunya untuk menekuni bidang estetika.

Identitas Buku

Judul : Realisme Sosialis Georg Lukacs
Penulis : Ibe Karyanto
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ADVERTISEMENT
Cetakan pertama, Agustus 1997