4 Faktor Penyebab Radikalisme Sarekat Islam Semarang

Muhammad Ridwan Tri Wibowo
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2022.
Konten dari Pengguna
4 Oktober 2023 12:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ridwan Tri Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perlawanan. Sumber foto: Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perlawanan. Sumber foto: Pixabay.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Istilah politik kiri sangat kental dengan suatu pergerakan yang bersifat revolusioner.
ADVERTISEMENT
Sarekat Islam (SI) Semarang mengubah kepemimpinannya pada tanggal 6 Mei 1917, dengan Semaoen menjabat sebagai ketua. Setelah perubahan pengurus ini, Sarekat Islam Semarang berubah menjadi sebuah gerakan yang lebih fokus pada kaum buruh dan petani.
Perubahan ini merupakan momen penting dalam sejarah modern Indonesia karena menandai awal gerakan kaum Marxis pertama di negara itu. Selain menjabat sebagai ketua SI Semarang, Semaoen juga berfungsi sebagai propaganda utama untuk gerakan sosialis-revolusioner.
Soe Hok Gie dalam buku Di Bawah Lentera Merah mengidentifikasi empat faktor utama yang mendasari radikalisasi massa dan perkembangan gerakan SI di Semarang, antara lain:
Kemiskinan dan Eksploitasi
Kemiskinan yang parah dialami oleh masyarakat merupakan hasil langsung dari kebijakan kolonialisme. Perasaan ketidakpuasan semakin meningkat setelah pemerintah mengganti sistem penjajahan dari Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) ke sistem liberal, yang menghapuskan sistem kerja paksa atau rodi dan menggantinya dengan sistem upah yang lebih fleksibel.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, ekspansi yang terus menerus dari lahan perkebunan sejalan dengan peningkatan industrialisasi turut memperburuk situasi. Masuknya modal asing ke Hindia Belanda, bukannya memberikan manfaat, justru semakin mengikat masyarakat dalam kondisi eksploitasi.
Para pemilik modal tidak hanya bisa membeli tanah tetapi juga menyewa dari pemerintah atau penduduk setempat. Hal ini mengakibatkan penyewaan lahan pertanian yang sebelumnya bersifat komunal, dan penduduk desa menjadi buruh tani secara besar-besaran, sehingga petani menjadi teralienasi dari tanah mereka sendiri.
Selain itu, ekspansi perkebunan yang besar-besaran, terutama untuk tanaman tebu guna memenuhi industri gula, mengurangi lahan persawahan yang semakin terdesak oleh tanaman tebu. Hal ini mengakibatkan penurunan produksi beras, yang merupakan makanan pokok penduduk. Hampir seluruh Pulau Jawa, dari Cirebon hingga Solo, sebagian besar ditutupi oleh perkebunan tebu yang meluas.
ADVERTISEMENT
Kesengsaraan kaum buruh dan petani ini tidak mendapat perlindungan, terutama karena para kepala desa di desa-desa telah menjadi alat penguasa-penguasa perkebunan tebu dengan melibatkan diri dalam korupsi. Akibatnya, pemberontakan-pemberontakan kecil oleh petani mulai muncul, seperti pembakaran areal perkebunan tebu di Kediri pada tahun 1918.
Volksraad yang Mengecewakan dan Berdirinya Indie Weerbaar
Faktor kedua yang memengaruhi radikalisasi gerakan adalah janji Gubernur van Limburg Stirum pada tahun 1917 untuk membentuk "dewan rakyat" (Volksraad), yang ternyata mengecewakan para tokoh pergerakan karena mereka menginginkan sebuah lembaga legislatif yang memiliki wewenang yang lebih besar daripada hanya menjadi penasihat pemerintah.
Ketidakpuasan ini semakin meningkat ketika pemerintah mencoba membentuk milisi bumiputera (Indie Weerbaar), yang dilihat oleh tokoh-tokoh kiri seperti Sneevliet dan Tjipto Mangunkusumo sebagai upaya untuk menjadikannya sebagai alat untuk kepentingan Belanda
ADVERTISEMENT
Faktor Lokal
Selain dua faktor nasional tersebut, ada faktor lokal yang memainkan peran penting dalam radikalisasi gerakan, seperti wabah penyakit yang melanda Semarang akibat buruknya kondisi perumahan dan lingkungan penduduk kecil.
Penyakit semakin menyebar karena kurangnya gizi masyarakat, yang disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah Hindia Belanda terhadap kesehatan. Situasi ini memicu SI untuk melancarkan agitasi yang mendapat dukungan dari masyarakat. Di samping itu, situasi tersebut juga memperkuat kesadaran dan radikalisme dalam masyarakat serta mempererat hubungan antara massa dan organisasi SI.
Kemenangan Revolusi di Rusia
Faktor terakhir adalah kemenangan Revolusi pada bulan Oktober di Rusia memberikan dorongan dan antusiasme yang lebih hebat kepada Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) untuk menyebarkan Marxisme dalam politik Indonesia dan SIadalah sasaran utama, karena merupakan satu-satunya gerakan massa terkuat pada saat itu. ISDV mengadakan infiltrasi ke dalam tubuh SI dengan tujuan dapat menguasai massa.
ADVERTISEMENT