Sekumpulan Pendukung Tim Sepak Bola yang Peka Terhadap Isu Sosial di Kotanya

Muhammad Raihan
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
10 Desember 2022 20:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Raihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Berawal dari keresahan makin berkurangnya pagelaran musik underground di Yogyakarta serta seniman musik lokal yang lambat laun mulai menepi dari hingar bingar panggung musik, komunitas pendukung PSIM Jogja 'Lamindet Society' menggelar event bertajuk From Terrace to The Stage di Jogja National Museum, Minggu (22/12/2019). Foto : terracestage
zoom-in-whitePerbesar
Berawal dari keresahan makin berkurangnya pagelaran musik underground di Yogyakarta serta seniman musik lokal yang lambat laun mulai menepi dari hingar bingar panggung musik, komunitas pendukung PSIM Jogja 'Lamindet Society' menggelar event bertajuk From Terrace to The Stage di Jogja National Museum, Minggu (22/12/2019). Foto : terracestage
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lamidet Society sendiri adalah sekumpulan anak muda yang menyukai sepak bola dan penikmat musik lintas genre yang sangat peduli akan perkembangan dunia musik underground Yogyakarta dan isu sosial yang khususnya yang ada di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Menanggapi pagelaran musik underground di Yogyakarta yang kurang, sedangkan animo penikmat musik underground masih terjaga pada tingkat yang tidak bisa dikatakan rendah, untuk itu Lamidet Society hadir memberi ruang kreasi bagi pelaku dan penikmat musik underground di Yogyakarta lewat perhelatan musik “From Terrace to The Stage”.
Selain memberikan ruang untuk penikmat musik underground Gelaran ini juga mengangkat keresahan sosial khususnya yang ada di Yogyakarta, contohnya saat From Terrace to The Stage yang kedua mengangkat taglineNrimo Ing Pandum Dalam Ketimpangan” sebuah kalimat yang tidak asing lagi untuk warga Yogyakarta.
Selain itu juga ada tagline “Tourism kills the city” adalah sebuah semangat warga lokal untuk berhak menyampaikan keluh kesah juga menuntut kesetaraan. Bahwasanya selain membangun ini itu bagi kemudahan para wisatawan dan investor, jangan lupa juga untuk membangun sumber daya warganya. Memberdayakan warga sekitar, berikan upah layak, sediakan banyak tempat sampah, juga patuhi segala regulasi pembangunan dan izin usaha yang sudah tertera.
ADVERTISEMENT
Sudah banyak contoh dampak buruk dari masifnya pembangunan yang terlampau asal berakibat buruk juga di masa mendatang. Mereka para investor dan orang kaya diatas sana bisa dengan mudah pindah rumah ketika kota ini mulai tidak menarik, tapi saya dan teman teman yang lain hanya punya satu rumah, tak ada pilihan lain selain Yogyakarta nan istimewa versi investor.
Lamidet Society juga berpartisipasi dalam Movement Pasar Gratis. Berdirinya Pasar Gratis Yogyakarta yang berangkat dari keresahan atas pandemi COVID-19 pada tahun 2020. Awalnya, gerakan ini berupa dapur umum yang menyediakan makanan untuk gelandangan, pengamen jalanan atau mereka yang kehilangan pekerjaan akibat dampak pandemi.
Pada gelaran From Terrace to The Stage ketiga, yang akan diselenggarakan pada bulan November di Yogyakarta terdapat Album Kompilasi yang berjudul Urban Hurk. “Kata tersebut dirasa paling cocok untuk menggambarkan apa yang akan kami tuangkan di album kompilasi kedua kali ini. Urban yang berarti sebuah kawasan padat perkotaan, sedangkan 'Hurk' merupakan modifikasi dari kata jawa 'Horeg' yang berarti keruwetan” ujar Doyok, salah satu anggota Lamidet Society.
ADVERTISEMENT
"Itulah yang kami rasakan belakangan ini saat tinggal sebagai warga lokal, keluar rumah kena macet dan mencari pekerjaan susah. Kami ingin beri sisi berbeda-beda soal Jogja," lanjut Doyok.
Gelaran From Terrace to The Stage ini bisa dikatakan segmented dengan menyasar pada irisan penikmat musik underground yang juga menggemari sepak bola. Terlihat pada band pengisi acara ini seperti, DOM 65 dan STRAIGHT ANSWER yang memang personil dan penggemarnya sudah lekat dan tidak asing dengan dunia sepak bola.
“Gelaran ini juga mempunyai tujuan agar supporter bisa memisahkan antara rivalitas dan musik” ujar Doyok, salah satu anggota Lamidet Society. Ia juga menambahkan bahwa mencoba menempatkan sesuai porsinya antara sepak bola dan musik.
Pada gelaran From Terrace to The Stage yang pertama terdapat grup musik hip-hop yang namanya sudah tidak asing lagi bagi penikmat musik hip-hop Yogjakarta, yaitu Los Pakualamos. Selain itu ada pula band-band lokal Jogjakarta seperti, The Genk, DEDELDUEL, Lakang Tirex, Snoopy & The Troops, Lost Stroom, dan Since.KO. Pelibatan seniman lokal ini bisa diartikan sebagai wujud apresiasi pada musikus tersebut karena terus berkarya selain dapat juga digunakan sebagai pemicu bagi musikus lain agar terus meramaikan belantika musik underground Yogyakarta.
ADVERTISEMENT