Sebelum Mata Terpejam dan Kamu

Muhammad Fadjar Hadi
masih hidup dan masih bertahan
Konten dari Pengguna
28 September 2020 3:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Fadjar Hadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi depresi. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi depresi. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menulis adalah hal yang terbaik yang biasa aku lakukan sebelum menutup lembaran hari ini dan memejamkan mata dan pikiran yang lelah ini.
ADVERTISEMENT
Entah mengapa dengan menulis semua keresahan yang ada di dalam hati rasanya dapat tercurahkan dengan baik. Meski tidak sebaik menulis puisi, tapi setidaknya cukup untuk menjernihkan hati dan pikiran yang kalang kabut ini.
Mungkin tulisan kali ini bercerita bagaimana keadaan hari ini. Atau bisa juga dari sebuah mimpi. Semua berawal dari pertemuan kita beberapa tahun yang lalu.
Kisah kita seperti air sungai yang mengalir tanpa adanya hambatan yang berarti. Hingga akhirnya air itu bermuara ke lautan lepas nan luas. Mungkin di sana percikan-percikan itu mulai bermunculan.
Semakin lama mengenalmu, rasanya seperti semakin dalam aku tenggelam ke dalam sebuah lautan tak berujung. Aku tak pernah tahu arti dari semua ini. Sebab yang aku tahu hanyalah dirimu seorang.
ADVERTISEMENT
Antara angan dan kenyataan, mungkin ini namanya terlambat menyadari atau memang aku yang terjebak dalam kebodohan, hingga kini aku tak pernah tahu jawaban dari semua ini.
Dia yang ada di depan mata, namun terlalu jauh untuk dijangkau, terlalu tinggi tuk diraih. Seandainya kamu tahu semuanya. Ah mengapa wanita itu selalu memabukkan.
Rasanya sudah cukup menulis hari ini dan saatnya memejamkan mata yang lelah ini. Semoga kita bertemu di alam mimpi atau kelak kamu bisa membaca tulisan ini.