Interpretasi Makna Lagu 'Camkan' oleh Feast

Muhammad Daffa Abyan
Saya adalah seorang mahasiswa dari Universitas Multimedia Nusantara yang sedang mengampu studi S1 dalam program studi Jurnalistik
Konten dari Pengguna
6 Desember 2021 10:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Daffa Abyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: https://kumparan.com/millennial/feast-sindir-kecanduan-media-sosial-lewat-single-dalam-hitungan-1rMgyC7fAwe
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: https://kumparan.com/millennial/feast-sindir-kecanduan-media-sosial-lewat-single-dalam-hitungan-1rMgyC7fAwe
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagi penggemarnya, Feast adalah ladang interpretasi yang selalu membuat kita berpikir-pikir apa makna yang tersimpan dibalik lagu-lagu yang mereka rilis. Feast selalu menyikap makna di balik nyanyiannya, begitu juga dalam tiap video klip yang mereka unggah seiring lagunya dirilis. Interpretasi dari lagu yang cukup menarik ini berjudul “camkan” yang jika dilihat dari KBBI berasal dari kata ‘cam’ yang berarti memperhatikan. Dilihat dari judulnya, Feast seolah-olah menekankan pendengarnya untuk memperhatikan hal ini dengan serius. Namun, sayangnya Feast menghapus lagu ini dari semua platformnya tanpa ada alasan yang jelas dan kini lagunya hanya bisa didengarkan di YouTube yang diupload secara Unofficial.
ADVERTISEMENT
Pada bait pertama yang berbunyi “Kubakar asap yang membumbung tinggi, ku Arahkan ke kiblatku sendiri” Menggambarkan seseorang dalam sudut pandang pertama yang sedang melakukan ritual yang cukup ‘beda’ terhadap kepercayaannya. Masih pada bait pertama, di baris ketiga berbunyi “tintaku merangkai ayat pribadi, mencatat standar dosa duniawi” potongan lirik ini merujuk pada manusia yang memiliki dosanya masing-masing dan selalu mengingat dosanya di dalam pikiran.
Pada bait kedua, Feast menekankan kita untuk tidak mengungkapkan asumsi-asumsi tentang kepercayaan seseorang dan tidak memandang seseorang berdasarkan kepercayaan dan ritual yang mereka lakukan. Hal ini disampaikannya melalui bait kedua baris pertama yang berbunyi “pisahkan fantasimu, dari diriku” lalu disambung dengan “ritualmu, urusanmu” “ritualku, urusanku” Dapat terlihat sangat jelas bahwa bagian lirik ini secara gamblang menyuruh kita untuk tidak mengusik kepercayaan orang dan biarkan mereka melakukan ritual yang mereka anggap benar kepada kepercayaan mereka. Ritualmu ya urusanmu untuk apa kita berkomentar terhadap sesuatu yang tidak mengusik kita? Bait ini ditutup dengan kalimat “camkan” yang menekankan lagi dan seolah-olah menyuruh kita untuk mencatat dengan baik-baik bahwa kita tidak boleh mengusik ritual kepercayaan orang yang di luar pengetahuan kita.
ADVERTISEMENT
Bait ketiga diwarnai dengan sebuah contoh. “Karma dan membunuh bukan ranahku, diluar jangkauku untuk kuhakimi” Karma dan pembunuhan menggambarkan dua ajaran agama yang diakui di Indonesia. Dalam ajarannya dua hal itu berlaku demi tujuan yang baik namun, seringkali dianggap jahat dan sadis oleh orang yang tidak mengerti. “Diluar jangkauku untuk kuhakimi” karena berbanding dengan kepercayaannya ia lebih memilih untuk diam dan tidak mengkritik. Seperti seharusnya. Lalu dilanjut dengan kalimat “lihat kembali sila kesatu” dan “buka kembali pintu interpretasimu” Sila ke-1 yang berbunyi “Ketuhanan yang maha esa” mengartikan bahwa kepercayaan terhadap tuhan di Indonesia tidak hanya satu dan kita harus bisa menginterpretasikan kebebasan beragama dengan benar tanpa adanya diskriminasi.
Pada intinya, lagu ini membicarakan tentang masyarakat Indonesia yang selalu berkomentar tentang kepercayaan lain yang bukan kepercayaan pada umumnya. Feast menekankan bahwa biarlah orang mempercayai kepercayaannya dengan tenang dan jangan mengusik kepercayaan orang lain yang berbeda dengan kepercayaan kita. Karena dalam pancasila pun kita diberikan kebebasan untuk percaya kepada yang tinggi.
ADVERTISEMENT