Cerita Mahasiswa Asal Lampung saat Pandemi Covid-19 di Benua Afrika

Muhammad Nasrullah Maruf
Mengajar di Pondok Pesantren Modern Daar El Istiqomah, Direktur Amal Usaha Pondok
Konten dari Pengguna
15 Mei 2020 18:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Nasrullah Maruf tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Duta Besar RI untuk Sudan dan Eriteria Drs. Rossalis Rusman Adenan M.B.A, memberikan bantuan secara langsung kepada mahasiswa Lampung di sekretariat Ikatan Mahasiswa Lampung Khartoum, Sudan.  Ahad, (05/04/2020). Foto: Dokumentasi KBRI Khartoum.
zoom-in-whitePerbesar
Duta Besar RI untuk Sudan dan Eriteria Drs. Rossalis Rusman Adenan M.B.A, memberikan bantuan secara langsung kepada mahasiswa Lampung di sekretariat Ikatan Mahasiswa Lampung Khartoum, Sudan. Ahad, (05/04/2020). Foto: Dokumentasi KBRI Khartoum.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Republik Sudan, negara yang sedang memulihkan kondisinya setelah mengalami krisis sosial dan ekonomi selama bertahun-tahun, terlebih pasca ditinggalkan rezim Omar al-Bashir yang sudah memimpin selama 30 tahun lamanya yang kemudian dikudeta oleh pasukannya sendiri pada April 2019 lalu, tetapi akhirnya mereka kesulitan untuk mengembalikan negara dalam keadaan normal.
ADVERTISEMENT
Pada awal 2020 ini kembali Sudan mendapatkan tambahan cobaan berupa pandemi covid-19 yang sudah masuk dari awal maret yang lalu. Kesigapan Pemerintah Sudan dalam mengambil kebijakan untuk menghalau perkembangan virus tersebut sejak dini rupanya tidak mampu menahan laju pertumbuhan kasusnya setiap hari yang telah menyentuh angka 1964 kasus berdasarkan data resmi Satgas Kemenkes Sudan dari laman Facebook-nya Sudan Health.
Angka yang tercatat mungkin hanya seperti puncak gunung es di lautan, sangat mungkin kasus positif di lapangan melebihi angka tersebut dikarenakan Pemerintah Sudan belum mampu mengadakan rapid test secara masal. Hal ini juga diperparah dengan lambatnya respon terhadap aduan masyarakat melalui Call Center 221 yang diakui oleh pemerintah Sudan sendiri.
ADVERTISEMENT
Ada satu kasus contoh yang terjadi ketika salah seorang mahasiswa Indonesia yang mengalami beberapa gejala covid-19 kemudian menghubungi Call Center penanganan cepat tanggap covid-19, namun sampai sembilan hari setelah pengaduan, rupanya belum juga didatangi tim kesehatan untuk melakukan tes terhadap dirinya.
Ibukota Khartoum hingga saat ini tetap menjadi wilayah dengan kasus positif terbanyak di Sudan atau sekitar 80% dari total kasus yang tercatat, Ibukota Khartoum juga merupakan tempat di mana kurang lebih sekitar 1200 mahasiswa Indonesia yang 30 orang di antaranya berasal dari provinsi Lampung berada. Hal tersebut membuat mahasiswa harus benar-benar waspada dalam berinteraksi dengan masyarakat Sudan.
Selain dihantui karena semakin meningkatnya kasus corona, mereka juga menjadi sasaran kejahatan masyarakat lokal yang juga semakin meningkat signifikan akibat pemberlakuan lockdown untuk memutus rantai penularan wabah, namun tidak diikuti dengan penyedian kebutuhan makanan yang cukup bagi warga lokal khususnya di Ibukota Khartoum, di mana menurut data IMF tahun 2020 dan data World Bank tahun 2009 angka pengangguran di seluruh Sudan lebih dari 25% dan 46,5% rakyat Sudan hidup di bawah garis kemiskinan.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentunya juga menimbulkan gejolak keamanan dan sosial, di mana pada masa awal penerapan lockdown oleh pemerintah transisi saja masih tetap ada warganya yang berdemonstrasi, selain itu juga terbukti pada satu hari yang sama 4 Mei lalu terjadi 3 kasus pembegalan terhadap mahasiswa Indonesia secara berkomplot di tempat yang berbeda. Setelah itu masih terjadi percobaan-percobaan pencurian bahkan perampokan terhadap WNI lainnya meski bisa digagalkan.
Masalah ekonomi tidak hanya dialami oleh warga lokal, warga negara asing seperti Indonesia juga mengalami hal yang sama, bahkan kebutuhan pokok naik dua sampai tiga kali lipat. Sebagian Mahasiswa juga ada yang tekendala masalah finansial karena usaha orangtuanya pun ikut macet akibat pandemi di Indonesia, sampai akhirnya mereka tidak bisa mengirimkan uang saku seperti biasa kepada anaknya di Sudan menurut salah seorang mahasiswa Indonesia bernama Muhammad.
ADVERTISEMENT
Ada pula dari mahasiswa yang sebelumnya terbiasa memenuhi kebutuhan dengan usaha membuka usaha kecil-kecilan namun harus berhenti karena pemerintah transisi Sudan menerapkan lockdown yang akhirnya membatasi ruang gerak semua orang, sehingga banyak dari mahasiswa tidak bisa memenuhi kebutuhannya.
Melihat keadaan yang semakin darurat, KBRI Khartoum sebagai perpanjangan tangan dari Pemerintah Indonesia telah melakukan usaha semaksimal mungkin untuk melakukan perlindungan bagi seluruh WNI, selain memberikan bantuan logistik kepada yang membutuhkan, KBRI pun telah melakukan beberapa kali audiensi dengan simpul-simpul masyarakat Indonesia di Sudan.
Pada 27 April 2020, Duta Besar Republik Indonesia untuk Sudan dan Eriteria Drs. Rossalis Rusman Adenan, M.B.A, mengadakan temu sapa dengan para ketua organisasi mahasiswa kekeluargaan kedaerahan di Sudan melalui zoom guna melakukan penyuluhan dan dengar pendapat dari masing-masing ketua kekeluargaan, satu di antara kekeluargaan itu adalah Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa Lampung atau Ikmal.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan itu Duta Besar menyampaikan beberapa himbauan terkait situasi di Sudan juga menghimpun seluruh masukan yang disuarakan oleh para mahasiswa. Duta Besar juga mengatakan bahwa KBRI Khartoum akan selalu berusaha melakukan perlindungan dan membantu mahasiswa semaksimal mungkin namun KBRI Khartoum tetap memiliki batasan-batasan kemampuan, oleh sebabnya beliau mendukung dan akan membantu memfasilitasi kekeluargaan yang ingin mengajukan bantuan ke pemerintah daerah masing-masing berupa surat pengantar dari KBRI Khartoum, maupun sebagai mediator antara pemerintah provinsi dengan organisasi kekeluargaan kedaerahan yang berada di Sudan.
Melalui pendampingan KBRI Khartoum, sampai saat ini sudah ada beberapa organisasi mahasiswa kedaerahan yang telah mendapatkan bantuan dari pemerintahnya masing-masing, diantaranya Jawa Tengah, Riau, Bangka Belitung dan Aceh dengan bantuan yang variatif. Bantuan-bantuan seperti ini juga tentunya diharapkan oleh para mahasiswa asal Lampung, untuk menjadi bekal selama melewati masa pandemi ini dengan segala keterbatasannya.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini Ikmal sebagai perwakilan mahasiswa asal provinsi Lampung di Sudan sedang berusaha untuk mewujudkan bantuan dari pemerintah provinsi dan bisa segera mendapatkan arahan langsung khususnya dari Gubernur Lampung serta bisa direspon dengan positif dan mendapatkan bantuan sebagaimana organisasi kedaerahan lainnya.
Oleh: Rifat Mubarok (Mahasiswa Pascasarjana International University of Africa, Khartoum sekaligus Ketua Ikatan Keluarga Mahasiswa Provinsi Lampung di Sudan)