Poster Penuh Makna yang Meramaikan Women’s March Jakarta 2020

Konten dari Pengguna
10 Maret 2020 14:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Miss Kepo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Beberapa poster di Women's March Jakarta 2020. Dok: Avissa Harness/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Beberapa poster di Women's March Jakarta 2020. Dok: Avissa Harness/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Memperingati International Women's Day setiap tahunnya, perempuan dari berbagai belahan dunia turun ke jalan untuk melakukan aksi bernama Women's March. Tak cuma di luar negeri, aksi yang memperjuangkan hak-hak perempuan ini juga diadakan di berbagai daerah Indonesia, termasuk di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Pada Minggu (8/3) lalu, para peserta aksi yang menyuarakan aspirasinya di MH Thamrin, Jakarta, terlihat memperjuangkan hak mereka dengan membawa sejumlah poster. Beragam poster tersebut memiliki pesan tersendiri yang ingin disampaikan. Seperti apa sih poster-poster yang dibawa para perempuan saat berorasi di Women's March? Kepoin yuk!

Sayang gak harus telanjang

dok. Avissa Harness/kumparan
Kasus pelecehan dan pemerkosaan diketahui lebih banyak dilakukan oleh orang-orang terdekat. Para pelaku terdekat itu biasanya menggunakan alibi ‘kalau sayang berarti bersedia memberikan semua’. Alibi itu membuat para korban merasa tidak mampu untuk mengelak, dan menjadi alibi baru ketika pelakunya tertangkap. Para pelaku akan mengatakan bahwa sang korban menyerahkan tubuhnya secara sukarela.
Hal ini membuat para pelaku sulit diadili karena kelicikan alibi yang disampaikan itu. Peserta aksi ini pun tidak tinggal diam, ia membawa poster yang bertuliskan, “Sayang gak harus telanjang.”
ADVERTISEMENT
Ia bertujuan untuk mengingatkan kepada semuanya bahwa kasih sayang bukan berarti bersedia melakukan hubungan seks. Dan para korban dapat mengelak bahwa kasih sayang tidak harus ditunjukkan dari kesediaan untuk melakukan hubungan seks.

Aku diperkosa dan dibuat lebam, tapi kalian malah menyuruhku diam

dok. Avissa Harness/kumparan
“Aku diperkosa dan dibuat lebam, tapi kalian malah menyuruhku diam,” tulis salah satu peserta aksi Women’s March Jakarta dalam posternya.
Miris memang, beberapa pelaku pemerkosaan tidak hanya memerkosa korbannya namun juga melakukan tindak kekerasan. Untuk membuat para korbannya semakin lemah, pelaku melakukan kekerasan hingga membuat tubuh korban lebam. Sayangnya para korban yang tubuhnya dipenuhi lebam tersebut masih disuruh untuk diam, akibat stigma masyarakat yang berpikir bahwa korban perkosaan adalah sebuah aib.
ADVERTISEMENT

I’m here for my Mom

dok. Avissa Harness/kumparan
Tidak hanya perempuan, aksi dari Women’s March Jakarta kemarin juga diramaikan oleh para laki-laki yang peduli dengan kesejahteraan perempuan di negeri ini. Salah satunya adalah pria yang membawa poster menyentuh, menunjukkan kepeduliannya terhadap ibunya.
I’m here for my Mom,” tulis pria itu dalam posternya.
Apa yang dilakukan pria ini memang tepat, karena para ibu yang melahirkan pria juga seorang perempuan. Maka, sudah sewajarnya para pria tergerak hatinya memperjuangkan hak perempuan, termasuk ibunya.

Men can cry too

dok. Avissa Harness/kumparan
Salah satu pria peserta aksi juga ada yang membawa poster bertuliskan "Men can cry too" (pria juga bisa menangis). Hal ini melawan stigma yang menyebut bahwa pria yang menangis adalah orang-orang yang lemah. Sebab, sebenarnya memang tidak demikian.
ADVERTISEMENT

Kita harus saling menguatkan

dok. Avissa Harness/kumparan
Manusia adalah makhluk sosial yang sudah pasti membutuhkan orang-orang lain di sekitar. Ketika mendapatkan sebuah masalah, kita pasti menghubungi seorang kerabat untuk menceritakan dan mendapatkan kekuatan.
Sama halnya dengan para korban pemerkosaan, pelecehan seksual, dan diskriminasi di negeri ini. Tidak hanya mereka, kita sebagai sesama manusia pun harus saling menguatkan agar tidak ada yang merasa bahwa dirinya sendirian di dunia ini.

Pemerkosa lebih bahaya dari Corona

Salah satu peserta aksi. Dok: instagram.com/rachelvennya
Virus berbahaya korona kini menjadi sebuah ketakutan bagi setiap orang, membuat panik dan khawatir bahkan takut untuk keluar dari rumah. Tidak hanya korona, peserta pawai ini ingin menyampaikan bahwa ada hal lain yang juga dapat membahayakan kita semua yaitu pelaku pemerkosa.
ADVERTISEMENT
“Pemerkosa lebih bahaya dari Corona,” tulis peserta tersebut pada baju bagian belakang yang sedang ia kenakan.
Para pelaku seharusnya dibuat jera dengan diadili seadil-adilnya dan juga diberikan perlindungan kepada para korban pemerkosaan. Layaknya virus korona yang kini sedang diteliti obatnya dan ditangani pasien-pasiennya hingga pulih.

Be brave to speak up

Salah satu peserta aksi. Dok: instagram.com/rachelvennya
Tidak sedikit korban pemerkosaan dan korban pelecehan seksual tidak berani untuk mengungkapkan kasusnya. Entah karena diancam oleh pelaku atau bahkan takut dianggap sebagai aib yang seharusnya ditutupi saja.
Peserta pawai yang satu ini membawa poster yang bertuliskan “Be brave to speak up” untuk mengingatkan para korban agar memberanikan diri membuka suara agar dapat dipulihkan traumanya, dan membuat jera para pelaku.
ADVERTISEMENT

Lokasi shooting paling ideal

Aksi dari Women’s March Jakarta kemarin juga diikuti oleh salah satu publik figur Tanah Air yaitu Hannah Al Rashid. Sebagai seorang duta PBB dalam bidang kesetaraan gender, aktris satu ini rajin mengikuti Women’s March Jakarta setiap tahunnya.
Pada tahun ini Hannah membawa isu mengenai pelecehan yang terjadi pada lokasi shooting. Ia menuliskan contoh lokasi shooting yang paling ideal untuk semua, yaitu tidak adanya nyamuk dan tidak ada kecoa.
Namun yang paling digarisbawahi kali ini adalah lokasi yang tidak ada lelaki jahat yang tangannya ke mana-mana atau suka melakukan pelecehan. Kasus pelecehan memang tidak terjadi pada orang biasa di tempat umum saja, para aktris pun juga menjadi korban dari pelecehan.
ADVERTISEMENT