Mahasiswa UB Ubah Limbah Cangkang Tiram Jadi Bahan Alternatif Baterai

27 Oktober 2023 14:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) ubah limbah cangkang tiram sebagai bahan alternatif baterai.  Foto: https://prasetya.ub.ac.id/
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) ubah limbah cangkang tiram sebagai bahan alternatif baterai. Foto: https://prasetya.ub.ac.id/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) kembali membuat sebuah inovasi. Kali ini, mahasiswa dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) membuat sebuah inovasi dari limbah cangkang tiram.
ADVERTISEMENT
Mereka mengubah limbah cangkang tiram sebagai bahan baterai kendaraan listrik. Temuan yang dilakukan oleh Ahmad Multazam Abdan, Ahmad Syarwani, Izza Lailatul Kasanah, Zainurrohman Prastomo, dan Uray Keisya disebut Crossta Baterry.
Di bawah bimbingan Prof. Akhmad Sabarudin, kelima mahasiswa ini melakukan riset terhadap kandungan kalsium oksida yang ada pada cangkang tiram sebagai bahan baku baterai yang merupakan salah satu sumber energi masa depan yang bayak digunakan sebagai sumber energi kendaraan listrik.
“Baterai-baterai yang beredar dan digunakan saat ini, misalnya baterai Lithium atau baterai Nickel-Metal Hydride (Ni-MH), tidak banyak ditemukan di bumi serta membutuhkan biaya yang tinggi dalam pemanfaatannya,” tutur Ahmad Multazam selaku ketua tim dikutip dari laman Prasetya UB, Jumat (27/10).
ADVERTISEMENT
Apalagi kata Multazam, selama ini Indonesia juga harus mengimpor unsur-unsur baterai tersebut dari China yang membuat biaya produksinya semakin membengkak.
Universitas Brawijaya. Foto: Anom Harya/Shutterstock
Sedangkan, kalsium adalah mineral paling banyak jumlahnya di tubuh hewan dan manusia. Kalsium memiliki banyak manfaat dan melimpah di lingkungan sekitar. Salah satu pemanfaatan kalsium adalah sebagai bahan baku elektroda baterai untuk memproduksi baterai kalsium.
Baterai kalsium juga mudah diisi ulang sehingga memiliki potensi besar untuk perkembangan teknologi di bidang energi di masa depan. Selain itu, baterai kalsium mengandung bahan baku yang melimpah dan biaya produksinya lebih rendah dibandingkan baterai jenis lainnya.
“Baterai kalsium (Ca-Ion) adalah inovasi penyimpanan daya di mana menggunakan kalsium sebagai bahan utamanya. Yang mana kalsium lebih mudah ditemukan keberadaannya di alam, sehingga harga baterai kalsium tergolong lebih murah daripada jenis baterai lain, ” tutur Multazam.
ADVERTISEMENT
Pada riset ini dilakukan proses pengujian terhadap sintesis kalsium oksida cangkang tiram yang telah dilakukan kalsinasi menggunakan beberapa instrumen seperti, FTIR, AAS, Powder XRD, dan SEM EDX, dilanjutkan dengan hasil uji kelistrikan menggunakan RLC Meter. Melalui pengujian tersebut menunjukkan bahwa CaO hasil kalsinasi 800°C berpotensi untuk dilanjutkan ke pengujian efektivitas baterai.
Multazam menambahkan walaupun riset ini masih dalam tahap pengembangan dan masih memerlukan banyak evaluasi untuk menghasilkan bahan baku aternatif baterai yang efektif dan efisien, ia berharap riset ini dapat terus dioptimalisasi dan dikembangkan lebih lanjut.
“Harapannya bisa masuk PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) yang mewakili UB. Saat ini juga masih dilakukan pengembangan yang lebih baik lagi dan semoga bisa menjadi riset yang bisa berguna dan diterapkan secara meluas di dunia industri khususnya untuk baterai kendaraan listrik,” jelas Multazam.
ADVERTISEMENT