Generasi Muda Diajak Bersatu Cegah Radikalisme Usai Masa Pemilu

19 Februari 2024 8:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Ilustrasi anak muda yang melakukan perubahan sekitar. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi anak muda yang melakukan perubahan sekitar. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemilu Presiden dan Wapres, serta Legislatif telah dilaksanakan pada 14 Februari lalu. Dinamika politik dan panasnya persaingan mengisi setiap sudut ruang publik, khususnya ruang digital.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan pemilu damai menjadi tanggung jawab semua pihak, terutama generasi muda. Anak muda pun diajak untuk mencegah radikalisme usai pemilu.
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Worry Mambusy Manoby mengatakan, masyarakat selalu mengharapkan pelaksanaan pemilu yang damai, aman, dan tertib. Tanpa diwarnai kekisruhan dan konflik politik berkepanjangan.
Menurut Worry, ketegangan dalam kontestasi politik, terutama pada pilpres, jangan sampai dimanfaatkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, terutama kelompok-kelompok radikal.
"Saat pemilu adalah periode yang penting untuk mewaspadai gerakan radikalisme yang dapat mengancam stabilitas politik dan nasional," kata Worry, Senin (19/2).
Setiap waktu, ruang digital diisi ujaran kebencian dan hoaks. Maka dari itu, generasi muda, khususnya Milenial dan Gen Z, yang hampir setiap saat mengakses media sosial, diminta tetap kritis agar tidak terpengaruh radikalisme.
ADVERTISEMENT
com-Ilustrasi anak muda Foto: Shutterstock
Menurut Worry, generasi muda harus bersatu bersama-sama mencegah penyebaran radikalisme. "Karena perbedaan pendapat yang berlebihan, perasaan tidak puas, apabila terus-menerus ditampilkan bisa menimbulkan intoleransi dan memicu tindakan radikalisme," ucap Worry.
Di sisi lain, Worry juga berharap sejumlah pihak seperti TNI-Polri, BIN, dan BNPT terus meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penyebaran ideologi radikal, terutama pada masa pemilu.
"Sejauh ini, TNI, Polri, BIN, dan BNPT sudah melakukan berbagai langkah untuk memberikan rasa aman di tengah-tengah masyarakat dengan menekan penyebaran paham radikalisme. Ini perlu untuk terus dilakukan," ujar Worry.
Sementara itu, Kepala BNPT Rycko Amelza Dahniel, menegaskan tujuan kelompok radikalisme adalah menjadikan generasi muda intoleran.
"Yang disasar generasi muda. Yang dihancurkan pertama kali adalah sifat, sikap dan pandangan toleransinya. Lalu nantinya diajarkan kebencian, kekerasan, kekejian dan kebiadaban, pakai bungkus agama," kata dia dalam acara silaturahmi dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) dan Duta Damai Jawa Barat, di Bandung, 2 Februari lalu.
ADVERTISEMENT
Menurut Rycko, proses penyebaran ideologi ini menyasar pada keyakinan generasi muda dengan diperkuat oleh narasi-narasi perintah agama. "Ideologi ini membuat orang menjadi yakin bahwa apa yang dilakukan itu merupakan perintah agama," ucapnya.