Bermodal Kaus Tetangga, Pemuda Jogja Bawa Indonesia ke Kancah Dunia

17 Agustus 2018 13:28 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Maharsitama Anindita pendiri Castle Kaos Lukis Yogyakarta (Foto: Instagram Castle Kaos Lukis)
zoom-in-whitePerbesar
Maharsitama Anindita pendiri Castle Kaos Lukis Yogyakarta (Foto: Instagram Castle Kaos Lukis)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kini, enggak sedikit anak muda yang berani mengembangkan potensinya dengan cara berbisnis. Seperti Maharsitama Anindita, pendiri Castle Kaos Lukis di Taman Sari, Yogyakarta, yang mengenalkan batik lukis hingga ke luar negeri.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari niat ingin memberdayakan potensi seniman di sekitar tempat tinggalnya, Mahar mengajak anak-anak muda untuk menginovasi batik dengan cara berbeda. Ia ingin batik tulis yang menjadi ciri khas Taman Sari enggak lagi dianggap jadul.
"Anak muda yang mewarisi keahlian membatik dari orang tuanya ini ingin batik bisa diterima semua kalangan. Ingin membuat karya batik yang bisa dipakai sehari-hari," kata Mahar kepada kumparan.
Bermodalkan kaus tetangga
Melihat keinginan teman-temannya itu, Mahar lantas mendirikan Castle Kaos Lukis pada November 2014. Selain menginovasi batik, ia juga ingin kaus lukisnya bisa semakin mendorong aktivitas wisata di Taman Sari.
Taman Sari sendiri merupakan situs bekas taman atau kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Jaraknya yang dekat dengan Keraton, membuat Taman Sari enggak pernah sepi pengunjung.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Mahar ingin wisatawan enggak hanya datang ke Taman Sari untuk menikmati bangunan bersejarahnya. Sebab, warga lokal Taman Sari memiliki pemuda yang berdaya lewat karya batik, wayang, dan kaus lukisnya.
"Kami ingin kaus lukis jadi trademark Taman Sari. Jadi orang yang dengar Taman Sari ingat kaus lukis, dan sebaliknya. Aku melihat peluang itu ada, dan kekurangannya dulu mereka hanya produksi, jadi aku bantu manajemennya," ujar Mahar.
Maharsitama Anindita pendiri Castle Kaos Lukis Yogyakarta (Foto: Facebook Castle Kaos Lukis)
zoom-in-whitePerbesar
Maharsitama Anindita pendiri Castle Kaos Lukis Yogyakarta (Foto: Facebook Castle Kaos Lukis)
Alih-alih langsung memproduksi kaus, ia dan teman-temannya justru meminjam kaus-kaus lukis milik tetangga untuk dijadikan etalase awal.
"Di Taman Sari ini memang banyak yang pakai dan sudah buat kaus lukis. Jadi kami ketuk pintu tetangga dari satu rumah ke rumah lain. Akhirnya terkumpul delapan kaus. Lalu kami foto dan sebar di media sosial," tutur dia.
ADVERTISEMENT
Sejak itu, Mahar mengaku mulai banyak pesanan yang datang di Facebook Castle Kaos Lukis. Ia sengaja memasarkan lewat online karena melihat media sosial sebagai pasar yang tepat untuk menyebarkan virus kaus lukis.
Setelah terkumpul modal yang cukup dari sejumlah penjualan kaus, Mahar yang mengembangkan Castle bersama Noor Taufiq dan Ryma Aulia Praharsiwi itu, mulai memproduksi kaus berbahan premium.
Dari Taman Sari menuju New York
Usaha Mahar dan teman-temannya mulai membuahkan hasil. Pesanannya enggak hanya datang dari Indonesia, tapi juga sejumlah kota besar di luar negeri.
Enggak hanya itu, Castle Kaos Lukis bahkan pernah mengikuti STYLO Asia Fashion Week pada 4-7 November 2015 di Kuala Lumpur, Malaysia. Setelah itu Mahar juga diajak kolaborasi dengan beberapa desainer. Salah satunya Vanny Tousignant yang melihat karya Mahar dan kawan-kawan lewat Facebook.
Castle Kaos Lukis di ASC Summer Fashion Week 2016 di New York, Amerika Serikat. (Foto: Dok. Castle Kaos Lukis)
zoom-in-whitePerbesar
Castle Kaos Lukis di ASC Summer Fashion Week 2016 di New York, Amerika Serikat. (Foto: Dok. Castle Kaos Lukis)
"Kami diajak kerja sama oleh salah satu desainer di Amerika Serikat, Vanny Tousignant untuk mengirimkan 30 kaus dan gaun panjang lukis yang akan dipamerkan di ASC Summer Fashion Week pada 2016 di New York. Ini sebagai awalan kami masuk pasar global," tuturnya bangga.
ADVERTISEMENT
Pada 2017, Mahar kembali diajak untuk berkolaborasi dengan desainer lain seperti Ofie Laim di gelaran Jogja Fashion Week.
Bisnis yang baik adalah bisnis yang dijalankan
Setelah sukses di pasar online, kini Mahar dan kawan-kawannya memperkuat pasar offline dengan membangun galeri Castle Kaos Lukis di Taman Sari. Baginya, mengembangkan bisnis merupakan hal yang harus dijalankan bukan dipertanyakan.
"Bisnis itu berhasil atau tidaknya ketika dijalankan. Kalau dipertanyakan terus kamu enggak mengubah apapun. Mulai aja buat suatu gerakan, kalau arahnya bisnis jangan takut gagal karena gagal itu pasti," terang dia.
Selain itu alumni Ilmu Komunikasi UGM ini mengatakan jangan ragu untuk membangun jejaring dengan orang-orang di sekitar. Sebab, dengan berserikat maka akan semakin banyak orang yang bisa membantu bisnis tersebut.
ADVERTISEMENT
"Yang pasti jangan jadi orang biasa aja. Dalam membuat karya, usahakan ada nilai lebih yang membedakan dengan produk lain. Sebarkan juga di sosial media, enggak usah takut dibilang norak, dikit-dikit pamer. Kalau yang dipamerkan karya, ya, kenapa enggak?" tutup dia.