Agar Tak Sekadar 'Apa Kabar' dan 'Murah'

Muhammad Hartantyo
Part-time traveller, full-time daydreamer
Konten dari Pengguna
7 September 2020 23:30 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Hartantyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia dan Maroko telah menjalin hubungan diplomatik sejak tahun 1960. Di tahun yang sama, Presiden Soekarno melakukan kunjungan kenegaraan ke Maroko dan tercatat sebagai kunjungan kepala negara pertama di dunia ke Maroko pasca kemerdekaannya di tahun 1956.
ADVERTISEMENT
Kunjungan Presiden Soekarno ini mendapat sambutan hangat dari Raja Mohammed V dan rakyat Maroko. Nama Presiden Soekarno diabadikan sebagai nama sebuah jalan di kota Rabat.
Papan nama Jalan Sukarno di Rabat. (Sumber foto: Koleksi pribadi)
Selain itu, Raja Mohammed V konon “menghadiahi” Presiden Soekarno dan bangsa Indonesia dengan ketentuan bebas visa bagi WNI jika berkunjung ke Maroko.
Promosi Budaya Indonesia di Maroko
Selama bertugas di KBRI Rabat pada tahun 2014-2017, Indonesia sering berpartisipasi dalam berbagai festival seni budaya yang diadakan di Maroko. Dalam festival-festival tersebut, KBRI Rabat menampilkan berbagai tarian hingga penampilan kesenian gamelan, yang selalu mendapat apresiasi tinggi dari masyarakat Maroko.
Penampilan tarian tradisional Indonesia pada salah satu festival di Maroko. (Sumber foto: Laman Facebook KBRI Rabat)
Selain mengikuti festival yang diselenggarakan pihak Maroko, KBRI Rabat juga rutin mengadakan Indonesian Day, bekerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di Maroko.
ADVERTISEMENT
Indonesian Day biasanya menampilkan tarian-tarian tradisional Indonesia, permainan angklung atau gamelan, hingga sajian kuliner Indonesia.
Beberapa perguruan tinggi di Maroko yang pernah bekerja sama dalam penyelenggaraan Indonesian Day antara lain di kota Fes, Tangier, dan Ifrane.
Penyelenggaraan Indonesian Day maupun partisipasi pada berbagai festival tersebut dilakukan guna semakin mengenalkan Indonesia kepada masyarakat Maroko. Maklum saja, pengetahuan masyarakat Maroko tentang Indonesia masih minim.
Jika kita berkunjung ke Maroko, sekilas kelihatannya masyarakat Maroko cukup mengenal Indonesia. Para pedagang di pasar suvenir, misalnya, cukup akrab dengan turis Indonesia. Beberapa di antaranya bahkan menguasai beberapa kata dalam Bahasa Indonesia, seperti “selamat pagi”, “murah”, “terima kasih”, dan beberapa kata lainnya.
Penampilan tarian tradisional Indonesia pada salah satu festival di Maroko. (Sumber foto: Laman Facebook KBRI Rabat)
Selain itu, haji dan hajjah Maroko yang saya temui juga sering menyampaikan kekaguman tentang jemaah haji Indonesia. Menurut mereka, jemaah haji Indonesia sangat tertib dan mudah diatur, serta termasuk yang paling disiplin beribadah saat di tanah suci.
ADVERTISEMENT
Tapi diluar itu, masyarakat umum Maroko sebenarnya tidak tahu Indonesia ada dimana. Apa saja bentuk kebudayaan kita. Bahkan mereka terkejut ketika tahu bahwa banyak orang Indonesia yang tidak bisa berbahasa Arab.
“Lalu bagaimana kamu membaca Al Quran?” tanya seorang kenalan.
Saya jawab bahwa saya bisa membaca Al Quran, tapi saya tidak bisa berbahasa Arab.
“Bagaimana memahaminya?” tanyanya lagi.
“Kami punya terjemah dan tafsirnya.” jawab saya. Dia hanya geleng-geleng kepala.
Bentuk-bentuk promosi yang dilakukan juga beraneka ragam. Mulai promosi seni budaya seperti contoh diatas, ada juga promosi kuliner, hingga promosi ekonomi. Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut cukup melelahkan. Kami para diplomat juga harus pintar membagi waktu agar pekerjaan lainnya tidak terbengkalai.
Salah satu kegiatan promosi kuliner Indonesia di Rabat. (Sumber foto: Laman Facebook KBRI Rabat)
Berbagai keterbatasan juga harus diakali. Dekorasi dibuat sendiri, dan sebisa mungkin digunakan berkali-kali agar efisien. Keterbatasan penari diatasi dengan bekerja sama dengan mahasiswa Indonesia di Maroko. Selain itu, KBRI juga mengaktifkan sanggar seni budaya Indonesia dengan tujuan mencetak penari dan pemain gamelan handal.
ADVERTISEMENT
Hasilnya lumayan. Nama Indonesia semakin dikenal di masyarakat Maroko.
Dalam beberapa kesempatan, ketika tahu bahwa saya orang Indonesia, kenalan tidak lagi hanya mengasosiasikan dengan saudara sesama muslim atau tertibnya jemaah haji Indonesia saat naik haji di Mekah. Mereka juga beberapa kali menyampaikan pernah menonton tarian Indonesia atau mencicipi makanan Indonesia.
Penampilan tarian tradisional Indonesia pada salah satu kegiatan promosi yang diselenggarakan KBRI Rabat. (Sumber foto: Laman Facebook KBRI Rabat)
Tentu saja perjalanan masih panjang. KBRI Rabat dan seluruh perwakilan Indonesia di luar negeri perlu terus meningkatkan kegiatan promosinya agar Indonesia semakin dikenal dunia.
Itulah sekelumit pengalaman saya terlibat dalam promosi Indonesia di Maroko. Semoga bermanfaat.
Anda tertarik mengunjungi Maroko? Sebelum bepergian ke Maroko maupun destinasi lain luar negeri, jangan lupa cek dulu laman SafeTravel untuk dapatkan berbagai informasi negara tujuan demi keamanan dan kenyamanan perjalanan anda.
ADVERTISEMENT