Batik dan Diplomasi Budaya

Marjono
Bukan arsitek bahasa, tidak pemuja kata, bergumul dalam kerumunan aksara
Konten dari Pengguna
2 Oktober 2020 10:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Marjono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi batik. Dok: Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi batik. Dok: Pixabay.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Zaman dulu, anak-anak muda dan remaja agak enggan mengenakan batik, karena berimpresi resmi, gak gaul, seperti orang tua yang mau menghadiri undangan pernikahan. Alhamdulillah, sekarang sudah tidak seperti itu. Batik, bukan lagi identik dengan ”acara resmi”, bukan lagi pakaian khusus orang tua.
ADVERTISEMENT
Bahkan, sekarang balita saja pakai baju batik ya manis kok, asal modelnya disesuaikan, bisa dipadupadankan dengan bahan pakaian yang lain. Apalagi anak muda. Desain modelnya lebih fleksibel. Ada baju batik separo, yaitu setengahnya motif batik setengahnya lagi berkain jeans. Enak juga dipandang. Belum lama juga digelar Fashion on The Street at Night yang merupakan Peragaan Busana Batik Muslimah.
Artinya apa? Batik bisa dikreasi menjadi berbagai model pakaian yang fashionable, kekinian, berkelas dan keren. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak mencintai batik. Semua itu merupakan potensi yang luar biasa. Kalau kita bisa garap dengan baik dengan sentuhan-sentuhan inovasi, maka akan mampu mempengaruhi dunia.
Batik merupakan warisan budaya nusantara yang mempunyai nilai dan perpaduan seni yang tinggi, sarat dengan makna filosofis dan simbol yang mencerminkan cara berpikir masyarakat pembuatnya. Batik adalah ekspresi budaya yang memiliki nilai estetika yang tinggi bagi masyarakat Indonesia. Keunikan yang indah itu merupakan salah satu pembentuk karakter bangsa Indonesia yang membedakan kita dengan bangsa lain sehingga dapat menjadi identitas dan jati diri bangsa.
ADVERTISEMENT
Keberadaan batik sebagai identitas dan warisan budaya bangsa Indonesia semakin diakui sejak ditetapkannya batik sebagai world heritage oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia dengan menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.
Saat ini koleksi batik semakin beragam, baik jenis bahan maupun coraknya. Ada yang bahan dasarnya katun, rayon, rami, sutra, bahkan serat alam. Demikian pula pemakaian dan modelnya juga tidak terbatas pada busana resmi seperti pakaian kerja, akan tetapi dalam skala kehidupan yang lebih luas, seperti baju casual, baju muslim, gamis, gaun pesta, maupun pakaian sehari-hari.
Ragam batik di bumi Nusantara memiliki keunikan dan karakteristiknya masing-masing, sehingga semakin menambah pilihan pemakaian busana batik. Di Jawa Tengah, ada Batik Pekalongan, Solo, Pati, Semarangan, Wonogiren, Lasem, Banyumasan, dan Batik Tembayat Klaten. Masing-masing motif memiliki ciri khas yang menjadi simbolisasi potensi daerah. Semua itu merupakan kearifan lokal Jawa Tengah yang adi luhung.
ADVERTISEMENT
Kearifan lokal ini tidak akan bertahan lama lagi, kalau generasi muda tidak berupaya melestarikannya. Apalagi maraknya peredaran kain printing motif batik dengan harga relatif jauh lebih murah dan minimnya pengetahuan masyarakat untuk membeda-kan mana yang asli, membuat pasar produk batik tulis semakin terpinggirkan.
Transfer of Knowledge
Keterbatasan pasar ini bisa menjadi ancaman bagi para pembatik untuk pindah ke profesi lain. Ini juga menjadi ancaman bagi mememudarnya kearifan lokal. Apa yang harus dilakukan untuk melestarikan batik? Masalah fundamental yang perlu dibenahi di awal adalah masalah pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang batik.
Bila masyarakat paham benar, bagaimana nilai historis dan filosofis kain batik, serta paham bagaimana selembar kain batik itu dibuat, maka tentu pandangan mereka akan berubah. Setidaknya masyarakat akan lebih menghargai dan dapat membedakan kain batik asli dan printing. Bagaimana ibu-ibu di setiap sudut Kampung, di beranda rumahnya meniup cantingnya, menorehkan malam di kain dengan motif batik yang khas. Bahan-bahan alami pewarnaan batik juga cukup mahal. Jadi, keseluruhan biaya produksi batik pun cukup tinggi. Itulah sebabnya mengapa harga jual batik tulis tangan relatif lebih mahal.
ADVERTISEMENT
Maka kemudian penting bagi pemerintah dan kita meberikan penghargaan masyarakat terhadap nilai kearifan lokal menjadi kunci penting dalam rangka mempertahankan dan melestarikan batik. Mimpi kita, masyarakat memilih nilai daripada harga, produsen lebih meng-hargai para pengrajin, dan para pengrajin mau melakukan kaderisasi dan inovasi motif-motifnya. Maka, pelestarian batik sebagai kearifan lokal, harus disandingkan dengan selera masyarakat.
Membahas pengembangan batik, sudah tidak saatnya bicara bagaimana memasyarakatkan batik, karena batik sudah sangat memasyarakat. Sekarang sudah banyak orang memakai batik dalam berbagai kesempatan, tidak hanya dalam acara-acara resmi. Dulu, orang memakai batik dipadukan dengan jeans dibilang aneh, batik dimasukkan juga aneh. Sekarang, it’s okay. Semua pakai batik, everytime everyday orang pakai batik.
Kegunaan batik semakin beragam. Selain dikenakan sebagai pakaian, batik juga dimanfaatkan untuk dekorasi rumah dan kantor, bahkan sampai dengan alas kaki, dompet, organizer, tas, hiasan pemanis pada tempat tissue, dll. Inilah kreativitas, inovasi. Ini harus. Karena bicara batik di era ini, terkait erat dengan kreativitas, inovasi, kualitas dan design.
ADVERTISEMENT
Produk batik kita, seperti Batik Solo dan Batik Pekalongan, sudah go international. Ini sangat membanggakan dan harus terus dikembangkan. Kreativitas dan inovasi harus terus ditingkat-kan agar produk batik Nusantara tetap dicinta dan diminati. Kualitas dan standar produk harus disesuaikan dengan permintaan pasar. Peranan dukungan teknologi untuk peningkatan kualitas dan produktivitas serta introduksi design kepada pelaku usaha sangat penting. Untuk itu, akses serta transfer of knowledge and technology bagi UMKM menjadi penting agar semakin kreatif dan inovatif.
Nation Branding
Pengembangan usaha batik juga harus berpedoman pada 3K, yaitu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, serta menjaga kontinuitas produksi, agar dapat memenuhi permintaan pasar secara ber-kesinambungan. Pengrajin dan UMKM batik juga harus memperluas jejaring komunikasi untuk memperoleh akses pasar yang lebih luas. Selain itu, promosi dan peningkatan minat masyarakat juga sangat penting. Bisa dilakukan melalui event-event seperti pameran, batik carnival, fashion show batik, atau lomba desain motif batik maupun lomba pemanfaatan kain batik untuk handycraft.
ADVERTISEMENT
Diplomasi budaya atau culture diplomacy adalah sebuah tipe diplomasi yang menggunakan kebudayaan sebagai salah satu sarana untuk berdiplomasi dan memperjuangkan kepentingan para aktor internasional. Aspek yang terdapat dalam diplomasi budaya tergolong luas, seperti musik, tarian, upacara adat, makanan, dll. Penggunaan batik sebagai sarana diplomasi budaya berarti menjadikan batik sebagai objek representatif bangsa Indonesia dalam memperkenalkan batik Indonesia sebagai identitas dan jati diri bangsa serta menciptakan pencitraan positif bangsa (nation branding) di mata internasional.
Memperkenalkan batik juga merupakan proses pertukaran budaya yang bertujuan untuk mewujudkan hubungan diplomatik yang lebih erat baik antar warga sipil maupun dengan pemerintah. Batik juga berfungsi untuk meningkatkan pendapatan ekonomi ketika difungsikan sebagai komoditas ekspor.
Diplomasi budaya merupakan soft power Indonesia, yang berusaha mencapai kepentingan negara melalui seni budaya, khusunya dengan mempromosikan batik ke negara-negara lain, baik melalui antar perwakilan pemerintah (Government to Government) atau warga sipil (people to people) untuk menarik minat masyarakat dunia terhadap batik serta bertujuan untuk membangun hubungan persahabatan yang baik melalui objek budaya tersebut. Dari segi ekonomi, batik juga akan dipromosikan sebagai komoditas ekspor yang dapat meningkatkan pendapatan negara dan kesejahteraan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Upaya diplomasi melalui batik dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain: promosi melalui media massa, meningkatkan kualitas batik agar mampu bersaing di dunia internasional, serta menyelenggarakan event-event bertaraf internasional dengan mengusung batik sebagai objek utama, tidak hanya domestik tetapi juga di luar negeri, misalnya pameran-pameran atau fashion show batik, festival batik, dll.
Cara paling sederhana adalah dengan menggunakan batik sebagai cinderamata yang diberikan kepada perwakilan-perwakilan negara lain sebagai tanda persahabatan. Selamat Hari Batik Nasional.