ASN/PNS Memang Jalanku

Maria Purba
ASN di laboratorium PPPOMN-Badan POM
Konten dari Pengguna
14 April 2021 14:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maria Purba tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Foto: Hands waving flags of Indonesia. Sumber: www.Freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Foto: Hands waving flags of Indonesia. Sumber: www.Freepik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menjadi PNS itu memang bukan cita-cita pertama saya. Maklumlah idealisme anak farmasi baru lulus kuliah, pengennya kerja di industri farmasi. Pada tahun 2003, cita-cita menjadi PNS memang belum sepopuler saat ini.
ADVERTISEMENT
Sambil menunggu ijazah dan wisuda apoteker, saya melamar jadi supervisor di salah satu ritel farmasi. Banyak hal yang saya pelajari sebagai supervisor ritel, terutama tentang kejujuran, kerja keras, dan tidak pantang menyerah.
Saya mengalami rasanya mengejar target penjualan. Tidak sekadar menjelaskan produk farmasi yang dibeli, tapi juga menawarkan produk yang tidak dicari customer. Kadang ada yang tertarik membeli tetapi ada juga yang cuek dan langsung pergi.
Saya lebih enjoy saat memberi informasi manfaat obat dan aturan konsumsinya ketika customer menebus resep. Saya merasa ilmu farmasi saya bermanfaat. Meski pekerjaan ini untuk sementara tetapi saya bersyukur mendapat banyak pengalaman.

Rencana Tuhan

Rencana Tuhan memang tidak terduga, meski dengan cara yang juga tidak terduga. Saya memutuskan mengundurkan diri karena kurang berkenan dengan kebijakan seorang atasan baru. Kebijakan yang sebenarnya tidak merepresentasikan kebijakan perusahaan. Memang terbukti bahwa menjadi “Bos” dan “Pemimpin” adalah hal yang berbeda.
ADVERTISEMENT

Pengangguran bahagia

Akhirnya saya resmi jadi pengangguran, tetapi pengangguran bahagia. Entah mengapa, saya merasa bebas dan bersemangat kembali bahkan berdampak BB naik beberapa kilo.
Setelah wisuda dan mendapatkan ijazah Apoteker, saya kembali melamar pekerjaan dan semakin yakin sepertinya marketing bukanlah passion saya. Kembali ke cita-cita pertama saya untuk melamar di industri farmasi. Namun, di saat yang sama ada senior menginfokan kalau instansi Badan POM membuka lowongan CPNS.
Sewaktu mahasiswa saya sering mendengar tentang Badan POM, dan ada rasa tertarik dengan tugas utamanya sebagai pengawas farmasi dan makanan di Indonesia. Saya mencoba melamar, kalau memang ini rencana Tuhan saya pasti diterima. Meski ada keraguan di hati, industri farmasi ataukah PNS Badan POM?
ADVERTISEMENT

PNS atau ..??

Tidak lama setelah mengirimkan lamaran, ada panggilan dari industri farmasi yang cukup ternama. Setelah melewati beberapa tahapan test maka sampailah pada tahap akhir yaitu wawancara dengan “User”nya. Saat itu bulan Desember dan sang “User” sedang cuti, sehingga jadwal wawancara masih menunggu sekembalinya dari cuti.
Di saat yang sama pengumuman CPNS keluar dan saya bersyukur karena berhasil lulus setelah melalui tahapan test yang panjang dan hasilnya tidak sia-sia.
Rasa senang diterima di dua tempat tersebut membuat saya kembali dihadapkan pada pilihan apakah masuk CPNS atau industri farmasi. Di saat bimbang, saya ditelepon panitia penerimaan CPNS BPOM untuk segera datang dan menandatangani surat perjanjian menjadi CPNS di Badan POM. Saya merasa galau antara tetap pada cita-cita pertama atau mengabdi pada negara sebagai PNS.
ADVERTISEMENT

Andalkan doa dan nasihat orang tua

Kekuatan doa dan nasihat orang tua adalah andalan saya pada saat itu. Meskipun sudah menduga jawaban orang tua bahwa mereka mendukung saya untuk menerima pekerjaan sebagai PNS.
“Apa Bapak yakin saya jadi PNS apalagi saya hendak ditugaskan ke Manado,” saya bertanya ke Bapak melalui telepon berada di kota berbeda. Bapak saya menjawab tanpa keraguan sedikitpun. "Sebagai PNS harus siap dikirim ke mana saja.”
Kedua orang tua saya adalah pensiunan PNS di Dinas PU dan sedari kecil saya mengagumi integritas mereka. Akhirnya saya membulatkan tekad karena nasihat orang tua adalah pertanda buat saya. Saya mulai mencari informasi tentang Manado, kota yang akan saya tuju.
ADVERTISEMENT

Sah jadi PNS Badan POM

Setelah menandatangani surat perjanjian CPNS di Badan POM, awal Januari 2004 saya terbang ke Manado. Pesawat mendarat malam, saat melangkah turun dari pesawat saya merasakan sendiri di kota yang asing.
Saya diterima dengan sangat ramah oleh Ibu Kepala Balai Besar POM Manado di rumahnya sekaligus sebagai persinggahan pertama. Saya sangat mengagumi kebaikan dan kepemimpinan beliau hingga saat ini. Saya menelepon orang tua bahwa saya sudah sampai dengan selamat, dan mereka kembali mengingatkan bahwa PNS adalah pilihan yang tepat.
Besoknya saya bertemu dengan tiga CPNS yang lain. Dua di antaranya juga baru pertama kali ke Manado. Kami menjadi akrab karena merasa senasib. Syukurlah selama di Manado semuanya berjalan lancar, keramahan dan support dari pegawai senior sungguh membesarkan hati. Meski terkadang ada masa di mana kami sangat merindukan pulang ke kampung halaman.
ADVERTISEMENT
Biasanya sepulang kerja kami pergi ke Pantai Malalayang yang tidak jauh dari kantor. Memandang matahari terbenam meskipun tidak benar-benar menikmatinya. Pikiran melayang menembus awan, membayangkan indahnya pulang kampung.
Setelah itu kami menghibur diri dengan makan malam di gerai fast food yang tidak jauh dari pantai, sambil saling bercanda karena biasanya kami hanya memesan 1 potong ayam goreng dan nasi, tetapi terkadang kami butuh dua potong ayam goreng untuk menghilangkan kegalauan.

PNS bahagia

Saya ditempatkan di laboratorium pengujian mikrobiologi, di sini kami melakukan pengujian mutu mikrobiologi pada produk obat, suplemen kesehatan, makanan, obat tradisional dan kosmetik yang disampling oleh bidang lain.
Terus terang saya bangga bisa ikut berperan untuk melindungi masyarakat dari bahaya mengkonsumsi produk obat, suplemen kesehatan, makanan, obat tradisional, dan kosmetik yang tidak memenuhi syarat.
ADVERTISEMENT
Saya juga bangga bisa menjadi anggota tim food security apabila ada presiden atau wakil presiden yang berkunjung ke Manado. Meskipun bekerja di laboratorium adalah pekerjaan yang jarang berinteraksi dengan pihak eksternal, tapi ada kebanggaan dan kepuasan ketika menyelesaikan pengujian sampel dengan hasil yang valid.
Tidak terasa setahun berlalu, dan saya cuti pulang ke Jakarta. Keluarga saya ada yang bercerita bahwa pada bulan Januari, ada industri farmasi yang menelepon ke rumah memanggil saya untuk wawancara tahap akhir. Dengan tegas keluarga saya menjawab bahwa saya sudah diterima di Badan POM dan posisi sudah bertugas di Manado. Saya tertawa mendengarnya, PNS adalah rencana Tuhan untuk saya dan saya bahagia dan bangga menjalaninya.