Pria yang Mengaku Bertemu Allah Buka Praktik Pengobatan Alternatif

Konten Media Partner
24 Februari 2022 16:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Patrin, pria asal Desa Milangodaa’a, Kecamatan Tomini, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), Sulawesi Utara (Sulut), yang mengaku bertemu Allah.
zoom-in-whitePerbesar
Patrin, pria asal Desa Milangodaa’a, Kecamatan Tomini, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), Sulawesi Utara (Sulut), yang mengaku bertemu Allah.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
BOLSEL - Patrin, pria asal Desa Milangodaa’a, Kecamatan Tomini, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), Sulawesi Utara (Sulut), yang mengaku bertemu Allah, membuka praktik pengobatan alternatif tradisional di rumahnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan oleh Kepala Kecamatan (Camat) Tomini, Abidin Patilima ST, MSi. Menurutnya, saat didatangi, Patrin tengah beraktivitas melakukan pengobatan alternatif tradisional. Namun, dalam pengobatan itu, mereka mendapati simbol-simbol agama Islam, tapi ajaran yang mengakui ada nabi terakhir setelah Nabi Muhammad SAW.
“Sebagai informasi, diketahui, warga ini (Patrin dan anaknya), menyelenggarakan pengobatan tradisonal. Namun demikian dalam pengobatan tradisional itu terdapat simbol-simbol keagamaan yang semacam ajaran yang tidak mempercayai Nabi Muhamad sebagai Nabi terakhir,” kata Abidin.
Lanjut dikatakan Abidin, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Sulut, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait dengan persoalan tersebut.
"Nanti setelah kunjungan ini nanti dilihat, dievaluasi apakah ini termasuk penodaan agama atau tidak," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kecamatan juga telah bekerjasama dengan pihak kepolisian untuk memberikan pembinaan kepada Patrin, dan telah menjelaskan perihal hal tersebut kepada masyarakat sekitar.
“Saya selaku pimpinan di wilayah Tomini menjelaskan kepada masyarakat terkait dengan paham-paham atau penodaan keagamaan. Saya intinya melakukan pengamanan di wilayah, menjaga keamanan dan ketertiban. Saya mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak lagi memviralkan kejadian ini. Namun demikian, kami menunggu putusan dari MUI dan Kemenag,” katanya kembali.
febry kodongan