Terbuka Saat Terluka

Makhsun Bustomi
Penulis Esai, sehari-sehari bekerja sebagai Policy Analyst di Pemerintah Kota Tegal.
Konten dari Pengguna
17 Juli 2023 17:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Makhsun Bustomi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hidup tidak selalu baik-baik saja. Ujian, cobaan, musibah sering tak terduga. Mungkin pula ada yang merasa datang bertubi-tubi tak kunjung henti.
ADVERTISEMENT
Perjalanan hidup manusia akan menemui jalan yang tak mulus. Arahnya kerap tak bisa lurus. Sering diibaratkan putaran roda, kadang di bawah dan di atas. Ada yang memiripkan dengan perjalanan di laut, diselingi ombak dan badai. Diumpamakan mengembara di padang pasir dengan ancaman terik dan kehausan.
Seseorang terluka karena mengahadapi banyak hal. Banyak orang, banyak peristiswa. Luka mungkin tergores oleh orang lain. Mungkin teman, tetangga, atau atasan. Bahkan oleh orang terdekat kita, yaitu suami, istri, anak atau orang tua sendiri.
Boleh jadi luka itu juga karena diri sendiri sebetulnya. Yang terlalu memasang tnggi ekspektasi. Lalu mulai memovonis orang lain. Menyalahkan nasib dan keadaaan. Lalu mengugat Tuhan.
sumber ilustrasi : https://www.pexels.com/photo/casual-cute-female-friends-206409/
Kepada Siapa
Terluka tentu butuh teman bicara. Sebab luka yang menganga butuh dikuatkan oleh teman. Butuh didengarkan. Kadang kala butuh motivasi, nasehat dan pencerahan.
ADVERTISEMENT
Kalau tidak memberi solusi, setidaknya mampu mendengarkan. Bukan sekadar mendengar, tetapi mendengarkan. Mendengar itu sebatas indera telinga, tetapi mendengarkan adalah mendengar dengan telinga dan hati.
Tidak semua yang mendengar keluh kesah kita itu orang yang tepat. Ia mungkin justru membanding-bandingkan masalah kita dengan masalahnya, atau problem orang lain. Datang kepada orang yang salah bisa berakibat memperkeruh masalah. Dihakimi, disalahkan atau di-bully.
Tak heran, banyak yang nyolong curhat di media, statatus whatsapp, posting facebook, instagram, tiktok seakan sirkel pesahabatan sudah mentok.
Apa boleh buat, dunia hari ini semakin tak jelas. Mana orang yang terluka, mana yang cari perhatian, berburu sensasi, menaikkan reputasi. Bukan cuma artis dan selebritas yang demikian. Menceritakan kisah rumah taggga, kekerasan bahkan perselingkuhan di medianya. Entah mencari dukungan, perhatian atau mungkin popularitas.
ADVERTISEMENT
Kita butuh terbuka saat terluka. Tetapi jangan sampai justru membuat kita semakin berduka. Luka kian menganga.Kita perlu sering memeriksa diri sendiri, ketika tengah terluka maka kepada siapa kita bercerita?
Saat seseorang lebih sering curhat di media, lebih nyaman dibaca banyak manusia. Mungkin kita periksa diri kita lebih jauh, apakah kita sebenarnya punya teman bicara? Kepada siapa kita berbincang, lalu kita merasa tenang?
Jika kita punya seseorang atau beberapa orang yang dipercaya. Hidup akan lebih mudah pulih dari luka dan masalah. Meskipun memang hidup tak selalu baik-baik saja.