Fenomena DO Start up Founders

Ma Isa Lombu
I'm Bukalapak
Konten dari Pengguna
27 Desember 2018 17:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ma Isa Lombu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fenomena DO Start up Founders
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada sebagian anggapan bahwa untuk menjadi start up founders yang sukses, seseorang harus super fokus dalam mengembangkan bisnis rintisannya itu. Membuat tech start up tentu tidak serta merta membutuhkan sosok yang memiliki kemampuan managerial yang baik, kemampuan lainnya seperti product dan growth management adalah hal lain yang harus dimiliki dari sosok yang katanya di hari ini memiliki status yang prestisius dikalangan millenial sekarang ini. Start up founder!
ADVERTISEMENT
Maka agar sukses dan fokus, beberapa dari mereka memutuskan untuk memilih menginggalkan bangku sekolahnya, mengikuti sang idola mulai dari Bill Gates, sampai Zukerberg.
Kita semua tahu, founder dan mantan CEO Microsoft Bill Gates DO (Drop Out) dari Harvard Law School, Steve Jobs DO dari Reed College, Mark Zuckerberg juga DO dari Harvard jurusan Computer Science and Psychology. Bahkan seorang Raja Golf dunia, Tiger Woods juga DO dari Stanford jurusan Ekonomi!
Jadi, apakah kuliah dan lulus dari kampus tidak begitu relevan untuk mendukung kesuksesan seseorang?
Ada sebuah fakta menarik yang diiperlihatkan dari sebuah buku menarik karangan George Berkowski yang berjudul How to Build a Billion Dollar App.
Di dalam buku ini terungkap fakta bahwa para founders sebuah perusahaan tech start up yang memiliki valuasi di atas 1 miliar US dollar (unicorn) justru adalah seorang/sekelompok orang yang memiliki tingkat pendidikan yang baik.
ADVERTISEMENT
Dari perusahaan start up digital yang ia teliti, diketahui hanya 18,6 persen perusahaan yang didirikan oleh founders yang drop out (DO). Sisanya, sebesar 81.4%, justru adalah orang-orang yang lulus dari lembaga pendidikan tinggi terbaik di dunia, seperti Stanford, Berkeley, kemudian disusul oleh MIT.
Tidak percaya? Mari kita lihat beberapa profil dari founders dan executives dari tech companies kelas dunia berikut ini.
Kita mulai dari Google. Founder Google, Larry Page, dan Sergei Brin saling bertemu di Stanford University kala mereka sedang menempuh program doktoral (Ph.D program). Sedangkan Eric Schmidt, Chirman Alphabet, Inc. (Holding Company dari Google, Youtube, dan anak-anak perusahaan rintisan Larry Page dan Sergei Brin lainnya) memiliki almamater Princeton dan UC Berkeley. Sundar Pichai (CEO Google) memiliki dua gelar master sekaligus, M.S dari Stanford dan MBA dari Wharton Business School di Universitas Pennsylvania.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana dengan Apple yang didirikan oleh Jobs yang juga memutuskan DO dari kampusnya? Jobs khan DO?!
Kita tahu bahwa Apple Inc. tidak hanya didirikan oleh Jobs, tetapi juga Steve Wozniak. Anda tau Wozniak lulusan mana? Ia adalah lulusan UC Berkeley, universitas negeri terbaik di Amerika. Lebih jauh, George Kurian (CEO NetApp) juga menempuh MBA-nya di California (dekat dengan UC Berkeley) di Stanford Graduate School of Business, sebuah universitas di mana para founders dan pimpinan dari Big Tech Companies seperti Tesla Motor, Ford, PayPall, eBay ataupun Youtube menyelesaikan pendidikannya di sana.
Charles Flint, founder IBM juga merupakan lulusan dari New York University, Tim Cook (CEO Apple) lulus dari Auburn dan Duke University, serta sang lengenda Silicon Valley, William Redington Hewlett, dan David Packard founder Hewlett Packard juga merupakan merupakan lulusan dari Stanford University.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh, jika bicara perusahaan teknologi, tentu saat ini kita tidak bisa lepas dari nama Elon Musk. Bagi yang belum tahu, Elon Musk adalah founder, CEO, and CTO dari SpaceX; co-founder, CEO, dan product architect of Tesla Motors; co-founder and chairman dari SolarCity; co-chairman dari OpenAI; co-founder dari Zip2; serta founder of X.com akhirnya merger dengan PayPal.
Perlu diketahui bahwa Musk lulus program sarjana dari University of Pensylvania (UPenn juga bagian dari Ivy League) dengan dua gelar, yaitu Sarjana Fisika dan Ekonomi. Perlu kembali diketahui bahwa Wharton School of Business di UPenn adalah sekolah bisnis terbaik di dunia selama beberapa puluh tahun belakangan ini. Pada umur 24, Musk pindah ke Amerika dan berhasil masuk dalam program Ph.D untuk applied physics and materials science di Stanford University!
ADVERTISEMENT
Tidak kalah dengan bangsa lain, Indonesia juga punya kebanggannya sendiri. Para founders dari Bukalapak juga lulus dari Teknik Informatika ITB dengan status yang tidak kalah menginspirasi. Achmad Zaky sang CEO, lulus dengan predikat cum laude dan Fajrin Rasyid yang saat ini menjabat sebagai President of Bukalapak lulus dengan predikat sempurna, Summa Cumlaude dengan IPK 4.00.
Kemampuan konseptual dan Implementasi
Dengan data-data di atas, kesimpulan sementara yang dapat kita ambil adalah bahwa Drop Out sejatinya tidak memiliki korelasi positif dengan kesuksesan seseorang dalam menjalankan perusahaan teknologi yang dimiliki. Rasio kesuksesan orang yang menyelesaikan kuliahnya masih memiliki score yang jauh lebih tinggi dibandingkan orang-orang yang memutuskan untuk DO.
Lalu apa yang bisa kita pelajari dari fenomena para founders yang DO di atas?
ADVERTISEMENT
Coba kita lihat lebih dekat. Meski memutuskan untuk DO, Bill Gates, Steve Jobs, dan Mark Zukerberg adalah orang-orang yang jelas memiliki kemampuan intelegensia yang sangat luar biasa. Dengan mampu masuk ujian seleksi masuk di top tier universities, kemampuan akademik mereka jelas tidak dapat diragukan. Sebagai contoh, nilai SAT Gates (ketika mengikuti tes ujian masuk kuliah di Harvard) adalah 1590, sementara top skor tes saat itu adalah 1600. Maklum, Bill Gates memiliki IQ 160, sedangkan IQ seorang jenius hanya di angka 140.
Belum lagi ketika kita lihat lingkungan mereka yang sangat mendukung mereka untuk sukses. Perlu diketahui bahwa Steve Jobs sang pendiri Apple merupakan karyawan awal perusahaan game terkemuka di Silicon Valley, Atari. Bersama Wozniak, ia mengembangkan bakat dan mengasahnya terus menerus di sana dan akhirnya memberikan mereka pondasi yang kuat dalam mendirikan Apple.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, jika dapat disimpulkan, faktor apa yang menjadi irisan antara tech cofounder yang DO dan yang lulus dari top tier universities? Jawaban sementara yang saya dapatkan adalah karena mereka semua memiliki kemampuan konseptual dan implementasi yang luar biasa baik. Dua skill yang jika dimiliki dapat menjadi faktor paling mujarab dalam menunjang kesuksesan seseorang, dan sebaliknya, jika tidak dikuasai maka akan menjadi malapetaka bagi perusahaan. Apalagi perusahaan rintisan yang membutuhkan lebih banyak perhatian.
Jadi, jika Anda ingin DO dalam perkuliahan, monggo saja.
Namun ingat, Anda bukanlah Bill Gates, Steve Jobs, apalagi Zukerberg!