Ebeg, Kesenian Asal Karesidenan Banyumas Digemari oleh Masyarakat

LUTHFAN IHDAR RADIFAN
Mahasiswa Institut Teknologi Telkom Purwokerto
Konten dari Pengguna
11 Februari 2023 13:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari LUTHFAN IHDAR RADIFAN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ebeg atau bisa juga disebut jaranan/kuda lumping gagrak banyumasan adalah kesenian asal Karesidenan Banyumas yang menggunakan properti kuda yang terbuat dari anyaman bambu yang menggambarkan kegagahan prajurit berkuda dengan atraksi magisnya. Pertunjukan kesenian ebeg diiringi oleh alat musik gamelan. Pada umumnya pementasan ebeg terdiri dari lima babak, di antaranya babak tari sesembahan, tari prajuritan, babak jantur kembang, babak laisan, babak jantur pamungkas.
ADVERTISEMENT
Tari sesembahan adalah tari pembuka yang bermaksud untuk meminta doa agar pertunjukkan ebeg lancar dari awal hingga akhir pertunjukkan. Kemudian tari prajuritan merupakan tari yang menggambarkan kegagahan prajurit dalam melawan musuhnya. Biasanya tari ini diiringi dengan properti pedang. Setelah itu, grup ebeg akan mengadakan jantur kembang. Dalam jantur kembang ini yang boleh kesurupan hanya penari saja. Hal ini dikarenakan untuk kerapihan pagelaran dan biasanya pada babak ini banyak dilakukan atraksi magis. Selanjutnya adalah babak laisan yang dimana pada babak ini salah satu penari akan kesurupan dan ditutup menggunakan menggunakan selubung kain. Setelah itu, dalang akan membaca mantra kemudian saat dibuka penari tersebut sudah berdandan selayaknya seorang putri. Yang terakhir adalah babak jantur pamungkas. Babak jantur pamungkas adalah babak yang paling ditunggu-tunggu oleh para penonton karena pada adegan inilah para penari dan penonton akan kesurupan masal atau sering juga disebut oleh para penggemar dengan kata “mendem”. Bahkan, kesenian ini sudah tersebar sampai wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.
Gambar Pementasan Ebeg Banyumasan. Sumber : Dokumentasi Pribadi
Saking populernya, sampai dibentuk komunitas KOMPAS SATRIA oleh pemilik akun facebook “Chupue Maniix”. Chupue Maniix dibantu oleh teman-teman sehobinya dalam membangun dan mengembangkan komunitas ini. Komunitas ini sering berbagi pementasan ebeg yang meliputi wilayah Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, DKI Jakarta dan sekitarnya. Komunitas ini memiliki grup facebook dengan anggota mencapai lebih dari 185 ribu anggota. Dalam grup ini, para penggemar ebeg sering kali berbagi info pementasan. Sehingga jika ada pementasan ebeg di suatu tempat tak heran jika ramai penonton dari segala daerah.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari postingan facebooknya, KOMPAS SATRIA berdiri sejak 04 Desember 2014 dan masih aktif hingga saat ini. Nama Kompas Satria sendiri diambil dari kata kompas yang artinya penunjuk arah, dan satria yang merupakan sebutan dari nama Kota Banyumas. Latar belakang komunitas ini dibentuk berdasarkan pengalaman pribadi sang admin grup. “Cerita pengalaman atau singkat cerita, nyong Ganu muter muter, goleti ebeg, ya kesasar, ya salah informasi dadi gawe kesimpulan, nyong ngalor, ngidul, ngetan, ngulon, goleti ebeg kesampak, muter muter kaya kompas kadang ketemu, kadang ora dadine tek jenengi kompas satria” tulisnya di akun facebooknya.
Dokumentasi Ulang Tahun Kompas Satria. Sumber : Dokumentasi pribadi
Ia menjelaskan sebelum adanya komunitas Kompas Satria, dirinya sering kali tersesat atau berputar-putar ke timur, barat, selatan, utara seperti halnya kompas hanya ingin untuk menonton pementasan ebeg. Oleh karena itu, komunitas ini diberi nama KOMPAS SATRIA.
ADVERTISEMENT