Pahlawan yang Memberdayakan Masyarakat

Lufti Avianto
Life Story Teller // a man behind Books4Care, Auf Projects dan Kinaraya.com
Konten dari Pengguna
25 Desember 2022 14:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lufti Avianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sudah saatnya, ada lebih banyak masyarakat yang berdaya melalui program Pahlawan Ekonomi Nasional.
zoom-in-whitePerbesar
Sudah saatnya, ada lebih banyak masyarakat yang berdaya melalui program Pahlawan Ekonomi Nasional.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kalau kita menyusuri Gang Dolly, Surabaya, sewindu silam, kita akan menemukan sudut Kota Pahlawan yang buram. Karena wilayah itu terkenal sebagai lokalisasi prostitusi. Wisma New Barbara, salah satu yang terbesar di gang itu, mempekerjakan ratusan pekerja seks komersial (PSK) setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Adalah Walikota Surabaya saat itu, Tri Rismaharini atau yang akrab disapa Risma, yang bersikukuh mengubah sudut Dolly menjadi lebih baik. Singkat cerita, akhirnya kawasan prostitusi Dolly yang telah beroperasi 47 tahun, resmi ditutup pada 18 Juni 2014.
Penutupan Dolly, tentu saja menyisakan pekerjaan rumah. Para PSK dan warga yang bergantung hidup dari bisnis prostitusi, harus segera diberdayakan agar bisa mandiri. Kalau tidak, prostitusi bisa berpindah ke tempat lain, atau masyarakat akan kian terpuruk akibat menganggur.
Menyadari hal itu, Pemkot Surabaya lantas menjalankan strategi bagi ‘para pensiunan’ Dolly. Melalui Program Pahlawan Ekonomi, Pemkot lalu memberikan pelatihan keterampilan kerja, seperti pelatihan pembuatan sepatu, serta alokasi anggaran untuk modal dan recovery lokalisasi.
Pemberdayaan Masyarakat
ADVERTISEMENT
Apa yang dilakukan Walikota Risma itu, sejalan dengan prinsip pemberdayaan masyarakat sebagaimana disampaikan Jim Ife, seorang profesor ilmu sosial dari Western Sydney University, bahwa pemberdayaan itu memberikan sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan kepada warga untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menentukan masa depan mereka sendiri dan berpartisipasi pada upaya mempengaruhi kehidupan dari kelompoknya (Buku Community Development, Creating Community Alternatives-Vision, Analisis and Practice, 1997).
Dalam perspektif pluralis, pemberdayaan dilihat sebagai proses membantu masyarakat yang kurang beruntung agar mereka dapat bersaing secara lebih efektif. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan memberikan pembelajaran tentang cara menggunakan keahlian tertentu, dan tentang aturan main agar kapasitas masyarakat meningkat sehingga dapat bersaing secara wajar.
Apa yang dilakukan Walikota Risma kala itu, sederhananya bisa dilihat sebagai bentuk pemberian kail, bukan ikan. Pembekalan keahlian, tentu akan berdampak sosial yang jauh lebih panjang. Masyarakat akan lebih mandiri dan berdaya serta tidak lagi bergantung pada bantuan sosial pemerintah.
ADVERTISEMENT
Tak heran, ketika Risma kini menjabat Menteri Sosial, program itu lantas ‘naik pangkat’ menjadi “Pahlawan Ekonomi Nusantara” agar lebih banyak masyarakat yang berdaya dan mandiri di pelosok negeri.
Kini, kalau kita singgah di Wisma New Barbara di Gang Dolly, takkan lagi kita temukan wajah muram Surabaya. Bangunan itu telah diambil alih Pemkot dan disulap menjadi markas Koperasi Usaha Bersama (KUB) Mampu Jaya yang memproduksi ribuan alas kaki dalam sehari.
Ada semangat yang terpancar untuk menjadi lebih berdaya dan mengubah masa lalu daerah itu menjadi wilayah yang lebih produktif.
Bukankah semangat itu yang ingin kita lihat di penjuru Nusantara?